Istri Simpanan

Bab 490 - Tidak percaya



Bab 490 - Tidak percaya

0Dae Hyun menjelajahi rumahnya beberapa kali tapi tak kunjung menemukan Soo Yin. Rasa cemas lantas hadir di hatinya. Bahkan Dae Hyun sampai memeriksa satu per satu kamar tamu yang ada. Namun hasilnya nihil.     

"Eun Hee, apakah kau melihat Soo Yin?" ujar Dae Hyun.     

"Sepertinya tadi aku melihat nona keluar dari pintu samping, Tuan."     

"Ya sudah." Dae Hyun segera keluar dengan langkah tergesa-gesa. Tidak mungkin jika Soo Yin sampai pulang ke rumah.     

Dae Hyun berjalan ke arah penjaga untuk menanyakan istrinya tapi mereka mengatakan jika Soo Yin tidak keluar. Hingga Dae Hyun berpikir sejenak karena bisa saja saat ini sedang berada di suatu tempat yang sepi.     

"Uhuk… uhuk…"     

Dae Hyun menolehkan wajahnya ketika mendengar suara orang yang terbatuk-batuk. Ternyata itu berada di tempat yang remang-remang terlihat. Dae Hyun segera menghampiri karena sangat mengenal suara itu.     

"Sayang, kenapa kau tidur di sini?" ujar Dae Hyun. Lantas duduk di samping Soo Yin yang sedang menguap.     

"Hmmm, aku sangat mengantuk," ujar Soo Yin seraya menggeser kepala nya lalu bersandar di bahu Dae Hyun.     

"Kenapa tidak tidur di dalam jika mengantuk?" Dae Hyun merengkuh pinggang istri kecilnya untuk mengurangi rasa dingin yang dirasakan Soo Yin.     

"Aku tidak tahu harus tidur dimana," sahut Soo Yin sembari meniup tangannya yang terasa dingin.     

"Ayo kita ke dalam."     

"Nanti saja. Di dalam aku akan merasa sendirian sehingga lebih baik di sini saja bersamamu," ujar Soo Yin semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Dae Hyun.     

Dae Hyun mengusap rambut Soo Yin dengan gerakan lembut lalu mencium keningnya berulang-ulang.     

"Maaf, seharusnya kita tadi tidak perlu kesini," ujar Dae Hyun.     

"Apa Kim Soo Hyun belum pulang juga di saat ada acara nenek seperti ini," tanya Soo Yin dengan dahi berkerut.     

"Sepertinya dia sedang merenung di suatu tempat. Dia biasanya memang seperti itu jika sedang menghadapi masalah. Namun jika dalam beberapa minggu ke depan maka aku akan langsung mencarinya sendiri," ujar Dae Hyun.     

"Semoga saja setelah pulang pikirannya sudah berubah." Soo Yin hanya kasihan dengan Jean yang tampaknya masih berharap dengan Kim Soo Hyun meskipun bibirnya berucap tidak menginginkannya lagi.     

"Hmmm, padahal ingin sekali aku menghajarnya."     

Soo Yin mencubit pinggang Dae Hyun hingga ia merintih kesakitan. Terkadang benar-benar tidak suka dengan sikap Dae Hyun hang selalu saja memakai otot jika berucap.     

"Kenapa kau mencubitku?" ujar Dae Hyun      

"Itu karena kau sekali berbicara dengan emosi," gerutu Soo Yin sembari memutar bola matanya.     

"Aku hanya kesal saja memiliki saudara tidak bertanggung jawab seperti dia," kilah Dae Hyun. Lalu mengendus-endus leher Soo Yin untuk mencium aroma tubuhnya yang sangat menggoda.     

"Dae Hyun, berhentilah melakukan sesuatu yang tidak wajar. Apakah kau ingin orang-orang mengetahui apa yang tengah kita lakukan?" ujar Soo Yin seraya mendorong tubuh Dae Hyun agar menjauh.     

Dae Hyun menggeser tubuhnya lalu berbaring dengan pangkuan Soo Yin digunakan untuk bantalan. Dengan posisi seperti itu membuatnya bisa melihat wajah Soo Yin meskipun remang-remang.     

"Tidak usah memandangku seperti itu." Wajah Soo Yin terasa memanas, malu karena Dae Hyun menatapnya dengan intens.     

"Memangnya kenapa?"     

"Aku takut kau akan bosan," sahut Soo Yin disertai dengan kekehan yang renyah.     

"Mana mungkin aku akan bosan. Bahkan bersamamu sepanjang hari aku tidak akan pernah bosan." Baginya Soo Yin seperti mentari pagi yang selalu memberikan kehangatan untuknya.     

"Sudahlah, tidak usah berbicara omong kosong." Soo Yin merasa gemas hingga ia pun mencubit hidung Dae Hyun.     

Mereka terus tertawa dan saling bercanda. Tidak menyadari ada seseorang yang berdiri tidak jauh. Ia mengepalkan tinjunya dengan erat karena merasakan kecemburuan. Pasalnya Dae Hyun tidak pernah bersikap seperti itu selama mereka menikah.     

"Nikmatilah kebersamaan kalian yang tinggal beberapa hari lagi. Setelah ini yang ada hanyalah air mata," ujar Aeri dengan bibir melengkung membentuk senyuman sinis dan penuh kebencian.     

"Hmmm." Aeri segera membuka suara setelah berada di belakang Dae Hyun dan Soo Yin Karena mereka sepertinya tidak menyadari kedatangannya.     

"Kalian terlihat sedang asyik sekali duduk di sini hanya berdua saja. Apakah kalian tidak mengingat jika ada aku di sini," ujar Aeri.     

Dae Hyun lantas menegakkan tubuhnya dalam posisi duduk. Lalu merapikan bajunya. Kedatangan Aeri sangat mengganggunya.     

"Sudahlah, tidak usah bersikap manis seperti itu. Di sini tidak ada siapa-siapa lagi kecuali kami berdua," ujar Dae Hyun dengan wajah datar tanpa menolehkan wajahnya memandang istri pertamanya.     

"Apa yang kau katakan? Aku sama sekali tidak berpura-pura. Lagipula untuk apa aku melakukannya? Bukankah kau sudah sangat mengenalku jika aku tidak suka berpura-pura bersikap baik," ujar Aeri tanpa nada emosi sama sekali. Ia justru duduk di samping Dae Hyun lalu menyandarkan kepalanya di bahunya.     

"Aeri, menyingkirlah. Apa yang kau lakukan?" ujar Dae Hyun seraya menggerakkan bahunya.     

"Sayang, kita masih dalam ikatan pernikahan sehingga aku juga ingin merasakan seperti Soo Yin yang bisa bermanja-manja ketika bersamamu. Karena seingatku kau tidak pernah melakukan hal seperti itu kepadaku," ujar Aeri yang terdengar nada sendu.     

"Kita memang masih ada ikatan pernikahan tapi itu semua karena kedua orang tuaku. Jika tidak, kita sudah bercerai dari dulu," ungkap Dae Hyun. Dia tipe pria yang tidak suka basa-basi. Sudah cukup tujuh tahun menikah dengan Aeri dan berpura-pura menjadi pria yang baik.     

Aeri mendesah panjang.     

"Kau benar jika ikatan ini memang masih ada karena permintaan ibu. Tapi apakah kau tidak ingat malam dimana kita berada di hotel kau berjanji tidak akan meninggalkanku sebelum kita melakukan hal itu. Namun sepertinya kau lupa karena saat itu mabuk," terang Aeri panjang lebar. Dengan sengaja agar Soo Yin bisa ikut mendengarnya.     

"Sudahlah, ini sudah malam. Tidak usah berbicara omong kosong karena aku sudah mengantuk," ujar Dae Hyun. Semakin lama berbicara dengan Aeri maka dia akan mengatakan yang tidak-tidak di masa lalu.     

"Ayo Sayang, kita ke dalam. Aku juga sudah sangat mengantuk," ajak Dae Hyun seraya berdiri kemudian menggenggam tangan Soo Yin.     

"Aku baru saja datang kesini tapi kenapa kalian pergi?" ujar Aeri.     

"Ini sudah larut malam serta cuaca diluar sangat dingin," sahut Dae Hyun dengan nada datar. Seandainya Aeri tidak datang mungkin dirinya masih berlama-lama di sana.     

Soo Yin sebenarnya merasa sedikit tidak enak dan kasihan dengan Aeri. Bisa saja wanita itu sudah benar-benar berubah. Meskipun rasanya tidak mungkin.     

"Dae Hyun, kenapa kau bersikap dingin padanya?" ujar Soo Yin.     

"Jangan terlalu percaya kata-katanya. Karena aku sangat mengenal seperti apa Aeri," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin menoleh ke arah Aeri sebentar. Sebelum akhirnya terus melangkah mengikuti Dae Hyun masuk ke dalam rumah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.