Istri Simpanan

Bab 489 - istri kedua suamiku



Bab 489 - istri kedua suamiku

0Setelah selesai acara makan malam, mereka melanjutkan acara berbincang-bincang kembali di ruang keluarga sembari menikmati acara televisi. Mereka benar-benar tidak menyia-nyiakan moment berkumpul bersama yang belum tentu bisa setahun sekali.     

Semakin malam bahkan semakin banyak yang datang. Mereka kebanyakan kerabat dari anak-anak kakak dan adik Hae Sok. Mereka memang secara bergantian mengunjungi tetua masing-masing keluarga jika ada acara tertentu.     

Soo Yin hanya duduk di sudut tanpa sepatah katapun yang terucap di bibirnya. Sama sekali tidak mengerti yang mereka bahas. Berbeda dengan Aeri yang lancar berbicara dengan mereka semua karena memang sudah terbiasa. Aeri sudah lama mengenal keluarga besar Dae Hyun, jadi tentu saja dia sudah tahu sangat banyak tentang keluarga itu.     

Soo Yin duduk di sudut tepat di belakang Aeri. Sehingga ia bisa menyadari jika ada beberapa orang yang menatapnya seperti orang asing.     

Dae Hyun berkumpul bersama para pria di ruang tamu sehingga Soo Yin tidak mungkin berada di antara mereka.     

"Aeri, siapa yang duduk di belakangmu? Sepertinya aku baru tahu wajahnya," ujar salah seorang kerabat Dae Hyun yang berasal dari luar kota.     

"Ah, aku hampir saja lupa," ujar Aeri sembari berbalik memandang Soo Yin.     

"Soo Yin, bergeserlah lebih dekat denganku. Bukankah kita keluarga? Jangan terlalu jauh seperti itu," ujar Aeri seraya menarik tangan Soo Yin.     

Mau tidak mau Soo Yin menggeser sedikit tubuhnya untuk duduk tepat di samping Aeri. Mereka saat ini tengah duduk di lantai beralaskan tikar.     

"Kenalkan, ini adalah Soo Yin. Dia istri kedua suamiku," ujar Aeri dengan mengembangkan senyumnya.     

Orang-orang yang belum tahu akan berita terlihat syok hingga mereka ternganga mendengar ucapan Aeri. Bahkan dari mereka ada yang menggelengkan kepalanya tidak percaya.     

"Aeri, kau tidak salah kan?" ujar salah seorang di antara mereka.     

"Tentu saja tidak. Tadinya dia bekerja menjadi sekretaris Dae Hyun. Hingga kemudian ternyata mereka diam-diam menikah," sahut Aeri.     

"Kau tidak marah suamimu menikah lagi?"     

"Tentu saja marah. Aku adalah wanita normal sehingga pasti marah jika mengetahui suamiku menikah lagi. Namun sekarang aku mencoba untuk menerima semuanya. Yang terpenting Dae Hyun tidak meninggalkanku karena Yeon Ho masih membutuhkan keluarga yang utuh," terang Aeri dengan wajah berbinar.     

"Ya ampun, aku sungguh wanita yang sangat berbesar hati sekali, Aeri."     

Orang-orang mulai memuji Aeri, hingga hatinya melambung tinggi ke langit. Karena memang inilah yang ia inginkan. Ternyata tidak sia-sia menerima Soo Yin sebagai madunya akan memiliki efek yang luar biasa.     

"Aku hanya mencoba menerima saja. Meski awalnya sakit tapi lama-lama mungkin aku akan terbiasa," ujar Aeri dengan malu-malu.     

Dengan adanya pengakuan Aeri yang menerimanya sebagai madu, membuat Soo Yin merasa semakin terpojok. Ia merasa semua orang yang tadinya bersikap biasa saja justru kini memandangnya dengan tatapan remeh.     

"Maaf, aku pergi dulu. Ingin ke toilet sebentar," pamit Soo Yin yang sudah mulai tidak nyaman.     

"Sayang sekali padahal mereka ingin berkenalan denganmu," ujar Aeri dengan bibir cemberut.     

"Aku hanya sebentar saja. Nanti aku akan kembali lagi," ujar Soo Yin yang langsung pergi kemudian meninggalkan mereka semua.     

"Madumu itu terlihat sangat polos," ujar salah satu di antara mereka ketika Soo Yin sudah tak nampak lagi.     

"Tentu saja, itu sebabnya suamiku mencintainya. Bukankah seorang pria memang lebih menyukai gadis lugu dan polos? Sebaiknya kalian hati-hati jika suami kalian dekat dengan gadis seperti itu," ujar Aeri dengan diikuti tawa renyah.     

"Wah, kau benar juga. Sebaiknya mulai sekarang kita harus berhati-hati."     

Setelah mencuci mukanya di wastafel, Soo Yin memilih keluar lewat pintu samping untuk mencari angin segar.     

Dengan langkah gontai, Soo Hyun berjalan di halaman menuju bangku yang terletak di bawah pohon. Pencahayaan di sana remang-remang sehingga tidak mungkin ada yang melihatnya.     

Soo Yin merapatkan sweater yang membalut tubuhnya karena angin sepoi-sepoi mulai berhembus. Di sana suasana lebih tenang dan membuatnya nyaman.     

Sejujurnya matanya sudah mengantuk namun Soo Yin tidak tahu harus tidur dimana. Meski di rumah itu banyak terdapat kamar tapi kerabat yang datang juga banyak. Rasanya tidak akan muat jika satu keluarga menempati kamar satu.     

Soo Yin memandang langit yang tertutup awan. Cuaca malam ini sepertinya sedang tidak terlalu cerah. Jika tahu akan seperti ini lebih baik dia tidak ikut. Namun Soo Yin sungguh merasa tidak enak dengan Hae Sok.     

Semakin lama terkena angin malam justru membuatnya seperti ada yang membelai. Hingga Soo Yin memejamkan matanya dengan bersandar pada sandaran kursi kayu.     

°     

Di ruang keluarga, Dae Hyun mengedarkan pandangannya ke arah para wanita yang sedang mengobrol dan bercengkrama.     

"Sayang, apa kau mencari seseorang?" ujar Aeri yang berdiri di belakang Dae Hyun.     

Dae Hyun seketika langsung menoleh. Sebagai seorang pria yang sudah mengenal Aeri begitu lama, ia belum percaya dengan sikap Aeri yang sangat manis.     

"Hmm, dimana Soo Yin? Aku tidak melihatnya sejak tadi," ujar Dae Hyun dengan wajah datar.     

"Dia tadi berpamitan pergi ke toilet sebentar tapi sampai sekarang belum kembali. Mungkin dia sudah tertidur di kamar," ucap Aeri.     

"Baiklah, biarkan aku mencarinya," ujar Dae Hyun dengan rasa cemas karena Soo Yin pasti merasa sendirian.     

"Dae Hyun, kau mau kemana?" sergah salah seorang wanita paruh baya yang merupakan kerabat dekat Hae Sok.     

"Bibi Min-hwa," ujar Dae Hyun lalu membungkukkan tubuhnya.     

"Sekarang kau sudah sangat dewasa dan sukses. Meskipun bibi mendengar jika ada masalah sedikit. Namun syukurlah karena semuanya sudah berlalu," ujar Min-hwa seraya tersenyum.     

"Ternyata sudah sangat lama kita tidak bertemu," lanjut Min-hwa.     

"Benar, Bibi. Kita bertemu dulu saat acara pernikahanku," ujar Dae Hyun.     

"Semoga pernikahan kalian tetap langgeng meskipun ada wanita lain di hatimu. Ingat istri pertama lah ynag seharusnya diutamakan karena dialah yang mendukung kita saat di bawah. Berbeda dengan istri muda yang bertemu ketika sudah sukses," ujar Min-hwa seraya terkekeh.     

"Tidak usah begitu, Bibi. Bagiku yang terpenting Dae Hyun bisa bersikap adil di antara kami berdua sudah lebih dari cukup. Lagi pula Dae Hyun bilang dia yang memaksa Soo Yin untuk menikah dengannya. Sehingga aku yakin Soo Yin adalah gadis yang baik," ujar Aeri seraya melirik Dae Hyun yang memasang wajah masam.     

"Kau memang wanita luar biasa," puji Min-hwa pada Aeri.     

"Bibi, sebaiknya aku pergi dulu. Silahkan lanjutkan obrolan kalian," ujar Dae Hyun.     

"Kenapa terburu-buru? Padahal baru sebentar kita mengobrol," ujar Min-hwa.     

"Bibbi bisa meminta Aeri untuk menemani," ujar Dae Hyun lalu melangkah pergi menjauh kedua wanita itu. Ia sangat yakin ada maksud tersembunyi dari sikap Aeri yang berubah drastis kepada Soo Yin.     

"Sebaiknya kita bergabung lagi dengan yang lain," ajak Aeri pada Min-hwa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.