Istri Simpanan

Bab 494 - Pagi yang indah 21+



Bab 494 - Pagi yang indah 21+

0Demi menuruti permintaan Hae Sok akhirnya Soo Yin bersedia untuk menginap beberapa malam lagi di UN Village. Meski hatinya sedikit tersiksa karena mendapat perlakuan yang begitu dingin dari kedua mertuanya. Tapi tidak masalah selagi Hae Sok mau menerimanya.     

Soo Yin menggulung rambutnya dengan handuk setelah selesai mandi. Lalu duduk di depan cermin. Ada rasa bosan karena tidak bisa kemana-mana. Ia hanya berdiam diri di kamar kecuali jika Yeon Ho mengajaknya bermain di luar.     

Tok … tok …     

Terdengar suara ketukan pintu dengan suara pelan.     

"Bolehkah aku masuk?" ujar Dae Hyun.     

Soo Yin menoleh ke arah pintu. Ingin mengatakan 'boleh' tapi mengurungkan niatnya. Ny. Park tidak mengizinkan Dae Hyun untuk masuk ke kamar Soo Yin dengan alasan menjaga perasaan Jo Yeon Ho.     

Suasana hening beberapa saat hingga pintu terdengar dibuka. Dae Hyun masuk dengan wajah yang berbinar.     

"Untuk apa kau datang kemari? Bagaimana jika Yeon Ho tahu kau tidak ada bersamanya?" ujar Soo Yin dengan cemas.     

"Tidak perlu takut. Yeon Ho masih tertidur sangat pulas di kamarnya," ujar Dae Hyun lalu melangkahkan kakinya mendekati Soo Yin.     

"Apa ada sesuatu sehingga kau datang kemari?" Soo Yin mengerutkan keningnya sembari memandang Dae Hyun dari pantulan cermin.     

"Apakah harus ada sesuatu ketika aku ingin mengunjungi istriku?" Dae Hyun lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Soo Yin. Merindu karena beberapa hari ini tidak bisa menyentuhnya.     

"Tidak, tapi ini masih gelap. Untuk apa kau bangun di saat masih terlalu pagi seperti ini?"     

"Aku tidak bisa tidur. Itu sebabnya aku datang kemari." Dae Hyun menyembunyikan kepalanya di ceruk sang istri. Selama ini ia tidur bersama Jo Yeon Ho dan Aeri di kamar atas.     

"Kenapa memangnya? Biasanya tidurmu selalu nyenyak jika di samping putramu?"     

"Sekarang sudah berbeda. Lalu untuk apa kau mandi sepagi ini? Padahal masih sangat dingin." Dae Hyun melirik jam yang masih menunjukkan pukul empat pagi.     

"Selama di sini aku tidak bisa tidur. Aku selalu bangun pagi-pagi sekali untuk mandi." Soo Yin mendesah panjang bahkan semalam ia tidak bisa tidur. Padahal dulu pernah menginap di sana tapi sekarang justru berbeda.     

"Apa kau ingin pulang?"      

"Tunggu nenek pulang terlebih dahulu. Bukankah besok nenek sudah kembali ke Busan?"     

"Maaf, jika nenek terlalu memaksa agar kau tinggal disini." Dae Hyun merangkul erat leher Soo Yin sembari menyandarkan bahunya di di pundaknya.     

"Tidak apa-apa. Lagi pula nenek sangat baik kepadaku. Sekarang kembalilah ke kamar Yeon Ho. Jangan sampai ketika terbangun mencarimu kau tidak ada di sana," ujar Soo Yin. Meski ada sedikit rasa cemburu karena Aeri juga ikut tidur bersama mereka. Namun Soo Yin tidak ingin mengungkapkan rasa cemburunya.     

"Kau tidak merindukanku?" Dae Hyun menatap mata Soo Yin dari pantulan cermin yang terlihat teduh.     

"Menurutmu?" Soo Yin balik bertanya dengan tatapan nanar.     

"Katakan apa yang membuat hatimu risau? Apa kau memikirkan sesuatu tentangku selama tidur bersama Yeon Ho?" desak Dae Hyun yang sudah sangat paham bagaimana raut wajah istrinya jika sedang cemburu.     

Soo Yin mengerucutkan bibirnya. Ternyata memang tidak mudah berakting agar bersikap biasa saja dan menyembunyikan perasaannya.     

Dae Hyun lalu beralih untuk berjongkok di depan Soo Yin. Lalu meraih kedua tangannya, menciumnya secara bergantian. Setelah itu baru mendongakkan wajahnya.     

"Apa kau ragu jika aku tidak menyentuh Aeri sama sekali?"     

"Sedikit, bagaimanapun juga kalian adalah manusia normal yang masih terjalin ikatan pernikahan. Jika kalian hendak bersentuhan juga sepertinya tidak masalah," sahut Soo Yin dengan perasaan gugup.     

"Aku memang manusia normal tapi aku tidak akan mengkhianati kepercayaan yang kau berikan. Meski masih terikat pernikahan tapi aku selalu menganggap kami sudah bercerai. Lagi pula mana mungkin aku menyentuh wanita lain di saat istriku yang sangat manis ini tidur sendirian di kamar," ucap Dae Hyun seraya terkekeh geli. Ia tidak marah sama sekali meski Soo Yin sudah berpikir yang tidak-tidak tentangnya. Karena hal itu memang sangatlah wajar.     

Pipi Soo Yin langsung bersemu merah. Ternyata apa yang dipikirkannya tidaklah benar. Padahal hampir sepanjang malam ia selalu membayangkan Dae Hyun melakukan hal yang sama dengan Aeri seperti bersamanya.     

"Jangan cemberut lagi. Aku tidak suka melihatmu cemberut seperti itu." Dae Hyun lantas berdiri kemudian mengangkat tubuh Soo Yin.     

Soo Yin diam saja justru menyembunyikan kepalanya di dada Dae Hyun karena merasa malu sudah berpikir yang tidak-tidak dengan suaminya.     

Dae Hyun membaringkan tubuh Soo Yin di atas ranjang lalu mengungkung tubuh kecilnya itu. Menatap dalam-dalam bola matanya.     

"Pergilah, jika ibu tahu kau berada di sini pasti akan sangat marah?" usir Soo Yin.     

"Biarkan saja karena aku masih ingin di sini bersamamu. Mana bisa suami isteri dipaksa tidur di dalam kamar yang berbeda," bisik Dae Hyun tepat di wajah Soo Yin.     

Jantung Soo Yin langsung berpacu sangat cepat merasakan deru nafas Dae Hyun yang memburu.     

"Apa kau masih gugup? Padahal kita sudah sering melakukannya," ucap Dae Hyun sembari mengulum senyum. Tanpa meminta izin tangannya sudah menarik jubah mandi yang dikenakan oleh Soo Yin.     

Buru-buru Soo Yin menahan pergelangan tangan Dae Hyun sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan. Sangat khawatir ada yang mengetuk pintu.     

"Tidak perlu cemas. Ini masih terlalu pagi sehingga semua orang masih terlelap dalam tidurnya."     

"Tapi …."     

"Sayang, apa kau begitu tega menyiksaku seperti ini?" Dae Hyun menatap Soo Yin dengan mata yang sudah berkabut. Berada di dekat Soo Yin membuatnya selalu tidak tahan.     

Soo Yin mendesah panjang sebelum akhirnya menganggukan kepalanya. Jika sudah seperti itu meski dirinya menolak tetap saja Dae Hyun akan memaksa.     

Dae Hyun tersenyum hingga tangannya melepaskan tali jubah mandi Soo Yin. Lalu menyingkap bagian atasnya. Terlihatlah dua benda sintal tanpa terbungkus apapun lagi.      

Soo Yin segera menutupi dadanya menggunakan kedua tangannya. Namun Dae Hyun menyingkirkan dengan pelan tangannya agar bergeser.     

Dae Hyun lalu melumat bibir Soo Yin dengn tangan yang terus bergerilya pada dua buah yang memiliki pucuk berwarna merah itu. Memilin dan memainkannya hingga tubuh Soo Yin menggelinjang.     

Hawa panas langsung menyebar di tubuh Soo Yin akibat permainan tangan Dae Hyun di daerah sensitifnya. Suara desahan itu tertahan karena bibir Dae Hyun terus mengeksplor setiap sudut mulutnya. Tangannya terus meremas seprai ketika mencapai pelepasan pertama.     

Dae Hyun tidak membiarkan Soo Yin untuk beristirahat hingga langsung menghujam bagian inti milik Soo Yin hingga melenguh dengan mata yang terpejam     

Mereka terus melakukannya hingga pukul enam pagi. Dae Hyun benar-benar tidak ingin membuang kesempatan seperti tidak merasa lelah sama sekali.     

"Sayang, terima kasih untuk pagi yang indah ini." Dae Hyun mengecup kening Soo Yin sebelum akhirnya berbaring di sampingnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.