Istri Simpanan

Bab 499 - Sangat Manis



Bab 499 - Sangat Manis

0Soo Yin Dan Jean terus berbincang sembari menunggu taksi karena Jean memang sudah bersiap-siap. Tidak lama kemudian ada taksi yang lewat sehingga Soo Yin pun memberhentikannya. Mereka berencana akan pergi ke Rumah Sakit Pyongyang.     

Tepat setelah mereka baru saja masuk ada sebuah mobil berwarna hitam berhenti di belakang taksi.     

"Bukankah itu Soo Yin dengan temannya? Mau kemana mereka?" ujar Aeri yang sedang berada di belakang kemudi. Hanya ada Aeri dan Ny. Park di dalam.     

"Ikuti saja mereka," ujar Ny. Park yang duduk tepat di samping Aeri. Tadinya akan meminta supir untuk mengantar tapi sayangnya Aeri mengatakan ingin ikut dan bersikeras ingin mengantarnya.     

"Baik, Bu." Aeri segera melajukan mobilnya mengikuti taksi itu.     

=============     

Rumah Sakit Bersalin Pyongyang,     

Soo Yin dan Jean sudah berada di depan sebuah rumah sakit. Bagi Soo Yin, rumah sakit itu sudah tidak asing lagi karena memang sempat beberapa kali ke sana selama kehamilannya.     

Jika mengingatnya ada sedikit rasa kesedihan. Disinilah dia merasakan rasa bahagia untuk menjadi seorang ibu pertama kalinya meskipun harapan itu sudah sirna.     

"Soo Yin, ayo turun. Kita sudah sampai." Jean menepuk tangan Soo Yin pelan untuk membuyarkan lamunannya.     

"Ah, ayo keluar sekarang juga," ujar Soo Yin. Seketika langsung tersadar padahal air mata sudah mulai mengembun di pelupuk matanya.     

Jean mendesah panjang, ini kedua kalinya datang ke rumah sakit untuk memeriksakan kandungannya. Namun jantungnya sedikit berdebar tidak karuan kali ini.     

"Jean, apa kau merasa gugup?" ujar Soo Yin.     

Mereka baru saja berjalan melewati lorong rumah sakit. Untunglah mereka tadi sudah membuat janji temu sehingga tidak perlu mengantri terlalu lama.     

"Aku hanya cemas karena sudah tidak periksa untuk waktu yang lama," ujar Jean. Tak dapat dipungkiri saat ini lebih berdebar daripada ketika datang untuk pertama kalinya.     

"Tenanglah, calon anakmu pasti akan baik-baik saja."     

Mereka duduk di depan ruangan Mi Young untuk mengantri. Tinggal beberapa orang saja di sana, rata-rata mereka berpasangan. Terlihat sang suami berulang kali memperlakukan istrinya dengan begitu manja.     

Jean menelan salivanya ketika melihat bagaimana para suami mengusap perut sang istri dengan penuh kasih sayang. Ada rasa iri dan cemburu yang mendalam di hatinya. Bagaimana dia seorang wanita yang pasti ingin merasakan hal yang sama.     

Soo Yin melirik Jean yang sekarang wajahnya terlihat begitu sendu. Sangat berbeda ketika mereka sebelum sampai di sana.     

Satu per satu wanita hamil sudah diperiksa dan pulang. Kini tinggal Jean bersama Soo Yin di sana.     

"Nona Jean, silahkan masuk," panggil seorang perawat yang bertugas memanggil pasien jika sedang antri.     

"Soo Yin, aku mohon temani aku ke dalam," ujar Jean.     

Soo Yin menganggukan kepalanya meski ada perasaan enggan untuk bertemu dengan Mi Young. Terakhir kali mereka berbicara kata-katanya cukup menyakitkan hati.     

"Silahkan, duduk," ujar Mi Young sembari menuliskan sesuatu di kertas sehingga tidak menyadari ada Soo Yin juga di sana.     

Mi Young mendongakkan kepalanya dengan dahi berkerut. Memandang ada Soo Yin juga di sana.     

"Soo Yin? Apakah kau ingin periksa lagi? Ternyata kalian berdua sangat subur. Rasanya baru beberapa bulan keguguran tapi sudah isi lagi," ujar Mi Young seraya terkekeh.     

"Bukan aku tapi Jean," sahut Soo Yin dengan singkat. Lantas memasang ekspresi wajah masam.      

Awalnya Soo Yin sangat menyukai Mi Young karena ia begitu lembut. Namun sekarang kurang menyukainya karena tidak terlalu suka berkomentar dengan urusan orang lain.     

"Ah, baiklah. Sebaiknya kita ke dalam saja." Mi Young mengajak Jean masuk ke dalam kamar yang biasanya digunakan untuk memeriksa pasien.     

Soo Yin kini duduk sendirian memandang tumpukan kertas yang berada di atas meja. Ada rasa sangat penasaran saat melihat buku kecil mirip diary yang tergeletak di atas meja.     

Kedua netra Soo Yin mengedarkan ke sekeliling ruangan. Tidak ada siapa-siapa di sana karena perawat juga ikut ke dalam. Setidaknya minimal ada waktu sepuluh menit mereka berada di dalam.     

Soo Yin mengulurkan tangannya untuk meraih diary itu. Terlihat di sampul buku ada tulisan 'Catatan Indah Masa Sekolah'. Dari judulnya kita bisa menebak itu merupakan catatan ketika masa-masa sekolah menengah atas mungkin.     

Buku diary kecil itu sudah berada di tangan Soo Yin tapi ada keraguan di hatinya untuk membuka. Ia merasa lancang karena sudah membuka privasi seseorang. Namun Soo Yin sangat penasaran karena sepertinya ada sangkut pautnya dengan Dae Hyun.     

Mata Soo Yin membulat sempurna dengan bibir yang terbuka ketika membuka lembar pertama sampul. Di sana ada sebuah foto seorang pria dan wanita yang sedang bergandengan tangan begitu mesra. Keduanya terlihat seperti sepasang kekasih. Mimik wajah mereka terlihat begitu berbinar.     

Hati Soo Yin bergetar, seperti ada sesuatu yang menusuknya. Dipejamkan kedua matanya sebentar mengingat itu hanyalah masa lalu. Bisa jadi saat itu dirinya masih kecil sekali atau bahkan belum lahir.     

Itu adalah foto Mi Young bersama Dae Hyun yang masih mengenakan seragam SMA. Soo Yin bahkan dapat mengenali wajah mereka karena tidak terlalu berubah hingga sekarang. Ketika muda, Dae Hyun terlihat begitu manis dengan senyumnya yang mengembang. Pantas saja di usianya yang sekarang masih sangat tampan.     

"Kau begitu manis, andaikan saja aku terlahir sejak dulu. Pasti aku tidak akan menjadi istri kedua seperti ini," gumam Soo Yin seraya mengusap foto yang memiliki kualitas rendah tidak seperti sekarang.     

Soo Yin segera merobek foto itu. Memisahkan Mi Young dan Dae Hyun agar terbelah menjadi dua. Disimpannya foto Dae Hyun di dalam tasnya. Sedangkan foto Mi Young masih dibiarkan menempel di buku itu.     

"Itu akibatnya sudah menyimpan foto suamiku," gumam Soo Yin seraya tersenyum miring. Lalu mengembalikan buku kecil itu ke tempat semula.     

Ceklek …     

Di saat yang bersamaan, pintu kembali terbuka. Hingga Soo Yin buru-buru menarik tangannya.     

"Jean, bagaimana keadaan janinnya? Apakah kondisinya baik-baik saja?" tanya Soo Yin.     

"Janinnya sangat sehat. Namun dia tetap harus berhati-hati untuk menjaganya dengan baik. Satu lagi, jangan terlalu banyak menangis karena janin akan mengalami stres. Sebaiknya kau bayangkan saja semua yang membahagiakan," terang Mi Young menyerobot Jean yang hendak menjawab.     

"Terima kasih, Dokter. Atas semua saran yang kau berikan. Aku berjanji akan menjaganya dengan baik," ujar Jean dengan wajah berbinar.     

Setelah tidak ada urusan lagi, Soo Yin segera mengajak Jean untuk pamit. Karena tidak ingin berlama-lama berada satu ruangan dengan Mi Young.     

Mi Young merasa curiga dengan buku diary-nya yang tersingkap dan posisinya juga sudah berubah. Buru-buru Mi Young meraihnya dan membuka lembaran pertama.     

"Dimana foto Dae Hyun? Aku tadi baru saja membukanya belum terkoyak seperti ini?" ujar Mi Young seraya membalikkan beberapa lembar tapi tidak menemukan ada robekan foto Dae Hyun di sana. Padahal seingatnya beberapa waktu yang lalu masih utuh dan baik-baik saja.     

"Jangan-jangan Soo Yin yang mengambilnya?" gumam Mi Young.      

Ada rasa tidak percaya jika Soo Yin yang melakukannya. Namun untuk memastikan semuanya Mi Young akan memeriksa cctv di ruangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.