Istri Simpanan

Bab 481 - Ingin menghajarnya



Bab 481 - Ingin menghajarnya

0Soo Yin bergidik ngeri mendengarkan bagaimana ucapan Dae Hyun yang terdengar sangat marah.     

"Dae Hyun, janganlah terlalu emosi," ujar Soo Yin.     

"Aku hanya kesal, di dunia ini ada pria yang tidak bertanggung jawab dengan apa yang telah dilakukan. Katakan siapa orangnya? Biarkan besok aku akan langsung datang menemuinya," desak Dae Hyun. Sebagai seorang pria ia ikut merasa malu karena ada pria semacam itu.     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya. Sudah dipastikan jika ia mengatakannya maka Dae Hyun pasti akan marah besar.     

"Sayang, kenapa kau justru diam saja? Apa Chang Yuan yang sudah melakukannya? Jika memang benar maka aku akan mengunjungi apartemennya sekarang juga," ujar Dae Hyun.     

"Bukan. Aku akan mengatakannya, tapi bisakah kau tenang. Sebenarnya Jean tidak ingin kau mengetahuinya. Namun karena aku sudah tahu maka baiklah aku akan mengatakannya." Soo Yin mendesah berat sebelum menyatakan semuanya.     

"Kenapa memangnya aku tidak boleh tahu?" Dae Hyun menautkan kedua alisnya.     

"Karena kau sangat mengenal pria itu. Jean tidak ingin hubungan kalian semakin renggang," ujar Soo Yin.     

Dae semakin menebak-nebak siapa pria yang sudah melecehkan Jean.     

"Cepatlah katakan, jangan membuatku semakin penasaran," desak Dae Hyun yang sudah tidak sabar.     

"Pria itu sebenarnya adalah Kim Soo Hyun," sahut Soo Yin lirih sembari memandang raut wajah Dae Hyun yang langsung menegang dan menggelap.     

Dae Hyun merasakan ada sebuah batu yang menghujam dadanya dengan sangat keras. Ia seperti tidak percaya dengan apa yang didengarnya.     

"Jadi dia yang melakukannya? Tidak bisa dibiarkan. Sekarang juga aku akan pulang dan membawanya ke rumah Jean." Dae Hyun sudah bangkit berdiri dengan tatapan mata yang penuh amarah.     

"Sayang, tenanglah. Jangan membuat keributan malam-malam seperti ini. Lagi pula aku sudah menemui dan berbicara dengannya. Semoga saja dia mendengarkan perkataanku." Soo Yin menahan pergelangan tangan Dae Hyun ketika hendak melangkah pergi.     

"Tidak bisa. Aku harus menghajarnya karena dia sudah membuat malu keluarga dengan tidak bertanggung jawab dengan apa yang telah dilakukannya." Tangan Dae Hyun semakin mengepal erat, sudah bersiap akan melayangkan tinjunya ke wajah Kim Soo Hyun jika mereka bertemu.     

Soo Yin segera berdiri kemudian memeluk pinggang Dae Hyun dari belakang dengan sangat erat. Ia tak ingin terjadi keributan di rumah itu pada saat malam seperti ini terlebih lagi Ny. Park pasti akan syok.     

"Soo Yin, lepaskan aku. Biarkan aku menghajarnya malam ini juga," ujar Dae Hyun.     

"Aku menyesal sudah mengatakannya jika tahu kau pasti akan marah seperti ini. Tidak bisakah kau berpikir dingin dan tanpa emosi?" ujar Soo Yin sembari mengendurkan pelukannya.     

"Pergilah jika kau ingin keluargamu terjadi keributan," imbuh Soo Yin. Lalu naik ke atas ranjang dan menenggelamkan wajahnya di bawah selimut. Percuma saja membujuk Dae Hyun yang sangat keras kepala.     

Amarah Dae Hyun langsung luntur setelah menyadari istrinya merajuk. Sulit baginya untuk marah di saat Soo Yin sudah bersikap seperti itu.      

Dae Hyun lantas ikut naik ke atas ranjang mengikuti Soo Yin. Membuka selimut yang menutupi seluruh tubuh istrinya.     

"Jangan marah lagi. Aku tadi hanya terlalu emosi karena memiliki adik yang tidak bertanggung jawab. Aku akan menurutimu untuk pergi besok pagi saja," ujar Dae Hyun sembari menempelkan dagunya di lengan Soo Yin yang berbaring miring dengan posisi membelakanginya.     

"Baguslah kalau kau sudah sadar," sahut Soo Yin tanpa membalikkan tubuhnya.     

Dae Hyun mendengus jika istrinya sudah bersikap seperti ini maka akan sangat sulit untuk dibujuk. Seharusnya yang saat ini marah adalah dirinya tapi kini justru berbanding terbalik.     

"Ayo kita makan. Bukankah kau tadi lapar?" ajak Dae Hyun untuk membuat suasana kembali nyaman.     

"Aku tidak lapar. Selera makanku sudah hilang," sahut Soo Yin dengan nada datar.     

"Jika kau tidak lapar maka aku ingin sekali malam ini memakanmu." Dae Hyun menyembunyikan kepalanya di tengkuk Soo Yin hingga ia bergidik geli.     

"Dae Hyun, jangan menggangguku," ujar Soo Yin sembari berbalik  kemudian mendorong tubuh Dae Hyun.     

"Itu akibatnya karena sudah bersikap cuek." Dae Hyun mengendus-endus leher Soo Yin.     

"Itu juga semua salahmu. Aku sudah meminta baik-baik tapi kau masih tetap saja emosi. Siapa yang tidak kesal," gerutu Soo Yin. Membalikkan tubuhnya hingga kini posisinya terlentang.     

"Baiklah, aku minta maaf," ucap Dae Hyun dengan tulus. Lalu mengusap perut Soo Yin yang masih rata. Ada keinginannya untuk segera memiliki seorang anak kembali.     

"Kapan kita memilikinya lagi?" Dae Hyun mendesah panjang, masih menyesali apa yang terjadi beberapa bulan lalu. Menyesal karena datang terlambat sehingga harus kehilangan calon buah hati mereka.     

"Hmmm, apa kau sudah menginginkan memiliki putra lagi?" Ternyata tidak butuh waktu lama kini Soo Yin sudah tidak marah lagi. Ia mengusap pelan puncak kepala Dae Hyun dengan lembut.     

"Tentu saja." Dae Hyun menempelkan telinganya di atas perut Soo Yin hingga terdengar suara keroncongan.     

"Kau lapar?" tanya Dae Hyun dengan dahi berkerut.     

Soo Yin meringis sembari menganggukkan kepalanya jika perutnya memang sangat lapar sekali.     

"Ya sudah, sebaiknya kita makan malam terlebih dahulu." Dae Hyun menurunkan kakinya di ranjang. Lalu mengangkat tubuh Soo Yin yang masih terbaring.     

"Apa yang lakukan? Aku sangat lapar saat ini. Apa kau ingin jika aku sampai mati kelaparan?" ujar Soo Yin gang sudah berpikir buruk jika Dae Hyun pasti ingin melakukan hasratnya.     

"Diamlah, jika tidak ingin terjatuh," ujar Dae Hyun yang sudah membopong tubuh Soo Yin keluar.     

"Mau kemana kita?" Soo Yin menatap curiga pada Dae Hyun.     

"Tentu saja makan. Memangnya apa yang kau pikirkan?" Dae Hyun tersenyum mesum menyadari Soo Yin pasti sudah memikirkan hal lain.     

"Tidak ada," sahut Soo Yin dengan wajah yang sudah mulai bersemu merah.     

"Aku ingin tahu apa saja yang aku katakan dengan Kim Soo Hyun?" Dae Hyun ingin memastikan jika adiknya tidak melakukan sesuatu yang kelewat batas.     

"Dia mengatakan rindu padaku," sahut Soo Yin dengan sejujurnya.     

"Dia berani mengatakan hal itu kepadamu?" ujar Dae Hyun.     

"Hmmm, dia juga merasa heran kenapa aku tiba-tiba menemuinya. Langsung saja aku mengatakan jika dia harus bertanggung jawab dengan apa yang telah diperbuat."     

"Kenapa kau tadi tidak mengajakku. Jika dia berani menolak maka aku sekalian ingin menghajarnya," ujar Dae Hyun.     

"Aku hanya tidak ingin terjadi keributan. Sebenarnya aku sangat kesal dengan jawaban Kim Soo Hyun yang meminta Jean untuk menggugurkan kandungannya."     

"Akan kupastikan besok dia bertekuk lutut di hadapan Jean untuk bertanggung jawab," ujar Dae Hyun.     

Berjalan sambil berbincang tanpa terasa mereka sudah sampai di ruang makan. Dae Hyun segera menurunkan Soo Yin kemudian menarik kursi untuknya.     

Mereka kemudian makan makanan yang sudah tidak hangat lagi. Mereka langsung lupa dengan rasa kesal yang tadi mereka sama-sama rasakan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.