Istri Simpanan

Bab 503 - Anak baru lahir tanpa ayah



Bab 503 - Anak baru lahir tanpa ayah

0Min Jung menghela nafas berat. Raut wajahnya berubah menjadi sedih.     

"Hae-won adalah seorang janda. Suaminya baru saja meninggal sebulan yang lalu karena tenggelam ketika berlayar," ujar Min Jung dengan nada sendu. Merasa iba dengan kejadian yang menimpa Hae-won yang harus berjuang sendirian.     

"Janda?" Sontak Kim Soo Hyun terduduk dengan pikiran yang limbung. Pantas saja hari sudah hampir gelap tapi wanita itu masih berada di pesisir untuk mencari kerang.     

"Ini adalah buah hati pertama mereka setelah sekian lama menanti. Namun takdir berkata lain, sebulan sebelum kelahiran suaminya harus meninggal," ujar Min Jung yang terisak-isak karena tidak bisa menahan kesedihannya. Ia tahu persis bagaimana Hae-won bersama suaminya sangat berjuang keras untuk mendapatkan momongan.     

Kim Soo Hyun mengusap gusar wajahnya. Teringat perkataan seseorang jika dirinya adalah pria yang tidak punya hati. Bagaimana pria seperti dirinya tega meminta membunuh calon anaknya. Padahal diluar sana banyak yang menginginkannya sampai berusaha sangat keras.     

"Apakah dia tidak mempunyai keluarga lain?" tanya Kim Soo Hyun dengan tubuh gemetar. Hatinya perih mengetahui semua itu.     

"Tidak ada, mereka hanya tinggal berdua di pulau ini," sahut Min Jung.     

Ny. Jang di dalam sepertinya tengah membantu Hae-won dengan mengeluarkan kata-kata semangat.     

"Hae-won, tarik nafas dalam-dalam kemudian keluarkan."     

Ny. Jang mengatakannya berulang-ulang hingga tidak lama kemudian terdengar suara tangisan bayi yang cukup keras terdengar hingga sampai keluar.     

Kim Soo Hyun bangkit dari duduknya. Merasa sedikit bergembira karena akhirnya bayi itu selamat.     

"Bibi, sepertinya bayinya sudah lahir," ujar Kim Soo Hyun dengan wajah berbinar.     

"Benar, semoga saja semuanya baik-baik saja. Meski sudah mendengar tangisan bayi tapi mereka tidak berani masuk sebelum disuruh oleh tabib itu.     

"Min Jung, kemarilah!" seru Ny. Jang dari dalam yang terdengar panik.     

"Iya, Nyonya," sahut Min Jung yang langsung masuk ke dalam rumah.     

"Hae-won mengalami pendarahan. Sebaiknya kau jaga dia karena aku harus mencari tanaman obat di belakang rumah untuk menghentikan pendarahannya," ujar Ny. Jang berusaha untuk bersikap tenang agar semuanya tidak kacau.     

"Baik, Nyonya."     

"Jangan biarkan dia tertidur dan ajak bicara terus menerus," perintah Ny. Jang.     

"Dimana pria tadi?" lanjutnya.     

"Dia ada di luar," sahut Min Jung.     

Ny. Jang segera membawa bayi yang baru lahir itu keluar dari kamar. Tubuhnya hanya terbalut kain untuk membuatnya tetap hangat.     

"Anak muda, masuklah," perintah Ny. Jang.     

Awalnya Kim Soo Hyun tidak yakin jika tabib itu memanggilnya tapi setelah mengedarkan pandangan, tidak ada siapapun selain dirinya. Kim Soo Hyun segera masuk.     

"Tolong gendong bayi ini sebentar karena aku harus mengambil tanaman obat di belakang." Ny. Jang menyerahkan bayi yang masih merah itu kepada Kim Soo Hyun.     

Kim Soo Hyun justru mematung karena sebelumnya belum pernah memegang bayi sama sekali. Ia khawatir jika memegangnya maka akan terjatuh.     

"Cepat pegang. Aku sudah tidak ada waktu lagi karena ibunya mengalami pendarahan," ujar Ny. Jang.     

Mendengar ibu sang bayi saat ini sedang kritis, Kim Soo Hyun mengulurkan tangannya. Dengan tangan yang gemetar menggendong bayi mungil itu di lengannya.     

"Jaga dia baik-baik," ujar Ny. Jang.     

Kim Soo Hyun menganggukan kepalanya. Ini pertama kali dalam hidupnya memegang bayi baru lahir yang masih berwarna merah. Bahkan masih ada noda darah yang menempel di tubuhnya.     

Meski bau anyir cukup menyengat dan menyeruak hidungnya. Namun melihat bayi yang terpejam itu membuat Kim Soo Hyun seolah melupakannya. Hatinya begitu terenyuh karena anak itu lahir ke dunia tidak memiliki seorang ayah.     

Tanpa sadar ada setitik air mata jatuh di pelupuk matanya. Tiba-tiba saja Kim Soo Hyun membayangkan jika hal ini terjadi pada Jean. Masih teringat kata-kata Jean yang akan merawat bayi mereka sendiri.     

"Oekkk… oekkk…."     

Kim Soo Hyun panik ketika bayi itu menangis cukup kencang.     

"Bagaimana ini?" gumam Kim Soo Hyun yang tidak tahu bagaimana caranya menenangkan bayi menangis.     

"Bibi, bagaimana ini? Bayi ini menangis terus," seru Kim Soo Hyun pada Min Jung.     

"Kau bawa saja berjalan sambil digoyangkan pelan-pelan," sahut Min Jung dari dalam kamar yang masih menjaga Hae-won agar jangan sampai terlelap karena akan sangat berbahaya.     

Kim Soo Hyun akhirnya melakukan apa yang diperintahkan oleh Min Jung. Ia berjalan ke sana kemari sambil menggoyangkan bayi itu di lengannya. Ia juga bersenandung lirih hingga perlahan bayi itu tertidur.     

"Tidurlah, Sayang. Kau aman bersamaku karena aku bukanlah orang jahat," ucap Kim Soo Hyun sembari mengusap pipi bayi mungil itu dengan gerakan lembut. Pipinya benar-benar sehalus kapas. Hingga Kim Soo Hyun merasa geram dan ingin mencubitnya.     

Tidak lama kemudian Ny. Jang sudah kembali ke rumah dengan membawa berbagai macam tanaman obat.      

Kim Soo Hyun mengerutkan keningnya. Berniat ingin memberikan bantuan dengan membawa Hae-won ke rumah sakit. Tapi sepertinya penduduk di sana masih memakai cara tradisional yang jaman dahulu dipakai oleh para raja.     

Lagi pula desa itu terlalu terpencil sehingga membutuhkan waktu lama untuk sampai ke klinik terdekat.     

Kim Soo Hyun memilih fokus pada bayi yang digendongnya. Melihatnya tertidur dengan damai di gendongannya, jadi membayangkan betapa bahagianya jika bayi itu adalah darah dagingnya sendiri.     

Setengah jam sudah Ny. Jang mengobati pendarahan pada Hae-won. Kini pendarahannya sudah mulai berhenti tapi kondisinya masih lemas.      

"Bibi, aku ingin melihat bayiku," ujar Hae-won sembari meneteskan air mata. Ada air mata bahagia bercampur kesedihan yang sangat dirasakan. Bahagia karena akhirnya bisa memiliki seorang anak. Namun sedih karena suaminya tidak bisa melihat anaknya lahir ke dunia.     

"Aku akan mengambilnya," ujar Min Jung seraya bangkit berdiri dari duduknya kemudian keluar dari kamar.     

"Soo Hyun, biarkan aku yang menggendongnya," ujar Min Jung.     

Kim Soo Hyun segera menyerahkan bayi itu dengan sangat pelan pada Min Jung takut jika terjatuh.      

"Sepertinya dia sangat nyaman tidur di gendong olehmu," ujar Min Jung seraya tersenyum.     

"Aku bahkan tidak pernah menggendong bayi, Bibi." Kim Soo Hyun menggaruk kepalanya bagian belakang yang terasa tidak gatal.     

"Semoga kau cepat menikah dan memiliki seorang bayi. Agar kau bisa merasakan bagaimana bahagianya menjadi orang tua," ujar Min Jung lalu berjalan kembali masuk ke dalam kamar.     

Seperti ada sesuatu yang menyentuh hati Kim Soo Hyun. Hatinya tiba-tiba saja bergetar, khawatir jika Jean benar-benar akan menggugurkan kandungannya. Meski tidak mungkin tapi bisa saja dia melakukan hal itu karena merasa depresi.     

Kim Soo Hyun segera keluar dari rumah itu tanpa berpamitan karena ia ingin segera kembali ke Seoul. Ingin memastikan jika Jean belum menggugurkan kandungannya. Lagi pula sudah cukup lama ia menyendiri di pulau itu. Kini saatnya kembali dan menata semuanya dari awal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.