Istri Simpanan

Bab 508 - Jangan pulang sebelum membawanya



Bab 508 - Jangan pulang sebelum membawanya

0UN Village,     

Plakk …     

Sebuah tamparan keras langsung mendarat di pipi Kim Soo Hyun ketika baru saja memijakkan kakinya di rumah.     

"Kenapa Ibu menamparku?" ujar Kim Soo Hyun sembari memegangi pipinya yang terasa panas dan kini memerah.     

"Kau masih bertanya kenapa ibu menamparmu? Apakah kau tidak sadar dengan apa kesalahan yang sudah kau perbuat? Ibu mengajarkanmu menjadi pria sejati yang bertanggung jawab. Bukan pria pengecut yang lari dari masalah." Tubuh Ny. Park gemetar dengan dada yang naik turun merasakan emosi di dada. Ini pertama kalinya tega menampar Kim Soo Hyun.     

"Apa sebenarnya maksud Ibu?" Kim Soo Hyun mengulangi pertanyaannya.     

"Apakah harus ibu perjelas semuanya agar kau mengerti? Apakah kau sudah lupa apa yang kau lakukan pada Jean hingga kini sedang mengandung putramu?" Ny. Park menatap tajam putranya.     

"Darimana Ibu mengetahuinya?" tanya Kim Soo Hyun. Meskipun sudah menduga jika pasti Dae Hyun yang sudah mengatakan semuanya.     

"Kau tidak perlu tahu Ibu mengetahui semua itu dari mana. Itu tidaklah penting. Kim Soo Hyun, kenapa kau begitu tega membuat keluarga ini malu? Kau bersembunyi tanpa mau mengatakan semuanya pada kami," Ny. Park mencengkram kemeja putranya dengan dada yang sangat sesak.     

Kim Soo Hyun kini hanya bisa menundukkan kepalanya. Menyadari ibunya akan marah karena mungkin dirinya memang sudah sangat keterlaluan. Lari dari masalah dan membuat keluarganya merasa malu.     

"Sun Woo, sabarlah," ujar Park Ji Hoon sembari mengusap punggung istrinya agar lebih tenang.     

"Dia memang harus diberi pelajaran. Bagaimana mungkin aku melahirkan seorang putra seperti dirinya? Dia sudah sangat keterlaluan," seru Ny. Park dengan histeris. Kini air mata sudah mulai membanjiri pipinya. Hingga tubuhnya hampir saja ambruk kalau saja Park Ji Hoon tidak menopangnya.     

"Ibu," seru Kim Soo Hyun dengan panik karena tubuh Ny. Park lemah.     

"Jangan menyentuhku sebelum kau bertanggung jawab dengan apa yang telah kau lakukan," ucap Ny. Park dengan nada dingin sembari menepis tangannya.     

Park Ji Hoon mendudukkan istrinya di sofa karena takut jika tubuhnya akan ambruk kembali.     

Kim Soo Hyun lantas berjongkok di depan ibunya.     

"Bu, aku sungguh minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk membuat keluarga ini malu. Aku benar-benar akan bertanggung jawab," ujar Kim Soo Hyun. Dirinya paling tidak bisa jika Ny. Park sudah marah padanya.     

"Pergilah, jangan pernah kembali sebelum kau berhasil membawa pulang Jean," usir Ny. Park sembari memalingkan wajahnya. Ada perasaan tidak tega melakukan itu semua pada Kim Soo Hyun. Namun kali ini harus dilakukan agar putranya tersadar.     

"Bu, aku mohon maafkan aku," ujar Kim Soo Hyun. Tangannya terulur hendak meraih tangan Ny. Park tapi langsung ditepis dengan kasar.     

"Pergi!" teriak Ny. Park dengan air mata yang bercucuran.     

"Kim Soo Hyun, untuk sementara jangan ganggu ibumu. Sekarang pergilah, kau bisa menginap di hotel. Jika kau sudah mendapatkan Jean, segera bawa pulang ke rumah ini," ujar Park Ji Hoon.     

Kim Soo Hyun yang duduk berjongkok di depan Ny. Park lantas bangkit berdiri. Mungkin inilah yang harus didapat olehnya.     

Dengan langkah lesu, Kim Soo Hyun keluar dari rumah besar itu. Tadinya ingin bercerita terlebih dahulu kepada ibunya. Namun sayang sekali Ny. Park sudah mengetahui semuanya sebelum dirinya bercerita.     

Kim Soo Hyun melajukan mobilnya menembus jalanan malam di kota Seoul. Pikirannya kini melayang tanpa arah dan tujuan. Hingga mobilnya berhenti di depan sebuah bar.     

Cukup lama Kim Soo Hyun memarkirkan mobilnya di sana tanpa keluar. Ada keinginan untuk menghabiskan malam di sana dengan mabuk. Saat ini belum siap untuk bertemu Jean lagi. Karena takut jika Jean tidak mau lagi menerimanya.     

Hingga bayangan apa yang terjadi pada Hae-won di Pulau Ulleungdo terlintas di benaknya. Bayangan bayi merah yang digendongnya saat itu memenuhi pikirannya. Mengingat Hae-won yang berjuang seorang diri hingga hampir kehilangan nyawa menyadarkan Kim Soo Hyun.     

Pria itu segera melajukan mobilnya kembali. Malam ini juga dirinya berniat menemui Jean sebelum terlambat.     

===============================     

Jean baru saja sampai di rumahnya diantarkan oleh Chang Yuan. Sudah beberapa hari mereka tidak bertemu karena Chang Yuan kembali membantu pekerjaan Dae Hyun di hotel.     

"Asisten Chang, kau tidak ingin mampir dulu?" ujar Jean seraya tersenyum.     

"Apakah boleh aku mampir?" Chang Yuan balik bertanya dengan jantung yang berdebar. Karena ini pertama kalinya Jean mengajaknya singgah.     

"Kenapa tidak boleh? Bukankah kau sudah sering datang ke rumahku?" ujar Jean seraya terkekeh.     

Chang Yuan merasa bahagia bisa melihat gadis yang dicintainya akhirnya bisa tertawa lagi. Hingga ia ikut tertawa bersamanya.     

"Biasanya aku datang tidak diundang. Sangat berbeda jika kau memintaku singgah," ucap Chang Yuan.     

"Ayo turunlah. Mari minum kopi bersama sebelum kau pulang," ujar Jean.     

"Jean, tidak baik ibu hamil minum terlalu banyak kafein. Mulai sekarang jangan minum kopi terlalu banyak," saran Chang Yuan dengan perasaan khawatir.     

Hati Jean terenyuh mendengar perkataan Chang Yuan. Dia bukan ayah kandungnya tapi begitu khawatir terjadi sesuatu pada janinnya. Sedangkan ayah kandungnya saja tidak peduli.      

Jean jadi berpikir pasti orang yang kelak menjadi istri Chang Yuan pasti sangat bahagia karena memiliki seorang suami yang sangat perhatian dan baik.     

Cukup lama Jean memandang wajah Chang Yuan.     

"Jean," panggil Chang Yuan sembari menggerakkan telapak tangannya naik turun untuk membuyarkan lamunan Jean.     

"Ah, maaf. Tentu saja aku tidak akan minum kopi. Aku hanya menemanimu saja," ujar Jean dengan gugup.     

"Cepatlah turun," imbuh Jean. Lalu membuka pintu untuk turun dari mobil.     

Chang Yuan menghela nafas panjang. Semoga ini adalah awal yang indah agar Jean perlahan membuka hatinya untuk dirinya. Meski janin yang dikandungnya bukanlah anaknya tapi Chang Yuan berjanji akan merawat mereka sepenuh hati. Tidak akan membiarkan mereka tersakiti.     

"Masuklah," ajak Jean.     

"Sebaiknya kita minum kopi di sini saja sambil menikmati bintang. Sepertinya malam ini terlihat sangat cerah," ujar Chang Yuan yang sudah mendudukkan bokongnya di kursi yang ada di teras.     

"Baiklah, terserah kau saja. Tunggulah, aku tidak akan lama." Jean lalu masuk ke dalam rumah.     

Tidak lama kemudian Jean sudah keluar sembari membawa nampan yang berisi beberapa macam minuman. Ada kopi, susu bahkan Soju. Ada juga camilan untuk teman minum.     

Chang Yuan mengerutkan keningnya karena Jean bahkan memiliki soju.     

"Jean, apakah kau minum alkohol?" ujar Chang Yuan sembari menunjuk botol Soju.     

"Tidak, maksudku sebelum tahu jika aku hamil memang sempat minum beberapa kali. Namun sekarang sudah tidak pernah lagi," ujar Jean sambil tersenyum tipis.     

"Syukurlah, kupikir kau meminumnya. Mulai sekarang jaga makanan dan minuman yang dikonsumsi. Jangan sampai membahayakan kalian berdua," ujar Chang Yuan dengan perasaan lega.     

"Tentu saja, aku akan memakan yang yang sehat-sehat saja," ujar Jean seraya menyeruput susu ibu hamil yang dibuatnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.