Istri Simpanan

Bab 483 - Lupa



Bab 483 - Lupa

0Hallym University Medical Center,     

Hae Sok langsung dilarikan ke rumah sakit agar secepatnya dilakukan pertolongan. Suasana yang tadinya tegang kini berubah menjadi haru. Mereka masih menunggu kabar baik dari dokter yang menangani Hae Sok di ruangan gawat darurat. Semua anggota keluarganya hanya berharap agar Hae Sok baik-baik saja dan tidak terjadi sesuatu yahg serius.     

"Bu, tenanglah," bujuk Dae Hyun pada Ny. Park yang terus terisak. Mereka duduk di kursi tepat di depan ruangan dimana saat ini Hae Sok tengah diperiksa oleh dokter.     

"Lihatlah gara-gara kekacauan yang terjadi nenekmu mengalami serangan jantung. Seharusnya kau menuruti ibu agar segera kembali mengurus hotel. Jika sudah terjadi seperti ini, siapa yang harus disalahkan?" ujar Ny. Park di sela isak tangisnya.     

Dae Hyun menghela nafas berat. Tak disangka kedatangannya untuk menemui Kim Soo Hyun malah terjadi kekacauan. Beberapa hari yang memang sempat memintanya untuk kembali ke hotel tapi dirinya masih menimbang-nimbang.     

"Sudahlah, Bu. Siapa yang tahu jika akan terjadi seperti ini," ujar Dae Hyun untuk menenangkan ibunya.     

"Jika nenekmu terbangun. Kau harus menuruti apapun yang dikatakan olehnya. Dae Hyun, jadilah pria penurut dan jangan membangkang perkataan orang tua," ujar Ny. Park.     

Dae Hyun hanya terdiam mendengar ucapan ibunya. Percuma saja membantah yang ada hanya semakin menyakiti perasaan ibunya.     

"Bagaimana keadaan ibu?" ujar Hyun Bin yang merupakan salah satu bibi Dae Hyun. Ia baru saja datang ke rumah sakit setelah mendapat kabar jika Hae Sok dirawat.     

"Dokter sedang memeriksanya di dalam," ujar Park Ji Hoon yang berdiri di depan pintu. Ada keinginan untuk marah pada adiknya tapi sebenarnya mereka tidak bersalah. Suami mereka lah yang terlalu gila harta dan kekuasaan.     

"Semoga saja ibu baik-baik saja," timpal Shin-hye yang tak kalah khawatir.     

Tidak lama kemudian akhirnya Dokter yang menangani Hae Sok keluar dari ruang UGD.     

"Bagiamana keadaan ibuku, Dok?" ujar Park Jo Hoon ingin segera mengetahui keadaan ibunya.     

"Dia baik-baik saja meski keadaannya masih lemah. Aku sarankan jangan membuatnya terlalu memikirkan sesuatu yang berat. Dia seperti ini karena terlalu banyak pikiran" saran sang Dokter agar tidak membuat pikiran Hae Sok menjadi runyam.     

"Baik, Dokter," sahut Park Ji Hoon mengerti.     

Dokter itu pun segera pergi meninggalkan mereka setelah berbincang-bincang sebentar dengan Park Ji Hoon.     

"Ingat, jika kalian ingin menjenguk ibu. Jangan sesekali membicarakan hotel, terutama kalian berdua," ujar Park Ji Hoon sembari memandang kedua adik iparnya secara bergantian.     

"Sepertinya ibu lebih menyayangi anak lelakinya daripada anak perempuan," gerutu Jung Woo yang langsung disetujui oleh Hyung Sik. Mereka lantas memasang wajah masam.     

================================     

The Flower Restaurant,     

Restoran baru saja ditutup, Soo Yin masih setia menunggu Dae Hyun yang mengatakan akan menjemputnya setelah urusannya selesai dari UN Village. Namun sampai pukul sebelas malam, tak ada tanda-tanda kedatangannya.     

"Kenapa lama sekali?" gerutu Soo Yin sembari menahan rasa kantuknya. Ia tetap menunggu di halaman belakang restoran seperti biasa sembari menikmati indahnya bintang di langit.     

Keadaan restoran sudah sangat sepi karena semuanya sudah pulang kecuali para security yang berjaga di depan.     

Sudah puluhan kali Soo Yin mencoba menghubungi Dae Hyun tapi tak kunjung dijawab. Padahal ia sudah ngantuk berat. Ia semakin merapatkan sweaternya dengan tangan karena angin malam cukup membuat tubuhnya terasa menggigil. Jika belum ada janji mungkin ia memilih susah pulang sejak tadi.     

Jam berlalu begitu cepat, Soo Yin benar-benar tak kuasa menahan rasa kantuknya hingga ia pun perlahan menyadarkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangan sebagai bantalan.     

Dae Hyun baru saja teringat jika harus menjemput Soo Yin setelah beberapa jam di rumah. Sehingga ia langsung bergegas ke restoran untuk menemui Soo Yin.     

Dae Hyun segera turun dari mobil setelah memarkirkan mobilnya di depan restoran yang sudah sangat sepi.     

"Apakah Soo Yin sudah pulang?" tanya Dae Hyun pada security yang tengah berjaga.     

"Belum, Tuan. Sejam yang lalu aku memintanya untuk pulang tapi Nona Soo Yin bersikeras tetap ingin disini menunggu Tuan."     

Setelah mendengar jawaban dari security, Dae Hyun segera melangkah setengah berlari lewat halaman samping untuk mencari keberadaan Soo Yin saat ini.     

Pandangannya langsung terpaku pada seseorang yang tengah tidur dalam posisi duduk. Wajah cantik itu terlihat kedinginan hingga bibirnya terlihat begitu pucat.     

"Sayang, bangunlah," ujar Dae Hyun dengan lembut, tidak ingin membuat Soo Yin terkejut dengan kedatangannya.     

Soo Yin perlahan membuka matanya dengan pandangan kabur. Ia tersenyum karena seseorang yang ditunggunya sejak tadi akhirnya datang.     

"Akhirnya kau datang juga," ucap Soo Yin dengan bibir bergetar. Berusaha menegakkan kepalanya yang terasa berat dan sakit.     

Dae Hyun berjongkok di depan Soo Yin kemudian menggenggam erat jemari yang terasa begitu dingin. Ia meniupnya agar sedikit bisa memberikan kehangatan.     

"Maafkan aku, Sayang. Aku lupa jika harus menjemputmu," ucap Dae Hyun penuh rasa penyesalan. Seharusnya ia langsung menjemput istrinya setelah mengantarkan neneknya ke rumah sakit. Namun semuanya sudah terlanjur, ia benar-benar tidak mengingatnya sama sekali.     

Terlalu lama berada di luar di saat cuaca yang sangat dingin membuat kepala Soo Yin terasa sangat sakit. Hingga ia memijat kepalanya.     

"Sebaiknya kita pulang," ajak Dae Hyun yang sudah berdiri bersiap membopong tubuh Soo Yin. Namun belum sempat membopongnya tubuh mungil itu sudah ambruk. Beruntung Dae Hyun berhasil menopangnya.     

"Sayang, bangunlah," ujar Dae Hyun dengan perasaan sangat resah dan panik saat ini.     

Tanpa pikir panjang Dae Hyun segera mengangkat tubuh Soo Yin kemudian membawanya ke rumah sakit. Khawatir terjadi sesuatu pada istri kecilnya. Pria itu membawanya ke rumah sakit yang sama dengan dimana Hae Sok saat ini dirawat.     

"Dokter, bagaimana keadaan istriku saat ini?" ujar Dae Hyun yang memaksa menerobos masuk ke dalam kamar pasien padahal dokter sedang memeriksa keadaannya.     

"Dia baik-baik saja. Tidak ada masalah yang terlalu serius. Ia hanya kelelahan ditambah dengan perutnya yang kosong sehingga menyebabkannya jatuh pingsan. Tidak lama lagi juga akan siuman," terang sang Dokter.     

Dae Hyun menganggukan kepalanya. Mengerti jika mungkin Soo Yin belum makan karena mereka berjanji ingin makan malam bersama. Pantas saja dokter mengatakan jika perutnya kosong.     

"Sayang, maafkan aku. Seharusnya aku tadi tidak melupakanmu," ujar Dae Hyun dengan nada sendu.     

"Setelah kau nanti terbangun kau bisa marah padaku dan melakukan apapun yang bisa membuat amarahmu terlampiaskan. Aku mohon jangan berlama-lama kau menutup mata," imbuh Dae Hyun.     

Dae Hyun tetap terjaga hingga jam 4 pagi. Perasaannya benar-benar cemas karena Soo Yin tidak kunjung tersadar. Namun semakin lama rasa kantuk itu semakin berat hingga perlahan Dae Hyun menyandarkan kepalanya di atas ranjang tepat di samping Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.