Istri Simpanan

Bab 505 - Kedatangan Hae Sok



Bab 505 - Kedatangan Hae Sok

0Villa Pyeongchang-dong,     

Soo Yin dan Dae Hyun saling berpandangan hingga beberapa saat karena mendapat villa yang masih sangat terang. Padahal biasanya jika sudah di atas pukul sepuluh suasana rumah sudah gelap dan sepi.     

"Nenek!" seru Soo Yin dan Dae Hyun secara serentak dengan mata yang membuat sempurna.     

Soo Yin menepuk jidatnya karena sama sekali tidak ingat jika mereka tadi pagi meminta Hae Sok untuk menginap di villa mereka. Ia tidak kepikiran jika Hae Sok akan mampir.     

"Sebaiknya cepat kita turun. Nenek pasti sudah menunggu kita," ujar Soo Yin sambari melepas sabuk pengaman ingin segera masuk ke dalam rumah.     

"Tidak usah terburu-buru. Bisa saja Bibi Xia lupa mematikan lampu sehingga masih terang," ujar Dae Hyun seraya menggelengkan kepalanya karena Soo Yin terlalu cepat panik.     

"Tidak mungkin. Lihatlah kamar tamu juga terang. Seharusnya tadi aku tidak melupakan tentang hal itu," ujar Soo Yin Yang merasa tidak enak karena tidak menyambut Hae Sok dengan baik.     

Dae Hyun hanya menghela nafas panjang. Melihat istri kecilnya yang berlari-lari kecil agar segera masuk ke dalam villa.     

Soo Yin mempercepat langkahnya ketika mendengar suara televisi dari ruang keluarga. Biasanya bibi Xia tidak pernah menonton sampai larut seperti itu.     

"Ibu," seru Jo Yeon Ho ketika melihat Soo Yin. Ia baru saja bermain naik turun tangga.     

"Hai, Sayang. Kapan kau datang kemari?" Soo Yin lantas berjongkok ketika Jo Yeon Ho mendekatinya. Memeluknya dengan erat padahal tadi pagi mereka baru saja bertemu.     

"Kami sudah sejak siang di sini," sahut Jo Yeon Ho dengan logat khas anak-anak yang menggemaskan.     

"Apa kau datang bersama nenek?" tanya Soo Yin.     

Jo Yeon Ho menganggukan kepalanya.     

"Nenek sedang menonton televisi."     

Soo Yin menggandeng pergelangan tangan mungil Jo Yeon Ho berjalan ke ruang keluarga untuk menemui Hae Sok.     

"Nenek, maaf kami pulang hingga larut malam," ujar Soo Yin sembari duduk di samping Hae Sok.     

"Apa Dae Hyun selalu mengajakmu pulang hingga larut malam seperti ini? Tidak baik wanita seusiamu tidur terlalu malam," ujar Hae Sok.     

"Tidak, Nek. Aku tadi datang ke hotel tapi ternyata Dae Hyun belum selesai rapat. Kami biasanya pulang lebih awal dari ini." Soo Yin menyunggingkan senyum tipisnya agar Hae Sok tidak curiga.     

"Sebaiknya Nenek istirahat saja dan tidak perlu menunggu kami pulang," lanjut Soo Yin dengan perasaan tidak enak.     

"Aku tidak bisa tidur. Besok antar aku menemui gadis yang bernama Jean. Aku ingin berbicara padanya," pinta Hae Sok.     

Soo Yin memandang Dae Hyun yang berdiri untuk meminta pertimbangan. Sebenarnya cukup yakin jika Hae Sok akan berbuat macam-macam pada Jean. Buktinya wanita renta itu begitu baik padanya.     

"Kalian tidak perlu cemas karena aku hanya ingin berbicara sedikit dengannya. Dia pasti sangat tertekan karena harus menjalaninya hamil muda seorang diri." Hae Sok menyadari ada keraguan pada cucunya.     

"Kami akan mengantar besok, sekarang lebih baik istirahat. Jangan terlalu memikirkan masalah kami, Nek. Aku khawatir kesehatanmu akan terganggu," ujar Dae Hyun karena tidak baik seorang wanita yang sudah renta memikirkan banyak hal.     

Soo Yin terlebih dahulu mengantarkan Hae Sok ke kamar tamu. Hae Sok tidak mau tidur di lantai dua karena kakinya sudah tidak sanggup lagi jika harus menaiki anak tangga.     

Sedangkan Dae Hyun membawa Yeon Ho ke dalam kamar yang sudah mereka siapkan jika menginap di sana. Ada banyak mainan yang pasti akan membuatnya betah tinggal bersama mereka.     

"Ayah, kamar ini sangat bagus," puji Jo Yeon Ho sembari mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Matanya berbinar karena di dinding terpasang gambar-gambar superhero kesukaannya.     

"Kau suka kamar ini?" ujar Dae Hyun.     

Anak itu menganggukan kepalanya berulang-ulang dengan raut wajah yang sangat bahagia.     

"Jika suka, kau bisa tidur di sini kapanpun kau mau. Sekarang pejamkan matamu," ujar Dae Hyun sembari ikut berbaring di samping Jo Yeon Ho lalu mengusap punggungnya.     

Tidak butuh waktu lama untuk membuat Yeon Ho tertidur pulas. Karena baru saja beberapa menit, sudah terdengar suara dengkuran halus uang keluar dari bibirnya.     

Soo Yin menyusul Dae Hyun ke kamar Yeon Ho untuk memastikan sudah tertidur atau belum. Perut lapar yang dirasakan sudah terlupakan. Yang ada hanya rasa kantuk dan lelah yabg semakin tidak bisa ditahan.     

"Lihatlah wajahnya lucu sekali ketika tertidur," ujar Soo Yin yang duduk di atas ranjang mengamati wajah Jo Yeon Ho.     

"Tidak usah mengganggunya. Lebih baik kau menggangguku saja," bisik Dae Hyun sensual di telinga Soo Yin.     

Soo Yin lantas mencubit pinggang Dae Hyun dengan mata yang melotot. Karena baginya itu sangat tidak lucu menggodanya di depan putra mereka.     

Soo Yin lantas berdiri kemudian pergi terlebih dahulu menuju kamar mereka. Bukannya ke kamar mandi, Soo Yin justru berbaring di atas ranjang dengan kedua tangan yang direntangkan. Sangat nyaman karena akhirnya punggungnya bisa menyentuh kasur setelah seharian beraktivitas.     

"Sayang, kau tidak ingin kita mandi bersama lagi seperti tadi pagi?" Dae Hyun tersenyum penuh arti sambil melepas dasinya.     

"Kau saja duluan, nanti aku akan menyusul," ujar Soo Yin sembari menguap.     

"Bukankah kita berencana untuk makan malam terlebih dahulu? Apa kau tidak berniat memasak untukku? Perutku sudah kelaparan sejak tadi," ujar Dae Hyun.     

"Aku tidak bisa masak. Jika kau memakan makananku, justru aku khawatir kau nanti akan mengalami keracunan," sahut Soo Yin asal karena matanya sudah terasa berat.     

Dae Hyun mencondongkan tubuhnya tepat depan di wajah Soo Yin. Mengungkung tubuh kecil itu di bawah tubuhnya.     

"Hmmm, bagaimana kalau kita bertukar?" usul Dae Hyun.     

"Apa?" Mata Soo Yin terbuka hingga pandangan mereka saling beradu.     

"Sepertinya aku berubah pikiran. Perutku tidak ingin lagi diisi oleh makanan. Sepertinya aku lebih kenyang jika memakanmu," ujar Dae Hyun seraya terkekeh.     

"Dasar mesum." Soo Yin merasa gemas hingga ia mencubit pipi suaminya dengan cukup keras.     

"Aduh, sakit," rintih Dae Hyun seraya mengusap pipinya yang terasa pedih.     

"Itu akibatnya karena selalu saja berpikiran mesum. Tidak bisakah berpikir secara normal," gerutu Soo Yin sembari mencebikkan bibirnya.     

"Baiklah, kau memang sangat tega padaku. Aku akan turun sendiri untuk mencari makanan di dapur," ujar Dae Hyun cuek lantas keluar dari kamar.     

"Apakah dia marah?" gumam Soo Yin yang langsung terduduk di sisi ranjang.     

Dengan sangat terpaksa Soo Yin mengikuti Dae Hyun ke dapur. Merasa berdosa karena tidak bisa menjadi istri yang baik. Masih selalu saja tidak bisa diandalkan dalam hal menyiapkan makanan.     

Soo Yin lantas memeluk pinggang Dae Hyun dari belakang. Menyembunyikan kepalanya di punggung suaminya yang tengah berada di depan kompor.     

"Kenapa kau mengikutiku? Bukankah kau bilang ingin tidur?" ujar Dae Hyun dengan suara parau.     

"Aku tidak mau tidur jika kau masih marah padaku." Soo Yin semakin mengeratkan pelukannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.