Istri Simpanan

Bab 482 - Kedatangan kedua paman



Bab 482 - Kedatangan kedua paman

0The Silla Seoul Hotel,     

Sesuai permintaan Soo Yin agar tidak membuat keributan di rumah, Dae Hyun datang ke hotel untuk menemui adiknya. Hari belum terlalu malam sehingga tidak mungkin Kim Soo Hyun sudah pulang.     

Dae Hyun mengamati hotel yang kini terasa sangat asing baginya. Kantor hotel memang ditempatkan di gedung berbeda namun bersebelahan dengan kamar-kamar hotel yang biasanya ditempati oleh pengunjung.     

Kamar-kamar yang biasanya terang kini terlihat gelap tanpa ada cahaya. Jumlah kamar yang terang tidak ada separuhnya padahal biasanya selalu penuh sesak. Itu artinya hanya sedikit saja yang ditempati oleh pengunjung.     

Dae Hyun mendesah panjang memikirkan kondisi hotel saat ini. Tidak disangka jika kepergiannya akan membuat efek terlalu jauh sampai seperti ini.     

"Tuan Dae Hyun, akhirnya kau kembali." Ada seorang pria yang terlihat sangat bergembira melihat kedatangan Dae Hyun.     

Dae Hyun yang sedang melihat gedung hotel seketika langsung menoleh ke belakang. Ada seorang pria paruh baya yang berjalan ke arahnya.     

"Bagaimana kabar anda, Tuan?" sapa Hae Kang yang merupakan salah satu wakil direktur di hotel.     

"Seperti yang kau lihat jika sekarang aku baik-baik saja," sahut Dae Hyun dengan datar.     

"Semenjak anda pergi dari hotel ini, semuanya menjadi sangat berantakan. Apalagi setelah kedua paman anda ikut campur dengan banyaknya aturan yang dibuat," ungkap Hae Kang yang segera mengeluarkan keresahannya.     

"Kenapa kau mengatakannya kepadaku? Aku sudah tidak bertanggung jawab lagi atas hotel ini karena sudah ada pemimpin lainnya," sahut Dae Hyun. Ada kesedihan di hatinya ketika melihat hotel yang sudah diperjuangkan sejak lama kini justru sangat menyedihkan.     

"Tuan, tidak bisakah anda kembali ke hotel ini? Hanya anda yang bisa membuat hotel ini kembali bertahan. Para karyawan juga banyak yang mengundurkan diri karena gaji yang mereka dapatkan tidak sesuai," terang Hae Kang.     

"Kalian bisa demo di bagian keuangan."     

"Pelayanan untuk tamu juga sekarang sangat buruk. Banyak para tamu yang komplain karena hal itu."     

"Cukup, seharusnya kau mengatakannya kepada Kim Soo Hyun bukan padaku karena hanya dia yang bisa mengubah peraturan itu. Lagi pula kedatanganku kesini hanya untuk mengemui adikku bukan untuk kembali ke hotel," ungkap Dae Hyun dengan pandangan menerawang jauh.     

"Sejak pagi Tuan Kim Soo Hyun tidak datang ke untuk bekerja," ujar Hae Kang.     

"Benarkah?" Dae Hyun mengerutkan keningnya.     

"Sungguh, Tuan. Bahkan kami juga tidak bisa menghubunginya," ujar Hae Kang.     

"Kalau begitu aku harus pergi dulu." Dae Hyun langsung masuk ke dalam mobilnya kemudian mengemudikannya dengan cepat menuju UN Village     

Tidak lama kemudian Dae Hyun sudah memarkirkan mobilnya di halaman UN Village. Ia tidak turun hingga beberapa saat sambil mencoba menghubungi Kim Soo Hyun. Ternyata benar jika nomornya sudah tidak aktif.     

Dae Hyun baru menyadari jika ada dua mobil yang terparkir di depan rumah. Sehingga ia langsung turun karena penasaran dan melangkahkan kakinya masuk ke rumah.     

Ternyata di ruang tamu tengah ramai. Ada Jung Woo dan Hyung Sik yang merupakan kedua paman Dae Hyun. Suasana disana terasa tegang karena sepertinya sedang membahas sesuatu hal yang sangat penting.     

Dae Hyun memijat pelipisnya karena wajah semua orang tampak serius. Wajah Jung Woo Dan Hyung Sik langsung tidak suka ketika melihat kedatangannya. Sorot mata mereka seperti sedang melihat musuh.     

Berbeda dengan raut wajah Hae Sok, Park Ji Hoon, dan Ny. Park yang sedikit bisa bernafas lega. Mereka seperti ada harapan melihat Dae Hyun tiba-tiba saja datang ke sana.     

"Wah, ternyata sedang ada tamu di sini. Pantas saja terdengar sangat ramai dari luar," sindir Dae Hyun pada kedua pamannya. Mereka pasti saat ini ada maunya sehingga berkunjung     

Bukannya menjawab, kedua pria itu justru melengos ke arah lain. Sepertinya kali ini usaha mereka akan gagal.     

"Dae Hyun, duduklah disini," ujar Hae Sok sembari menepuk sofa yang masih kosong tepat di sampingnya.     

Dae Hyun lalu duduk sesuai permintaan neneknya.     

"Apa yang sedang kalian bicarakan? Sepertinya sangat serius," ujar Dae Hyun pura-pura tidak bisa menebak apa yang sedang terjadi.     

"Dae Hyun, kembalilah bekerja di hotel lagi jika kau masih menyayangi nenek," pinta Hae Sok dengan penuh harap.     

"Adikmu sejak semalam tidak bisa dihubungi. Ntah pergi kemana di sekarang. Jika posisi direktur kosong maka keadaan hotel akan semakin sulit,", terang Hae Sok untuk memberikan pengertian kepada cucu sulungnya karena dialah satu-satunya harapan.     

"Dasar pengecut! Dia justru malah kabur di saat dibutuhkan seperti ini," umpat Dae Hyun dengan rasa kesal.     

"Bu, kami tidak setuju jika Dae Hyun kembali lagi. Dia itu sudah membuat malu keluarga dan hotel juga. Tidak pantas seorang pemimpin memiliki istri sampai dua apalagi salah satu istrinya tidak memiliki asal usul yang jelas. Bagaimana mungkin nantinya ia bisa mengendalikan hotel?" sergah Jung Woo yang sangat tidak setuju.     

"Benar, bukankah sudah ada kesepakatan sejak dulu. Jika seorang direktur hanya boleh memiliki satu wanita," timpal Hyung Sik.     

Dae Hyun hanya menggertak giginya kuat-kuat ketika mendengar kedua pamannya mengatakan Soo Yin tidak memiliki asal usul yang jelas.     

"Memang dulu ada kesepakatan seperti itu. Namun aku tidak setuju jika sampai kalian yang memimpin karena justru menghancurkan hotel. Kalian hanya menantu di keluarga ini sehingga kalian tidak ada hak. Lagi pula di masa lalu kalian susah pernah memimpin hotel. Namun apa yang didapat? Kalian berdua justru membuat hotel bangkrut jika saja Dae Hyun tidak cepat kembali dari luar negeri dan mengambil alih," ungkap Park Ji Hoon dengan dada yang memburu baik turun.     

"Itu dulu. Sekarang susah berbeda, meski Dae Hyun kembali tetap saja percuma karena kehidupannya penuh skandal. Hotel akan dicap buruk karena pemimpin yang buruk," sanggah Jung Woo dengan sengit.     

"Gara-gara ulah Dae Hyun dan Kim Soo Hyun sekarang hotel semakin sepi. Jika Ibu memberikannya pada kami maka akan dipastikan bisa bangkit dan berjaya kembali," ujar Hyung Sik sembari memandang Hae Sok.     

"Ulah kami kalian bilang? Bukankah kalian yang mengubah kebijakan hotel seenaknya sendiri? Para karyawan bahkan banyak yang mengundurkan diri karena upah yang tidak sesuai. Mau sampai kapan kalian akan bertindak seperti dulu lagi." Dae Hyun tersenyum miring memandang kedua pamannya karena duduk mereka saling berhadapan.     

"Dari mana kau tau akan hal itu? Tentu saja kebijakan harus diubah agar tidak merugikan hotel," kilah Hyung Sik.     

Mereka terus berdebat tidak ada henti-hentinya hingga menyebabkan Hae Sok merasa pusing dan dadanya terasa sesak. Ia sungguh tidak ingin anak dan menantunya menjadi terpecah belah seperti ini.     

"Cukup hhhh," ujar Hae Sok sembari memegangi dadanya yang semakin sesak.     

"Nenek," ujar Dae Hyun dengan panik ketika melihat Hae Sok yang seketika  jatuh pingsan.     

"Ibu, bangunlah," ujar Ny. Park dengan histeris takut terjadi sesuatu pada ibu mertuanya.     

Semua orang yang tadinya memasang wajah tegang kini sangat khawatir.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.