Istri Simpanan

Bab 498 - Merasa iri



Bab 498 - Merasa iri

0Tidak lama kemudian Dae Hyun sudah memarkirkan mobilnya di depan rumah Jean.      

Pintu rumah itu sudah terbuka, tidak seperti biasanya jika mereka berkunjung pasti selalu saja tertutup. Seperti tidak berpenghuni.     

"Ingat, jika ayah dan ibu datang kemari hubungi aku segera. Agar aku bisa cepat datang," uja Dae Hyun untuk yang kesekian kalinya.     

Soo Yin menganggukan kepalanya berulang kali tanda mengerti.     

"Seharusnya kita mampir ke restoran dahulu sebelum ke sini karena kau bahkan belum sarapan. Nanti aku akan meminta Chang Yuan untuk mengantarkan makanan untuk kalian," ujar Dae Hyun.     

"Tidak usah mencemaskanku. Aku bisa memasak sesuatu nanti di rumah Jean. Bekerjalah dengan fokus agar hotel kembali berjalan normal seperti sedia kala," ujar Soo Yin seraya menangkup wajah suaminya lalu mengusap pipinya. Hingga tatapan mereka terkunci untuk beberapa saat.     

"Maafkan semua kata-kata kedua orang tuaku yang selalu menyakitimu." Dae Hyun meraih kedua tangan Soo Yin lalu mengecupnya dengan mata terpejam.     

"Aku sudah memaafkan mereka. Kau tidak perlu khawatir karena wajar jika ayah dan ibu tidak menyukaiku. Aku sungguh tidak dendam sama sekali." Soo Yin mengukir seulas senyum yang membuat Dae Hyun selalu begitu nyaman berada didekatnya.     

"Kau memang istriku yang terbaik." Dae Hyun bergantian menangkup pipi Soo Yin lalu mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.      

"Pergilah, jangan sampai terlambat ke kantor karena tidak baik seorang pimpinan datang terlambat," ujar Soo Yin seraya terkekeh untuk mencairkan suasana agar tidak terlalu serius.     

"Kapan kau kembali menjadi sekretarisku? Tanpamu disana membuatku tidak terlalu bersemangat dalam bekerja," tukas Dae Hyun. Meski beberapa orang memintanya untuk mencari sekretaris baru. Namun sampai saat ini Dae Hyun belum tertarik sama sekali.     

"Apakah kau masih membutuhkanku? Sepertinya kehadiranku disana, yang ada hanya menyusahkan dirimu saja," ujar Soo Yin.     

"Itu tidak benar sama sekali. Justru kau menjadi penyemangatku. Aku mohon kembalilah ke hotel lagi, aku selalu memikirkanmu jika sendirian. Pikiranku selalu tidak tenang," pinta Dae Hyun dengan wajah memelas.     

"Baiklah, akan aku pikirkan nanti," ucap Soo Yin seraya membetulkan dasi yang menggantung di leher suaminya agar lebih rapi.     

"Aku akan menunggu hari itu."     

"Baiklah, sebaiknya aku turun agar tidak menghambat perjalananmu," ujar Soo Yin sembari membuka pintu karena hari sudah siang.     

"Kau tidak ingin melakukan sesuatu padaku?" Belum sempat Soo Yin memijakkan kakinya di tanah, Dae Hyun sudah menahan pergelangan tangannya.     

"Apa lagi?" ujar Soo Yin.     

"Setidaknya beri aku salam perpisahan sebelum kau turun," ujar Dae Hyun sembari mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Soo Yin.     

"Sudahlah, apakah kau belum puas dengan apa yang kau lakukan tadi pagi? Jangan sampai kau tidak jadi bekerja." Soo Yin menepuk pipi Dae Hyun kemudian segera turun.     

"Kau sungguh tega padaku," gerutu Dae Hyun pura-pura kesal.     

"Kau bisa memintanya pada Aeri jika ingin lebih banyak," goda Soo Yin diikuti tawa renyah kemudian segera menjauhi mobil.     

"Aku akan membuat perhitungan denganmu setelah kita pulang," seru Dae Hyun sembari menghidupkan kembali mesin mobilnya.     

Soo Yin melambaikan tangannya ke arah Dae Hyun ketika sudah berada tepat di depan pintu rumah Jean. Ada sedikit rasa perih di hatinya ketika Dae Hyun harus melawan kedua orang tua hanya untuk membelanya.     

"Jean," panggil Soo Yin seraya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.     

"Hai, akhirnya kau mengunjungiku juga. Padahal aku hari ini akan pergi ke restoran," ujar Jean dengan wajah yang sedikit ceria dari beberapa hari yang lalu mereka bertemu.     

"Kau sudah tidak mabuk lagi?" ujar Soo Yin dengan dahi berkerut.     

"Sebenarnya aku masih tidak suka jika mencium bau-bau yang terlalu menyengat. Namun aku bosan berada di rumah terus. Rasanya sudah terlalu lama tidak beraktivitas di luar," ujar Jean sembari merentangkan tangannya untuk meregangkan otot-otot tubuhnya.     

"Jean, apakah kau sudah memeriksakan kandunganmu lagi?" ujar Soo Yin.     

Jean mendesah panjang kemudian menggelengkan kepalanya pelan.     

"Chang Yuan yang selama ini mencarikan obat untukku. Aku tidak tahu bagaimana cara membalas budi padanya. Dia terlalu baik untukku," ucap Jean dengan sendu. Ada rasa sesal karena sudah menolaknya tapi jika menerimanya juga tidak mungkin. Dirinya tidak ingin pura-pura mencintai pria sebaik Chang Yuan. Lebih baik bagi Chang Yuan mencari gadis yang jauh lebih baik dan pantas untuknya.     

"Apa Chang Yuan mengatakan sesuatu padamu?" ujar Soo Yin penasaran. Rasanya tidak mungkin jika Chang Yuan tidak mengatakan apapun pada Jean.     

"Sebenarnya dia mengatakan ingin menikahiku tapi aku tidak ingin Chang Yuan melakukan semua itu karena kasihan melihatku seorang diri seperti ini di saat mengandung," ujar Jean dengan nada sendu hingga kelopak matanya terasa berat karena menahan kesedihannya.     

"Itu tidak benar, Jean. Chang Yuan bukan pria seperti itu. Lagi pula caranya menatapmu sangat berbeda. Dia sepertinya mencintaimu sejak lama tapi tidak berani mengatakannya," ucap Soo Yin seraya menuntun Jean untuk duduk di kursi yang ada di teras.     

"Dia terlalu baik untuk orang yang sudah ternoda seperti diriku." Jean mengusap air mata yang membasahi pipinya dengan punggung tangan.     

"Jean, aku tahu sulit membuka hati untuk orang yang tidak kita cintai. Chang Yuan pria yang sangat baik dan bertanggung jawab. Dia tidak mungkin ingin menikah denganmu hanya karena kasihan. Namun keputusan ada di tanganmu, yang penting kau harus mencapai kebahagiaanmu." Soo Yin mengusap punggung Jean untuk menenangkannya.     

"Aku hanya ingin kebahagiaan untuk calon anakku. Tidak akan kubiarkan dia tinggal bersama siapapun yang tidak mencintainya. Dia akan tinggal bersamaku karena hanya akulah yang akan melindunginya." Jean mengusap perutnya yang sudah agak buncit tapi belum terlalu tampak karena memakai baju yang longgar.     

Melihat Jean mengusap perutnya. Tanpa sadar Soo Yin merasa iri karena ia juga menginginkan hal seperti Jean. Ia ingin kembali merasakan hadirnya buah hati di dalam kandungannya.     

"Jean, sebaiknya kita periksa kandunganmu. Kita harus memastikan dia baik-baik saja," ajak Soo Yin karena pemeriksaan rutin setiap bulan sangatlah penting untuk mengetahui perkembangan janin.     

"Baiklah, aku ingin pergi ke tempat dokter Mi Young karena di sana  menurutku sangat nyaman," ujar Jean.     

Tadinya Soo ingin menolak karena enggan bertemu Mi Young. Terakhir kali mereka berbicara, kata-katanya sangat membuatnya tidak nyaman.     

"Kau juga harus periksa barangkali sudah ada bayi di dalam perutnya," ujar Jean seraya terkekeh.     

Soo Yin tersenyum tipis. Seandainya saja hal itu terjadi pastilah dirinya akan sangat senang.     

==============================     

Hallo Kakak2 Readers tercinta,     

Ini saya ada 3 code voucher, ada yang berisi 100 koin dan ada juga yang 50 koin. Silahkan di redeem di akun anda dengan cara:     

Klik menebus/redeem     

Terus masukkan kode ini secara bergantian:      

AB8UY3J44DXJ9KVJA     

SMILES      

CHRISTMAS     

itu ada 3 kode berbeda pada poin dua. Silahkan dicoba semuanya barangkali beruntung sebelum kehabisan.     

Siapa yang cepat dia yang dapat.     

Terimakasih     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.