Istri Simpanan

Bab 502 - Menyendiri



Bab 502 - Menyendiri

0Pulau Ulleungdo,     

Seorang pria sedang berbaring di atas sebuah batu besar di pinggir tebing. Sedang menikmati suasana yang nyaman dan tentram di pulau yang cukup terpencil. Di bawah batu tempatnya berbaring berserakan botol wine yang sudah kosong karena beberapa hari disana selalu menghabiskan waktu dengan minum.     

Matanya yang teduh menatap langit sore hari dimana matahari hampir tenggelam. Perasaannya benar-benar rumit saat ini. Sudah beberapa hari tinggal di pulau itu tanpa ada tujuan tapi tetap tidak mendapatkan titik terang.     

Kim Soo Hyun menyadari jika dirinya memang pengecut tidak berani bertanggung jawab dengan apa yang dilakukan olehnya. Ada sedikit rasa bersalah karena sudah berkata yang tidak pantas pada seseorang yang sudah ia nodai.     

Diraihnya kembali wine yang berada di atas batu lalu menenggaknya hingga terbatuk-batuk karena tersedak.     

"Sial!" umpat Kim Soo Hyun ketika merasakan tenggorokannya tercekat.     

Kim Soo Hyun terduduk dengan rambut yang acak-acakan serta baju yang kumal yang. Beberapa hari belakangan memang tidak pernah mengurus penampilannya. Bahkan keluarganya mungkin tidak akan mengenalinya jika posisinya seperti itu.     

"Tolong… tolong… tolong…."     

Tiba-tiba saja Kim Soo Hyun mendengar seperti ada suara seorang wanita yang meminta tolong. Namun pria itu kembali membaringkan tubuhnya di atas batu. Mungkin itu hanyalah suara deburan ombak yang mirip seperti suara orang meminta tolong.     

Semakin lama suara itu semakin terdengar cukup jelas hingga Kim Soo Hyun terduduk kembali karena merasa sangat terusik.     

Ia pun segera turun dengan melompat dari batu besar itu. Lalu melangkahkan kakinya untuk mencari sumber suara tersebut. Suara itu semakin terdengar jelas ketika Kim Soo Hyun menapaki anak tangga menuju ke tepi laut.     

Kim Soo Hyun segera berlari ketika melihat seorang wanita yang sedang berbaring tepat di bibir pantai tengah mengaduh kesakitan.     

Pria itu tidak merasakan sakit di kakinya yang tidak memakai alas ketika batu karang melukai telapaknya. Yang ada di pikirannya saat ini adalah wanita yang berbaring di atas pasir.     

"Tuan, tolong aku," ujar wanita yang berumur sekitar 30 tahun. Ia merintih kesakitan dengan tangan yang memegangi perutnya yang besar.     

"Apa yang terjadi padamu?" ujar Kim Soo Hyun panik.     

"Perutku sakit sekali," rintih wanita itu dengan keringat yang mengucur di dahinya hingga mengalir ke pipi. Di sebelahnya terdapat bakul yang berisi kerang. Sepertinya wanita itu adalah warga sekitar pulau.     

Kim Soo Hyun berjalan mondar mandir di depan wanita itu karena tidak tahu apa yang harus dilakukan olehnya saat ini. Terlebih lagi ketika mencium bau anyir darah segar. Perutnya bergejolak ingin memuntahkan semua yang ada di dalam perutnya.     

Matanya langsung membulat sempurna sembari menutupi hidungnya dengan tangan ketika melihat darah segar mengalir dari kaki wanita itu.     

"Tuan, tolong bawa aku pulang ke rumah," ujar wanita itu dengan air mata yang sudah mengalir membasahi pipinya karena tak kuat lagi menahan sakit di perutnya.     

Kim Soo Hyun ingin kabur dan meninggalkan wanita itu tapi dirinya masih memiliki hati nurani. Sehingga tidak mungkin tega meninggalkannya.     

Dengan sangat terpaksa karena harus menahan rasa ingin muntah akibat bau darah, Kim Soo Hyun membopong tubuh wanita itu. Berjalan dengan langkah cepat menaiki tangga yang terbuat dari batu yang tertata rapi.     

"Dimana rumahmu? Aku tidak tahu daerah sini," ujar Kim Soo Hyun sembari melangkahkan kakinya tanpa tahu arah dan tujuan.     

"Jalanlah terus, jika sudah sampai pada persimpangan jalan yang di pinggirnya ada sebuah pohon yang sangat besar berbeloklah ke kiri. Nanti kau akan menemukan sebuah pemukiman di sana," ujar wanita itu dengan nafas tersengal dan dada yang naik turun. Kini tangannya mulai terkulai lemas.     

"Aku mohon, bertahanlah." Kim Soo Hyun semakin khawatir ketika melihat wajah wanita itu yang sudah sangat pucat. Bahkan kini tangannya telah terkulai tidak berpegangan padanya. Suara rintihan yang tadinya terdengar keras kini suaranya begitu lirih.     

Kim Soo Hyun melangkahkan kakinya lebih cepat lagi melewati jalanan dengan bebatuan yang sangat terjal. Hingga tidak lama kemudian sudah sampai di persimpangan. Dimana di salah satu sisinya tumbuh pohon besar dan rindang. Sesuai perintah wanita itu, Kim Soo Hyun berbelok ke arah kiri.     

Baru beberapa meter melangkahkan kakinya, kini Kim Soo Hyun sudah mulai melihat cahaya lampu di pemukiman penduduk yang masih tradisional. Tanpa pikir panjang Kim Soo Hyun segera menuju ke salah satu rumah warga terdekat. Tidak ada waktu lagi jika harus bertanya wanita yang ada di pangkuannya.     

"Apa ada orang di rumah ini? Tolonglah, cepat buka pintunya karena ada seseorang yang butuh pertolongan," seru Kim Soo Hyun dengan suara sangat keras agar penghuni rumah mendengarnya.     

Tidak lama kemudian seorang wanita paruh baya keluar dari rumah itu.     

"Kau siapa? Sepertinya aku tidak mengenalmu?" ujar wanita itu.     

"Tidak penting aku siapa sekarang yang penting cepat tolong wanita ini. Sepertinya hendak melahirkan," ujar Kim Soo Hyun.     

"Hae-won!" Wanita itu terbelalak lebar setelah mengetahui siapa yang berada di gendongan Kim Soo Hyun.     

"Ya sudah sebaiknya kita bawa dia ke tabib," ujar wanita itu.      

Kim Soo Hyun mengikuti wanita paruh baya itu ke sebuah rumah yang tidak terlalu jauh. Meski tangannya sudah mulai lelah tapi sebisa mungkin mencoba bertahan karena nyawa wanita itu lebih penting.     

Wanita itu segera mengetuk pintu.     

"Nyonya Jang, cepatlah buka pintunya karena Hae-won membutuhkan pertolongan," ujar wanita itu dengan tangan yang mengetuk pintu terus menerus.     

"Min Jung? Apa yang terjadi?" ujar Ny. Jang yang merupakan seorang tabib di desa itu.     

"Hae-won sepertinya akan melahirkan," ujar wanita yang bernama Min Jung dengan perasaan cemas.     

"Cepat bawa masuk," perintah Ny. Jang pada Kim Soo Hyun.     

Dengan patuh Kim Soo Hyun segera masuk kemudian membaringkan Hae-won  di tempat yang telah ditunjukkan oleh Ny. Jang. Ternyata Hae-won masih tersadar padahal Kim Soo Hyun pikir wanita itu sudah pingsan.     

"Hae-won, bertahanlah. Aku pasti akan membantumu untuk melahirkan bayimu," ujar Ny. Jung.     

"Sebaiknya kalian berdua keluar saja. Tunggulah di depan," ujar Ny. Jang pada Kim Soo Hyun dan Min Jung.     

Kim Soo Hyun duduk sembari menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi yang terbuat dari kayu. Kepalanya terasa berat dengan nafas yang masih memburu. Tidak menyangka akan menemui hal seperti ini seumur hidupnya.     

"Sebenarnya dimana kau menemukan Hae-won?" tanya Min Jung pada Kim Soo Hyun.     

"Aku menemukannya di pesisir pantai sudah merintih kesakitan," sahut Kim Soo Hyun.     

"Siapa namamu? Tampaknya kau bukanlah orang sini." Min Jung mengamati pakaian Kim Soo Hyun yang sepertinya dari kota.     

"Panggil saja Soo Hyun. Aku memang ke pulau ini karena sedang menyendiri," sahut Kim Soo Hyun.     

"Bibi, kenapa tidak memanggil suaminya? Suaminya harus tahu jika istrinya hendak melahirkan," imbuh Kim Soo Hyun.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.