Istri Simpanan

Bab 513 - Penyambutan kecil



Bab 513 - Penyambutan kecil

0The Silla Seoul Hotel,     

Sesuai kesepakatan, hari ini Soo Yin kembali menemani Dae Hyun bekerja. Sekarang mereka tidak perlu takut lagi jika ada yang mengetahui mereka bersama.     

Hari ini adalah hari dimana mereka bersama-sama ke hotel. Untuk menyambut kedatangan istri kecilnya, Dae Hyun sudah menyiapkan penyambutan kecil.     

"Sayang, bukankah sebaiknya kau masuk saja dulu?" ujar Soo Yin sembari menggigit bibir bawahnya.     

Mereka masih berada di dalam mobil karena baru saja Dae Hyun menghentikan mobilnya.     

"Kenapa? Apakah kau takut?" ujar Dae Hyun. Dengan gerakan cepat berhasil menarik Soo Yin lebih mendekat bkr arahnya. Ia sangat tidak suka jika Soo Yin menggigit bibir bawahnya.     

Dae Hyun lantas mendaratkan bibirnya dengan lembut di bibir Soo Yin agar istri kecilnya menghentikan apa yang sejak tadi dilakukannya.     

"Hmmphhh, lepaskan." Soo Yin mendorong tubuh Dae Hyun kuat agar terlepas karena nafasnya sudah tersengal.     

"Kenapa kau menciumku?" gerutu Soo Yin sembari mengusap bibirnya.     

"Itulah akibatnya karena sudah membuatku kesal. Sudah berapa kali kukatakan agar kau tidak lagi menggigit bibir bawahmu. Dari pada kau melukainya lebih aku saja yang menikmatinya. Bibirmu terlalu manis untuk disia-siakan," sahut Dae Hyun dengan santai.     

"Aku gugup. Ini pertama kalinya bertemu dengan karyawanmu setelah sekian lama. Mereka pasti akan mencibirku," ujar Soo Yin dengan bibir cemberut.     

"Apa kau ingin aku menciummu lagi?" ujar Dae Hyun.     

"Apa maksudmu?"     

"Jangan cemberut seperti itu atau aku akan menciummu," perintah Dae Hyun dengan tegas.     

"Cepatlah keluar sekarang juga," ujar Soo Yin. Jangan sampai mereka terlambat karena terlalu lama di dalam mobil.     

"Ayo," ajak Dae Hyun.     

Soo Yin menghela nafas panjang sebelum akhirnya setuju untuk masuk bersama.     

"Tidak usah cemas. Jika ada yang membicarakanmu di belakang, bersiaplah mereka akan dipecat," ujar Dae Hyun.     

"Apakah kau sekejam itu?"     

"Kenapa tidak? Itu salah mereka karena sudah berani membicarakan istriku. Aku akan melakukan apapun agar mereka tidak berbicara seenaknya sendiri," ujar Dae Hyun.     

"Sayang, jangan sekejam itu pada karyawanmu hanya gara-gara diriku. Aku tidak ingin kau menjadi bos kejam." Soo Yin meraih jemari Dae Hyun dan meremasnya.      

"Baiklah, istriku memang sangat baik. Beruntung mereka memiliki istri bos sebaik dirimu," puji Dae Hyun.     

Pipi Soo Yin seketika langsung bersemu merah mendapat pujian yang begitu manis dari suaminya.     

"Sayang, bolehkah aku meminta sesuatu?" Dae Hyun menahan pergelangan tangan Soo Yin yang sudah hendak turun dari mobil.     

"Apapun akan kuberikan selagi tidak terlalu sulit untuk dilakukan," sahut Soo Yin.     

"Cepatlah, berikan tanda merah di leherku." Dae Hyun mendekatkan wajahnya lalu menunjuk lehernya dengan telunjuknya.     

"Apakah aku sudah tidak waras? Aku tidak mau melakukannya," tolak Soo Yin dengan tegas. Apa kata orang jika nanti mereka semua melihatnya.     

"Ayolah, kau bilang akan melakukan apapun. Namun hal kecil seperti ini kau bahkan tidak mau melakukannya," tagih Dae Hyun.     

"Untuk apa memangnya?"     

"Cepatlah, ini sudah siang jangan sampai kita terlambat." Dae Hyun tidak berhenti membujuk istri kecilnya.     

Soo Yin memutar bola matanya. Terpaksa dia menempelkan bibirnya di leher suaminya. Lalu menghisapnya untuk memberikan stempel kepemilikan di sana.     

"Apakah kau tidak merasa malu jika orang-orang melihatnya?" ujar Soo Yin.     

"Untuk apa aku harus malu? Aku justru merasa bangga." Dengan sengaja Dae Hyun membuka kerahnya sedikit agar tanda merah itu terlihat jelas.     

"Dasar tidak waras," gerutu Soo Yin sembari menggelengkan kepalanya karena mendapatkan suami seperti Dae Hyun.     

"Meski tidak waras tapi aku sangat mencintaiku. Lagi pula aku memang sudah tidak waras sejak pertama melihatmu," ujar Dae Hyun seraya terkekeh.     

"Cukup, tidak usah bercanda lagi atau aku tidak jadi ikut masuk ke dalam," ancam Soo Yin dengan mata yang melotot tajam.     

"Baiklah, tidak usah melotot seperti itu. Jika marah aku semakin menggemaskan." Dae Hyun tertawa renyah karena sudah berhasil menggoda istrinya di saat pagi seperti ini.     

Soo Yin segera turun dari mobil. Mendengar suaminya terus membual membuat pipinya terasa panas.     

Dae Hyun langsung menggandeng tangan Soo Yin ketika hendak melangkah masuk.     

"Sayang, kenapa sepi sekali," ujar Soo Yin setelah mereka masuk ke dalam lift menuju lantai 10. Tidak ada satupun karyawan yang terlihat. Soo Yin hanya berpikir jika mungkin semuanya sudah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Apalagi sekarang hotel sudah mulai ramai seperti semula.     

Dae Hyun sudah mengganti semua peraturan yang dibuat oleh kedua pamannya. Serta Dae Hyun juga berencana merenovasi semua tipe kamar. Terutama presidential suite, yang harus mereka benahi. Jangan sampai tamu membayar mahal tapi pelayanan mereka sangat tidak memuaskan.     

"Biarkan saja, malah itu bagus jika kita hanya berdua di sini," ujar Dae Hyun sembari mengedipkan sebelah matanya.     

"Berhentilah bercanda," tukas Soo Yin.     

Ting ….     

Pintu lift kini sudah mulai terbuka.     

"Selamat datang kembali!" seru semua karyawan hotel yang berjejer rapi di sebelah kanan dan kiri. Hingga menyisakan untuk Soo Yin dan Dae Hyun berjalan.     

"Kalian, mengagetkanku," ujar Soo Yin dengan mata berkaca-kaca karena sangat bahagia. Itu sangat di luar dugaannya. Ternyata dia sudah salah paham kepada semua karyawan.     

"Selamat bekerja kembali, Nyonya Dae Hyun." Semua orang langsung bertepuk tangan dan bergembira. Kedatangan kembali Soo Yin membuat mereka mendapatkan gaji lebih bulan ini.     

"Terima kasih, semuanya. Aku sangat bahagia," ucap Soo Yin tidak bisa berkata-kata lagi.     

"Apakah aku tidak berterima kasih padaku?" ujar Dae Hyun seraya menunjukkan pipinya dengan jari telunjuk ke wajah Soo Yin.     

"Dae Hyun, berhentilah menggodaku," ujar Soo Yin sembari mencubit pelan pinggang Dae Hyun lalu menyembunyikan pipinya yang bersemu merah di dadanya.     

Para karyawati merasa iri melihat perlakuan penuh cinta dan lembutnya Dae Hyun pada Soo Yin. Meski mereka sering melihat Dae Hyun bersama Aeri tapi tidak pernah melihat wajah bahagia Dae Hyun.     

"Cium, cium, cium." Seru semua orang yang ada di sana.      

Bahkan para pria yang berada di sana turut merasa iri. Melihat sikap malu-malu dan manja Soo Yin membuat mereka ingin memperlakukan pasangan mereka seperti Dae Hyun.     

"Dengarlah, semua orang meminta kau menciumku," ujar Dae Hyun sembari tersenyum nakal.     

Mendapatkan sorakan terus menerus membuat Soo Yin semakin tidak mau menunjukkan wajahnya.     

"Cepatlah, agar mereka merasa puas setelah melihat kita," bisik Dae Hyun.     

Dengan pipi yang sudah memerah Soo Yin memberanikan diri mencium sebelah pipi Dae Hyun. Setelah itu langsung menyembunyikan wajahnya dengan kedua telapak tangan.     

"Wahhhhh!" semua orang terperangah tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.     

"Lihatlah mereka sangat serasi."     

"Tidak kusangka akhirnya aku melihat raut wajah tuan yang tersenyum bahagia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.