Istri Simpanan

Bab 493 - Tinggalkan dia



Bab 493 - Tinggalkan dia

0Acara perayaan sekaligus kumpul-kumpul keluarga besar sudah berakhir. Semuanya sudah kembali ke rumah masing-masing setelah dua hari bermalam di UN Village.     

Meski berada satu ruangan, Ny. Park masih belum menyapa apalagi sampai mengajak ngobrol Soo Yin. Begitu pula Soo Yin yang tidak berani menyapa ibu mertuanya karena sikapnya sangat cuek.     

Ny. Park sedang menyiram tanaman bunga di halaman samping. Sehingga Soo Yin berniat untuk membantu. Lagi pula mereka dulu sudah pernah sangat dekat seperti seorang ibu dan anak.     

"Bu, biarkan aku membantu," ujar Soo Yin dengan gugup.     

"Tidak usah," sahut Ny. Park cuek tanpa menolehkan wajahnya sama sekali ke arah Soo Yin yang sudah berdiri tepat di sampingnya.     

"Apakah Ibu masih marah padaku?" Soo Yin memberanikan diri untuk bertanya. Setidaknya dirinya harus memastikan agar bisa meluruskan semuanya.     

"Tidak."     

"Jika Ibu tidak marah padaku tapi kenapa tidak mau berbicara denganku?" ujar Soo Yin. Sejak hubungan mereka ada jarak, Soo Yin seperti kehilangan sosok ibu.     

"Ibu hanya membenci seseorang yang menggoda pria beristri," ucap Ny. Park datar.     

Soo Yin terdiam mendengar penuturan ibu mertuanya. Meskipun mengatakan semuanya tapi sepertinya percuma saja karena tidak akan percaya padanya.     

"Aku permisi ke dalam, Bu," pamit Soo Yin. Cukup sudah usahanya untuk membujuk Ny. Park.     

"Tunggu," sergah Ny. Park tanpa membalikkan tubuhnya.     

Soo Yin menghentikan langkahnya dengan perasaan sedikit lega. Barangkali jika ibu mertuanya sudah berubah pikiran sehingga sekarang bisa menerimanya.     

"Lebih baik kau tinggalkan Dae Hyun. Meski dia sangat mencintaimu tapi hidupnya jauh lebih damai dan tentram sebelum bertemu denganmu."     

Deg….     

Tubuh Soo Yin bergetar. Hatinya perih seperti tertusuk duri yang tajam. Tak disangka Ny. Park memintanya agar menjauhi dan meninggalkan Dae Hyun.     

"Lupakan semuanya dan jalani kehidupan yang baru. Carilah pria yang jauh lebih baik dan muda dari pada Dae Hyun. Aku tidak ingin kedua putraku menjadi bermusuhan hanya karena seorang wanita. Mereka itu hanya dua bersaudara sehingga haruskah tidak akur seperti ini?" ungkap Ny. Park. Sudah lama ingin mengatakan hal itu tapi tidak ada waktu dan kesempatan. Inilah saat yang tepat selagi Dae Hyun sibuk di dalam     

"Asal kau tahu aja, Kim Soo Hyun pergi dari rumah pasti karena dirimu. Dia tidak akan pergi jika tidak ada masalah," lanjut Ny. Park.     

Soo Yin teringat jika Kim Soo Hyun pergi tepat saat di malam setelah ia menemuinya di penginapan. Ingin sekali Soo Yin mengungkapkan semuanya tapi bibirnya tak mampu untuk berucap. Khawatir jika itu akan menambah masalah. Ia rasa Ny. Park juga tidak akan percaya kepadanya.     

"Maaf Bu, jika kehadiranku di keluarga ini hanya menambah masalah. Jika boleh memilih aku juga tidak ingin berada di posisi seperti ini. Siapa wanita yang mau menjadi istri kedua? Itu semua bukanlah keinginanku. Namun semuanya sudah terlambat karena aku tidak akan pernah meninggalkan Dae Hyun," ucap Soo Yin sembari menghela nafas panjang.     

Ny. Park memegangi dadanya yang terasa sesak. Tidak menyangka jika Soo Yin sangat berani mengatakan hal seperti itu.     

Aeri mengamati Soo Yin dengan Ny. Park dari kejauhan. Ia terlihat senang karena jika melihat ekspresi Ny. Park, sepertinya wanita itu sangat tidak menyukai kehadiran Soo Yin. Hingga ia pun memutuskan untuk mendekat.     

"Selamat pagi, semuanya. Kalian tampak sedang asyik mengobrol tapi kenapa saling membelakangi satu sama lain?" ujar Aeri seraya memancing emosi Ny. Park.     

"Aeri, kau lanjutkan menyiram tanaman karena aku harus ke dalam," ujar Ny. Park seraya menyerahkan selang air kepada Aeri lalu berjalan melewati Soo Yin yang masih mematung di tempatnya.     

"Dengan senang hati aku akan melakukannya, Bu," teriak Aeri dengan wajah sumringah.     

"Soo Yin, jika ada kata-kata ibu yang membuatmu tidak nyaman. Janganlah terlalu dimasukkan ke dalam hati karena seorang ibu hanya mengatakan yang dirasakannya. Ibu hanya sedih karena Kim Soo Hyun tidak kunjung kembali," ujar Aeri.     

"Hmmm, aku mengerti," sahut Soo Yin lalu pergi meninggalkan Aeri.     

Aeri meneruskan menyiram bunga dengan bersenandung ria. Untuk selanjutnya dia akan membuat Soo Yin semakin dibenci oleh Ny. Park dan keluarga besarnya. Ia sangat yakin dengan rencana selanjutnya. Tinggal menunggu waktu dan kesempatan saja.     

Soo Yin kembali ke kamar tamu yang ditempatinya semalam. Ia mulai menata pakaiannya ke dalam tas. Semakin lama berada di sana membuatnya merasa tidak nyaman. Sudah tidak betah jika harus berlama-lama lagi.     

Air matanya terus menetes mengingat kata-kata yang diucapkan oleh Ny. Park untuknya. Ternyata kedua orang tua Dae Hyun menginginkan agar mereka berpisah.     

Ceklek…     

Soo Yin segera menghapus air matanya dengan punggung tangan ketika mendengar suara pintu terbuka. Khawatir jika Dae Hyun yang datang. Suaminya pasti akan mendesak untuk berkata jujur.     

"Soo Yin, kenapa kau sudah mengemasi pakaianmu?" Ternyata bukan Dae Hyun yang masuk ke dalam kamar itu, melainkan Hae Sok.     

"Nenek." Setelah memastikan tidak ada sisa-sisa air mata di pipi, barulah Soo Yin membalikkan tubuhnya.     

Hae Sok duduk di ranjang tepat di depan Soo Yin.     

"Apakah aku sudah ingin pergi dari rumah ini? Kenapa kau tidak tinggal beberapa hari lagi disini? Sebelum akhirnya aku pulang ke Busan," ujar Hae Sok.     

"Nenek akan pulang kesana?" Soo Yin mengerjapkan kedua bola matanya. Ia pikir Hae Sok akan tinggal di Seoul.     

"Ini bukan tempatku. Aku lebih nyaman tinggal di Busan. Temani aku disini beberapa hari lagi. Kau mau kan?" pinta Hae Sok sembari mengamati mata Soo Yin yang terlihat sembab dengan seksama.     

Soo Yin mendesah panjang. Ingin menolak tapi rasanya sangat berat meski hanya benda hari saja. Ia pikir bisa langsung pulang hari ini juga.     

"Kau habis menangis? Katakan pada nenek apa yang membuatmu sedih?" ujar Hae Sok.     

"Tidak ada, Nek. Aku tidak menangis," sanggah Soo Yin sembari menyunggingkan senyum tipis di bibirnya. Tak disangka Hae Sok bisa mengetahuinya.     

"Tidak usah berbohong karena kau bukan gadis yang pandai berbohong," ujar Hae Sok.     

Soo Yin menggigit bibir bawahnya karena menyadari kekurangannya. Dirinya memang tidak pandai dalam berakting.     

"Katakanlah," desak Hae Sok.     

"Ayah dan ibu tidak menyetujui hubungan kami, Nek. Ibu dan ayah bahkan memintaku untuk meninggalkan Dae Hyun," ucap Soo Yin lirih dengan kepala tertunduk.     

"Mereka mengatakan hal itu padamu?"     

Soo Yin menganggukan kepalanya.     

"Tapi jangan memberitahukan hal ini kepadamu siapapun termasuk kepada Dae Hyun, Nek. Aku tidak ingin memicu pertengkaran di rumah ini," ujar Soo Yin seraya menggenggam tangan Hae Sok.     

"Baiklah, tapi nanti aku akan tetap memberikan pengertian kepada mereka. Kau gadis yang kuat, sehingga pasti bisa menjalani semua itu. Jangan pernah berpikir untuk meninggalkan Dae Hyun karena dia memang sangat mencintaimu. Jika kalian bisa melewati rintangan ini pasti kalian akan mendapatkan kebahagiaan yang setimpal," ujar Hae Sok seraya memeluk Soo Yin.     

"Terima kasih, Nek. Sudah menerimaku di keluarga ini," ujar Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.