Istri Simpanan

Bab 504 - Memilihmu



Bab 504 - Memilihmu

0Villa Pyeongchang-dong,     

Hae Sok dan Jo Yeon Ho mungkin akan menginap beberapa malam di sana. Rencana Hae Sok untuk kembali ke Busan terpaksa ditunda karena sepertinya kehidupan kedua cucunya sedang rumit. Hae Sok tidak ingin setelah berada di Busan justru kepikiran mereka.     

"Nek, kenapa Ibu Soo Yin lama sekali pulangnya? Apakah ayah juga akan menginap di sini?" tanya Jo Yeon Ho dengan wajah polos.     

Hae Sok menghela nafas panjang. Ingin menjelaskan semuanya tapi bingung harus memulai dari mana. Meski Jo Yeon Ho masih kecil tapi sepertinya dia juga harus tahu apa yang terjadi.     

"Yeon Ho, Aku ingin memberitahumu tentang sesuatu. Tapi kau harus janji tidak boleh marah," ujar Hae Sok sebelum mengatakan semuanya.     

"Aku janji tidak akan marah, Nek," ujar Jo Yeon Ho.     

"Sebenarnya ayah dan bibi Soo Yin sudah menikah. Artinya kau memiliki dua ibu. Ibu Aeri dan Ibu Soo Yin," terang Hae Sok pelan-pelan agar Yeon Ho mengerti.     

"Ayah dan ibu Soo Yin menikah? Bukankah ayah adalah suami ibuku?" tanya Jo Yeon Ho dengan wajah polos.     

"Sudahlah, lupakan saja." Hae Sok mendesah panjang karena sulit untuk memberitahu anak sekecil Jo Yeon Ho.     

"Silahkan diminum tehnya, Nek," ujar Bibi Xia sembari menaruh cangkir ke atas meja tepat di depan Hae Sok. Sangat cocok sambil menikmati acara televisi.     

"Terima kasih. Apa mereka memang selalu pulang hingga larut seperti ini?" tanya Hae Sok sembari melihat jam dinding yang sudah menunjukkan hampir pukul sepuluh malam.     

"Mungkin sedang ada pekerjaan yang belum diselesaikan, Nek. Apakah perlu kita menghubungi mereka?" ujar Bibi Xia.     

"Tidak perlu, mungkin sedang dalam perjalanan," tolak Hae Sok.     

==============================     

The Silla Seoul Hotel,     

Soo Yin datang ke hotel secara diam-diam. Berniat ingin memberikan kejutan kepada Dae Hyun. Namun hingga malam belum juga selesai dengan rapatnya. Soo Yin sudah mulai bosan karena hampir dua jam menunggu.  Yang bisa dilakukannya hanyalah tiduran di sofa dengan berbagai pose.     

Telentang, tengkurap, duduk, semuanya sudah dicoba hingga Soo Yin sangat merasa bosan.     

"Sayang, kenapa kau lama sekali?" gerutu Soo Yin. Jika tahu akan seperti ini, lebih baik tadi langsung pulang ketika dari restoran.     

Ceklek ….     

Terdengar suara pintu terbuka. Soo Yin tidak beranjak dari tempat duduknya karena tidak berharap jika itu adalah Chang Yuan yang masuk.     

Dae Hyun melangkah sambil mengamati siapa yang tengah duduk di sofa dengan posisi membelakanginya. Namun jika dilihat lebih seksama itu mirip seperti istrinya.      

Wajah Dae Hyun yang tadinya sangat letih mendadak berbinar setelah yakin jika yang duduk di sofa adalah Soo Yin. Senyum mengembang langsung terlukis di bibirnya. Dengan langkah pelan, Dae Hyun berjalan mendekati Soo Yin lalu menutup matanya dari belakang.     

"Dae Hyun, apakah ini kau?" ujar Soo Yin seraya mencoba membuka telapak tangan yang menutupi kelopak matanya.     

"Memangnya kau pikir siapa lagi?" Dae Hyun melepaskan telapak tangannya yang menutupi mata Soo Yin. Lalu merangkul leher Soo Yin dari belakang. Dengan dengan sengaja meletakkan dagunya di bahu Soo Yin.     

"Kau lama sekali. Aku bahkan sudah menunggu sejak tadi," gerutu Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Aku baru saja selesai rapat. Lagi pula kau juga tidak menghubungiku jika kau datang kemari."     

Dae Hyun berjalan menuju sofa lalu membaringkan tubuhnya dengan pangkuan Soo Yin sebagai bantalan.     

"Kupikir kau hanya sebentar saja di dalam. Tak disangka aku menunggu hampir dua jam di sini." Soo Yin mengusap kepala Dae Hyun yang berada di atas pangkuannya.     

"Aku sungguh minta maaf." Dae Hyun menatap manik mata yang begitu indah terpancar dari kedua bola mata Soo Yin.     

"Permintaan maaf diterima. Apakah hari ini begitu sibuk sehingga kau tidak ada waktu untuk menghubungiku?"     

"Banyak pekerjaan yang terbengkalai selama kutinggalkan sehingga aku harus mengatur ulang semuanya. Aku bahkan belum makan sejak siang," ujar Dae Hyun.     

"Ya sudah , ayo kita pergi ke restoran. Aku tidak ingin aku sakit karena terlalu bekerja keras," ujar Soo Yin.     

"Nanti saja, aku ingin mengurangi rasa lelahku sebentar dengan tidur di pangkuanmu," ujar Dae Hyun dengan mata yang terpejam. Ingin melepaskan lelah setelah berpikir keras seharian.     

"Bukankah kau bisa melakukannya nanti di rumah? Aku khawatir kau justru tertidur pulas disini," ujar Soo Yin.     

"Tidak akan." Dae Hyun meraih telapak tangan Soo Yin lalu menempelkan di pipinya.     

"Apakah kau ingin tahu jika tadi aku dan Jean bertemu ibu ketika berada di rumah sakit?" ujar Soo Yin ingin bercerita kepada suaminya karena ia juga berhak tahu.     

"Benarkah? Lalu apa yang ibu katakan? Apakah dia menyakiti hati Jean?" Dae Hyun lantas membuka matanya karena penasaran akan jawaban dari Soo Yin.     

"Aku tidak tahu secara pasti karena Jean tidak mau menceritakan semuanya. Jean hanya mengatakan jika ibu meminta melakukan tes DNA pada janin yang ada di kandungannya. Untuk memastikan jika anak itu adalah benar-benar darah daging Kim Soo Hyun atau ," terang Soo Yin sembari menghela nafas panjang.     

"Lalu bagaimana jawaban Jean?"     

"Jean mengatakan jika dia tidak akan meminta pertanggungjawaban Kim Soo Hyun meskipun terbukti anaknya. Dia mengatakan akan merawatnya sendirian." Meski Jean mengatakannya dengan nada tenang dan tanpa beban. Tapi Soo Yin bisa merasakan jika Jean ingin memiliki keluarga yang utuh untuk anak-anaknya.     

"Ibu selalu saja tidak percaya orang lain. Akan kupastikan jika Kim Soo Hyun harus menanggung akibatnya."     

"Sebenarnya dimana Kim Soo Hyun sekarang? Aku sangat khawatir terjadi sesuatu padanya," ujar Soo Yin. Rasanya sudah lama tidak ada kabar berita dari Kim Soo Hyun.     

"Aku mohon jangan membicarakan pria lain di depanku karena aku akan sangat merasa cemburu," ujar Dae Hyun yang langsung memasang wajah masam dan bibir cemberut.     

"Dia bukan pria lain. Bukankah dia itu adik kandungmu sendiri? Untuk apa harus cemburu?" Soo Yin memutar bola matanya.     

"Apa kau tidak ingat jika dia pernah menyukaimu? Aku bahkan hampir gila ketika membiarkanmu hanya berdua saja bersamanya. Apalagi ketika dia mengatakan ingin menikahimu saat kalian baru saja turun gunung. Rasanya aku sangat ingin meninju wajahnya," gerutu Dae Hyun dengan raut wajah jengkel jika mengingat masa-masa mereka harus sembunyi-sembunyi.     

"Sudahlah, buktinya sekarang aku memilihmu dan ingin kau selalu di sampingku," ujar Soo Yin seraya meraba pipi Dae Hyun.     

"Hmm, beruntungnya aku berada di sampingmu," ujar Dae Hyun.     

"Ayo kita pulang, aku sudah lelah dan mengantuk." Soo Yin menguap sembari menutupi mulutnya dengan tangan.     

"Kita tidak jadi makan?"     

"Kita makan di rumah saja karena ini sudah malam," ujar Soo Yin.     

Melihat istrinya yang sudah sangat ngantuk, membuat Dae Hyun tidak tega untuk berlama-lama di hotel.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.