Istri Simpanan

Bab 488 - Perubahan Aeri



Bab 488 - Perubahan Aeri

0Satu per satu dari mereka sudah mulai berjalan ke ruang makan. Dae Hyun sengaja berjalan terlebih dahulu agar Soo Yin bisa duduk di sampingnya.     

Namun sayang sekali karena Soo Yin masih mencuci tangannya ketika satu per satu dari mereka duduk. Ada rasa ketakutan tersendiri untuk masuk kembali ke meja makan. Jantungnya berdebar karena takut kedatangannya akan merusak suasana menjadi tidak nyaman.     

"Nona, semua orang sudah berkumpul di meja makan. Pergilah, biarkan kami yang menyelesaikan semuanya," ujar Eun Hee.     

"Iya, sebentar lagi. Sepertinya aku harus pergi ke toilet sebentar," ujar Soo Yin dengan perasaan gugup lalu melangkahkan kakinya menuju toilet.     

Eun Hee kemudian kembali ke ruang makan untuk menyelesaikan tugasnya.     

"Eun Hee, dimana istriku?" bisik Dae Hyun dengan suara lirih.     

"Nona sedang ke toilet, Tuan," sahut Eun Hee.     

Aeri memandang curiga ke arah Dae Hyun yang tengah membisikkan sesuatu dengan Eun Hee. Apalagi sejak tadi Dae Hyun melarang siapa saja yang hendak duduk di kursi yang berada di dekatnya.     

"Baiklah, suruh istriku cepat kemari karena semuanya sudah berkumpul," ujar Dae Hyun pada Eun Hee.     

Eun Hee menganggukan kepalanya.     

Mau tidak mau kali ini Soo Yin harus bertemu dengan mereka semua karena tidak mungkin untuk menghindar terus menerus. Dengan dagu yang ditegakkan Soo Yin melangkahkan kakinya ke ruang makan. Ia teringat jika berjalan di di depan musuh sebaiknya jangan berjalan dengan posisi menunduk agar mereka tidak meremehkan.     

Dada Aeri langsung naik turun ketika melihat kedatangan Soo Yin. Pantas saja Dae Hyun tampak santai. Ternyata sejak tadi menyembunyikan kedatangan wanita itu.     

"Selamat malam, semuanya," sapa Soo Yin dengan mengembangkan senyumnya selebar mungkin agar tidak gugup.     

Semua orang menoleh ke arah sumber suara dan suasana di ruang makan itu mendadak hening untuk beberapa saat.  Banyak yang langsung memandangnya dengan wajah yang tidak suka.     

"Soo Yin, akhirnya kau datang. Nenek pikir kau tadi tidak ikut bersama Dae Hyun," ujar Hae Sok yang paling gembira di antara yang lainnya.     

"Maaf, Nek," ujar Soo Yin seraya membungkukkan tubuhnya.     

Aeri lantas berdiri lalu menghampiri Soo Yin.     

Melihat Aeri yang sepertinya hendak melakukan sesuatu pada Soo Yin, Dae Hyun juga ikut berdiri untuk bersiap-siap jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.     

"Aeri, apa yang akan kau lakukan?" sergah Dae Hyun dengan nada dingin.     

"Selamat datang, Soo Yin." Aeri lalu mencium pipi Soo Yin secara bergantian. Membuat semua orang sangat terkejut. Karena mereka pikir tadinya Aeri akan melakukan kekerasan pada Soo Yin. Hal ini sungguh di luar dugaan mereka semua.     

Termasuk Soo Yin yang termangu di tempatnya. Namun buru-buru tersadar karena bisa saja saat ini Aeri sedang merencanakan sesuatu.     

"Bagaimapun Soo Yinadalah adikku. Sudah seharusnya aku menyambutnya dengan baik. Maafkan aku jika selama ini sikapku sangat tidak baik padamu. Karena sebagai seorang wanita aku sangat Syok mengetahui Dae Hyun menjalin hubungan dengan gadis lain," ujar Aeri dengan tersenyum penuh arti.     

"Duduklah, karena makan malam akan segera dimulai." Aeri menarik kursi untuk Soo Yin lalu menuntunnya agar duduk.     

Dae Hyun yang sudah memasang wajah tegang langsung kembali duduk di kursinya. Ini sungguh di luar dugaannya karena sikap Aeri tiba-tiba saja berubah.     

Aeri lalu kembali di kursinya dengan tatapan semua orang mengikuti ke arahnya. Termasuk Ny. Park yang tidak habis pikir jika Aeri akan melakukan hal itu. Padahal dulu untuk meminta maaf saja tidak mau. Yang ada hanya sorot mata kebencian jika keduanya bertemu.     

"Kalian kenapa memandangku seperti itu? Apakah yang aku lakukan ini sangat aneh? Bukankah seharusnya kalian senang karena aku sudah menerima Soo Yin dengan lapang dada? Lagi pula Dae Hyun sangat mencintainya. Sebagai seorang istri yang baik aku harus menuruti apapun yang suamiku lakukan," ujar Aeri sembari terkekeh.     

Semua orang hanya diam tanpa berniat untuk berkomentar sama sekali. Justru apa yang Aeri lakukan menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak mereka.     

"Semuanya, ayo kita mulai makan. Aku juga sejak tadi sudah sangat lapar," ujar Aeri. Lalu ia menyendokkan makanan ke dalam piring Dae Hyun.     

"Sayang, makanlah yang banyak. Karena kau harus memiliki stamina yang kuat. Biasanya gadis muda itu menginginkan lebih seperti kita dulu." Aeri terkekeh dengan memasang wajah malu-malu.     

"Kau juga, Soo Yin. Makanlah bahan yang bergizi agar Yeon Ho segera mendapatkan adik baru." Arti juga menyendokkan makanan ke dalam piring Soo Yin hingga piring itu penuh.     

Soo Yin memandang ke arah Aeri dengan penuh tanda tanya. Karena hal ini memang di luar dugaannya Aeri bersikap seperti itu. Jika melihat dari sorot matanya, Soo Yin juga tidak menemukan sorot mata kebencian seperti sebelumnya.     

"Aeri, apa yang kau lakukan? Kenapa kau mendadak bersikap seperti ini?" bisik Shin-hye yang kebetulan duduk persis di samping Aeri.     

"Bibi, kenapa memangnya? Apakah ada yang salah?" sahut Aeri dengan santai.     

"Apakah kau sudah tidak waras sehingga sikapnya berubah begitu baik kepadanya?" ujar Shin-hye dengan suara pelan sembari memandang Soo Yin dengan tatapan tidak suka.     

"Aku masih waras, Bibi. Aku hanya mencoba menerima keadaan agar tidak kehilangan Dae Hyun. Mulai sekarang aku akan belajar menjadi seorang istri yang baik untuk suamiku," sahut Aeri.     

Ny. Park memasang ekspresi rumit saat ini. Masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana mungkin Aeri bisa menerima wanita lain dalam rumah tangganya?      

"Aeri, nenek senang jika kalian akur seperti ini," ujar Hae Sok. Mengungkapkan rasa bahagia karena Aeri tidak lagi membenci Soo Yin meski hal itu sangat aneh.     

"Terima kasih, Nek. Aku tersadar jika selama ini aku salah. Seharusnya aku tidak boleh bersikap seperti itu. Jika saja Dae Hyun jujur sejak awal mungkin aku akan lebih menerima semua ini," ucap Aeri dengan senyum yang selalu tersungging di bibirnya.     

Semua orang mulai makan dengan tenang. Hanya ada suara peralatan makan yang berdenting saling bersahutan.     

Soo Yin hanya memandang makanan yang begitu penuh di piringnya. Melihatnya saja sudah membuatnya tidak berselera untuk makan.     

"Soo Yin, kenapa kau tidak makan? Apakah makanannya tidak enak? Jika kau tidak suka biarkan para pelayan memasaknya lagi untukmu," ujar Aeri.     

"Tidak perlu, ini makanannya sangat enak," ujar Soo Yin seraya tersenyum tipis lalu menyendokkan satu suapan ke mulutnya.     

Dae Hyun menukar piring Soo Yin yang sangat penuh makanan dengan piringnya.     

"Makan saja punyaku," ujar Dae Hyun karena sama sekali belum menyentuhnya. Lagi pula siapa yang akan berselera makan karena Aeri memasukkan semua menu yang ada menjadi satu.     

"Sayang, kenapa kau yang justru memakannya? Soo Yin harus makan dengan porsi banyak agar tidak kurus," ujar Aeri.     

"Perutnya tidak akan muat untuk menghabiskan semua ini. Biarkan aku yang memakannya karena perutku sangat lapar," ujar Dae Hyun dengan tegas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.