Istri Simpanan

Bab 492 - Aku yang akan melayaninya



Bab 492 - Aku yang akan melayaninya

0Ternyata Aeri sejak tadi berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada. Ia terus mengamati apa yang Dae Hyun dan Soo Yin lakukan di balik tembok yang memisahkan ruang makan dan dapur.     

"Dasar tidak tahu malu! Berani-beraninya mereka berbuat seperti itu di dapur," gerutu Aeri dengan kepala yang hampir saja terbakar mengetahui hal yang paling memuakkan itu.     

"Aeri, untuk apa kau di sini?" ujar Shin-hye sembari menepuk pundak Aeri yang sedang mengintip.     

"Aku hanya ingin mengambil air mineral di dapur. Lalu apa yang Bibi lakukan di sini?" ujar Aeri dengan tergagap dan menjawab seadanya.     

"Aku juga merasa haus." Shin-hye bisa mendengar seperti ada orang yang berada di dapur.     

"Siapa yang tengah malam seperti ini masih terjaga dan …." Shin-hye terus melangkahkan kakinya sembari mengendus-endus aroma masakan yang membuat perutnya bergejolak.     

"Bibi …." Aeri hendak melarang Shin-hye agar jangan masuk ke dapur tapi sudah terlambat.     

Shin-hye menautkan kedua alisnya ketika melihat Dae Hyun berada di depan kompor sedangkan Soo Yin duduk sambari menonton apa yang tengah Dae Hyun lakukan.     

"Kalian berdua? Kukira siapa yang larut malam seperti ini masih terjaga," ujar Shin-hye.     

"Bibi," sapa Soo Yin yang langsung berdiri. Tubuhnya langsung gemetar karena takut Shin-hye mengetahui apa yang telah mereka lakukan tadi.     

"Dae Hyun, siapa yang lapar di tengah malam seperti ini? Bukankah tadi sudah makan malam?" Shin-hye mendekati Dae Hyun lantas berdiri di sampingnya.     

"Aku yang lapar," sahut Dae Hyun seraya menggerakkan spatula di kuali. Sengaja Dae Hyun berbohong agar Soo Yin tidak dicibir karena ia tahu bagaimana sifat Shin-hye.     

"Soo Yin, kenapa kau tidak memasak untuk suamimu? Bukankah seorang istri seharusnya melakukan hal itu?" ujar Shin-hye.     

"Aku tidak mengizinkannya memasak," sahut Dae Hyun dengan datar.     

"Dae Hyun, mana boleh seperti itu terlalu memanjakan istri. Padahal dia itu sangat jauh lebih muda umurnya darimu. Dia harus bisa memasak seperti wanita yang lain di keluarga nenek," ujar Shin-hye seraya melirik Soo Yin.     

"Aku menikahinya karena aku sangat mencintainya sehingga aku tidak akan banyak menuntut. Dia tidak perlu melayaniku karena aku yang akan melayaninya."     

"Lagi pula perlu dipermasalahkan jika Soo Yin tidak pandai memasak. Aeri tidak pandai memasak sejak dulu kalian diam saja," imbuh Dae Hyun dengan santai.     

"Aduh, ada apa ini sepertinya ada yang menyebutkan namaku?" Aeri langsung masuk ke dalam dapur mendengar Dae Hyun menyebutkan namanya.     

"Aeri, mulai sekarang kau juga harus melayani suamimu dengan baik. Lihatlah malam-malam seperti ini harus memasak sendiri padahal memiliki dua istri," ujar Shin-hye.     

"Aku sama sekali tidak tahu jika Dae Hyun kelaparan. Lagi pula yang lapar sepertinya Soo Yin karena tadi makan sangat sedikit," sahut Aeri. Tak ingin membiarkan jika Shin-hye mencibirnya.     

"Dae Hyun, yang sungguh malang. Memiliki istri muda malah sangat merepotkan," sindir Shin-hye.     

Soo Yin Hanya terdiam tanpa ingin menyahut apa yang mereka lakukan tentangnya. Lagi pula itu adalah sebuah kebenaran sehingga untuk apa harus menyangkal.     

Dae Hyun sudah selesai memasak semangkuk ramyeon dengan aneka seafood dan sayuran. Dilihat dari penampilannya terlihat sangat enak. Pria itu hanya mendesah panjang mendengarkan dia orang yang saling mengoceh tidak jelas.     

"Sayang, ayo kita makan di teras samping saja," ajak Dae Hyun pada Soo Yin. Dengan kedua tangan sudah membawa nampan.     

Dengan patuh hanya dengan anggukan saja, Soo Yin mengikuti langkah suaminya yang sudah berjalan terlebih dahulu.     

Aeri semakin kesal karena Dae Hyun terlihat tidak peduli padanya. Sehingga ia pun mencari cara lain.     

Dae Hyun terus mengamati bibir Soo Yin terus bergerak mengunyah makanan. Keringat lantas keluar dari wajahnya karena memakan sesuatu yang panas dan agak pedas.     

Pria itu mengambil tisue blaku mengusap keringat itu.     

"Apa terlalu pedas?" tanya Dae Hyun yang sudah berdiri di belakang Soo Yin untuk membantunya mengikat rambut. Makan dengan rambut tergerai membuatnya tampak kesulitan.     

"Tidak, ini sangat enak. Aku sangat suka dengan apapun yang kau masak," tukas Soo Yin.     

"Kalau begitu berikan aku hadiah."     

"Hadiah apa?" Dahi Soo Yin berkerut.     

"Nanti saja ketika kita sudah pulang ke rumah," bisik Dae Hyun dengan sensual di telinga Soo Yin Lalu duduk kembali di kursinya.     

Soo Yin hanya tersenyum malu-malu menanggapinya.     

Setelah menghabiskan ramyeon, Soo Yin kembali menguap karena memang sangat sudah sangat larut malam.     

"Ayo kita cari kamar untuk tertidur," ajak Dae Hyun.     

Mereka berkeliling untuk menemukan kamar yang kosong untuk beristirahat. Namun semuanya sudah penuh padahal biasanya orang-orang lebih suka tidur di luar.     

"Dae Hyun, kau mau membawa Soo Yin kemana? Sepertinya dia sudah sangat mengantuk," uja Aeri yang kebetulan keluar dari kamarnya.     

"Hmm, sepertinya sudah tidak ada lagi kamar yang kosong. Kami akan tidur di ruang kerjaku," sahut Dae Hyun dengan tangan yang selalu memegang erat pergelangan Soo Yin.     

"Tunggu," sergah Aeri.     

"Bagaimana kalau kita tidur bertiga saja? Bukankah kita adalah keluarga? Aku sama sekali tidak masalah jika kita tidur bertiga," ujar Aeri.     

"Tidak," tolak Dae Hyun dengan tegas. Meskipun tawaran Aeri terlihat baik tapi dia tidak akan setuju tidur bertiga di dalam ranjang yang sama.     

"Kenapa kau menolak niat baikku terus? Aku hanya kasihan dengan Soo Yin. Ini sudah terlalu malam, lagi pula tidak ada kamar lagi yang kosong. Tidak ada ranjsng di ruang kerjamu. Apakah aku begitu tega membiarkan tubuh Soo Yin sakit semua karena tidur di sofa?" Aeri akan berusaha dengan keras untuk membujuk Dae Hyun.     

"Aku tidak masalah sama sekali tidur di sofa," sahut Soo Yi. Baginya sudah terbiasa susah ketika mereka dalam keadaan terpuruk.     

"Mana bisa begitu, lagi pula kamar ini milik Dae Hyun sehingga aku akan merasa tidak enak hati. Kau juga istrinya sehingga kau juga berhak tidur di dalam. Lihatlah kamarnya juga sangat luas." Aeri sengaja membuka pintu dengan lebar agar Soo Yin bisa melihat ranjang dengan ukuran King size.     

"Tidak, jika kau ingin kami tidur di sana. Maka sebaiknya kau cari kamar lain," tukas Dae Hyun dengan nada dingin. Tak akan semudah itu percaya dengan kata-kata yang keluar dari bibir Aeri. Sudah pasti ia merencanakan sesuatu yang buruk.     

Ingin sekali Aeri mengamuk karena sangat sulit membujuk Dae Hyun dengan cara halus.     

Dae Hyun lalu membawa Soo Yin untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Meski tidak ada ranjang, tapi disana akan jauh lebih nyaman.     

"Tunggulah disini sebentar, aku akan mengambil selimut," ujar Dae Hyun.      

Soo Yin menganggukan kepalanya sembari mengamati ruang kerja Dae Hyun yang sudah lama tidak digunakan. Ternyata di lemari banyak berjejer piala dan piagam penghargaan. Soo Yin semakin takjub dengan suaminya.     

"Sayang, tidurlah. Maaf malam ini kita harus tidur disini," ujar Dae Hyun. Bahkan rumah yang besar seperti berada di neraka jika ada salah seorang yang tidak menyukai hubungan mereka.     

"Tidak perlu meminta maaf, selagi kita tetap bersama maka aku akan baik-baik saja." Soo Yin melingkarkan tangannya di leher Dae Hyun yang duduk di sebelahnya. Lalu mencium bibirnya beberapa detik.      

"Sekarang tidurlah dengan nyenyak." Dae Hyun membaringkan tubuh Soo Yin lalu membentangkan selimut untuk menutupi tubuhnya.     

"Lalu, kau akan tidur dimana?" ujar Soo Yin.     

"Tidak usah cemas karena aku akan tidur di sini." Dae Hyun menunjuk lantai tepat di bawah Soo Yin. Laku membentangkan alas sebagai tempat tidurnya.     

"Kenapa kau disini? Kau bisa tidur di sofa juga," ujar Soo Yin.     

"Aku memang sengaja melakukannya karena takut jika kau sampai terjatuh. Aku ada di sini untuk berjaga-jaga," ucap Dae Hyun seraya tersenyum.     

Aeri terus menempelkan telinganya di daun pintu. Wajahnya memerah menahan emosi yang hendak meledak. Tak disangka jika perlakuan Dae Hyun pada Soo Yin begitu manis. Rela melakukan apapun untuknya.     

Setelah tidak ada suara obrolan lagi yang terdengar, Aeri memilih pergi ke kamarnya dengan kaki yang dihentakkan cukup keras menapaki lantai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.