Istri Simpanan

Bab 491 - Sensasi berbeda



Bab 491 - Sensasi berbeda

0Dae Hyun lantas masuk ke dalam rumah seraya menggandeng tangan Soo Yin. Dirinya tidak peduli meskipun banyak tatapan menyelidik ke arah mereka. Untuk apa bersembunyi lagi. Semua anggota keluarganya juga sudah tahu. Masalah hotel juga tidak perlu dirisaukan.     

"Dae Hyun, lepaskan tanganku." Soo Yin merasa tidak nyaman ketika melewati ruang tamu semua orang menatapnya. Dirinya bukanlah seseorang yang gila perhatian.     

"Biarkan saja. Untuk apa takut, lagu pula Aeri sudah mengatakan kepada semua orang. Jika aku bersikap cuek padamu mereka pasti akan mengira jika kau lah hang sudah berusaha untuk menggodaku," bisik Dae Hyun di telinga Soo Yin.     

Soo Yin mendesah panjang. Ia mengerti akan hal itu sehingga dengan kepala yang terangkat, ia berjalan dengan jari yang saling bertautan dengan jari Dae Hyun.     

"Lihatlah mereka. Aku sungguh tidak percaya dengan yang aku lihat."     

"Aku pikir gadis itu yang sudah merayu Dae Hyun. Namun itu sepertinya berbanding terbalik."     

"Lihatlah betapa manisnya sikap Dae Hyun padamu. Tatapan mata Dae Hyun sangat berbeda ketika bersama dengan Aeri."     

"Mungkin benar kabar yang beredar jika sejak dulu Dae Hyun memang tidak mencintai Aeri."     

Pujian-pujian dan kata-kata positif mereka lontarkan ketika melihat bagaimana romantisnya sikap Dae Hyun kepada Soo Yin. Meskipun mereka sering melihat Dae Hyun dan Aeri bergandengan tangan. Namun itu seperti sebuah keterpaksaan.     

Soo Yin menyunggingkan senyumnya kepada semua orang. Meskipun gugup tapi dirinya tidak ingin dikatakan sebagai orang yang sombong.     

Aeri mengikuti Dae Hyun agak jauh tertinggal di belakang. Merasa sangat kesal karena sepertinya usahanya sia-sia. Niat untuk membuat semua keluarga besar Hae Sok ternyata tidak membuahkan hasil.     

Dari pada dirinya ikut terkena imbasnya, Aeri memilih keluar dan lewat pintu samping untuk masuk.     

Dae Hyun mengajak Soo Yin ke dapur terlebih dahulu karena dirinya ingin minum untuk meredakan rasa dahaga di tenggorokannya.     

"Sayang, apa kau lapar? Kulihat tadi kau hanya makan satu suapan saja," ujar Dae Hyun sembari membuka kulkas untuk mengambil air mineral.     

"Sedikit," sahut Soo Yin seraya meringis. Rasanya tidak akan ada yang sanggup mengunyah makanan ketika semua orang yang ada di ruang makan menatap intens ke arahnya.     

"Kau ingin makan sesuatu?"     

"Hmmm, tidak usah. Lagi pula sudah larut malam. Tidak enak jika yang lain melihat kita berada di dapur," ujar Soo Yin.     

"Tidak masalah sama sekali. Katakan kau ingin makan apa? Karena aku tidak ingin jika kau sampai kelaparan." Dae Hyun tetap memaksa karena menyadari jika istrinya akan mengalami masalah lambung jika perutnya kosong.     

"Hmmm." Soo Yin menimbang-nimbang apa yang  diinginkannya tapi tak ada satupun yang terlintas dalam benaknya.     

"Aku akan memakan apapun yang kau masak," ujar Soo Yin seraya duduk di atas meja dapur.     

"Benarkah?" Dae Hyun menghampiri Soo Yin setelah menghabiskan setengah botol air mineral lalu berdiri di depannya. Dengan sengaja melingkarkan tangannya di pinggang ramping itu.     

"Menyingkirlah, jangan sampai ada yang melihat kita. Aku tidak ingin mereka menyangka jika kita tidak tahu waktu dan tempat," ucap Soo Yin dengan perasaan cemas mengedarkan pandangannya. Takut jika tiba-tiba saja ada yang datang ke arah dapur. Meskipun keadaan sepertinya sudah sepi karena hanya ada beberapa saja yang masih terjaga. Karena yang memiliki anak kecil pasti sudah tertidur.     

"Biarkan saja." Dae Hyun menatap intens bola mata Soo Yin yang selalu membuatnya rindu ingin selalu terus berdekatan.     

Dae Hyun lalu menggunakan sebelah tangannya untuk meraih saklar yang tepat berada di belakang Soo Yin. Seketika lampu langsung dimatikan hingga dapur kini menjadi gelap.     

"Kenapa lampunya mati?" ujar Soo Yin dengan panik.     

"Sssttt, tidak usah takut karena aku memang sengaja mematikannya," bisik Dae Hyun dengan suara pelan.     

"Kau …."      

Ucapan Soo Yin terpotong karena Dae Hyun sudah terlebih dahulu membungkam mulutnya dengan bibirnya.      

Dae Hyun melumat bibir Soo Yin dengan begitu lembut. Namun semakin lama ciumannya semakin agresif. Berciuman di dapur di saat acara seperti itu justru membuatnya semakin bergairah. Seperti ada tantangan tersendiri ketika tiba-tiba saja ada yang datang memergoki mereka.     

Lidah Dae Hyun dengan gencar mengeksplor setiap bagian mulut Soo Yin. Ciuman yang begitu menuntut itu menbuat Soo Yin tidak bisa mengimbangi hingga nafasnya sampai tersengal.     

"Ughhh." Soo Yin menarik baju Dae Hyun agar Dae Hyun agar menghentikan ciumannya. Pasalnya ada sedikit rasa takut yang timbul pada dirinya.     

Dae Hyun akhirnya melepaskan ciumannya. Ia tersenyum mendengar suara nafas Soo Yin yang memburu. Sepertinya sudah mulai masuk ke dalam setiap permainannya.     

Dae Hyun tersenyum nakal hingga tangannya bergerak meraba punggung Soo Yin. Hendak membuka kancing gaun yang dikenakan Soo Yin.     

"Apa yang kau lakukan?" ucap Soo Yin dengan suara lirih dengan penuh penekanan.     

"Aku hanya ingin merasakan sensasi yang berbeda. Lagipula aku tidak akan melakukan apapun," sahut Dae Hyun dengan santai      

"Sudahlah, hentikan. Percuma saja kita pemanasan tapi tanpa ada pendinginan," ujar Soo Yin.     

"Kau benar sekali." Dae Hyun menekan saklar agar lampu hidup kembali.     

"Kau bilang ingin memasak untukku? Cepatlah karena aku sudah lapar," ujar Soo Yin seraya menjauhkan Dae Hyun dari tubuhnya.     

"Tadinya aku ingin memakanmu terlebih dahulu. Namun sayang sekali kau menolak," goda Dae Hyun seraya mengedipkan sebelah matanya.     

Wajah Soo Yin seketika bersemu merah. Hingga ia pun mencubit lengan Dae Hyun.     

"Tidak usah banyak bicara karena perutku sudah keroncongan," ujar Soo Yin untuk mengalihkan perhatian.     

Dae Hyun menggulung lengan bajunya lalu menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat makanan yang simpel. Sepertinya makan ramyeon cukup enak. Mereka bisa memakannya di luar di bawa pohon tadi.     

"Apa yang akan kau masak?" Soo Yin turun dari meja dapur beralih duduk di sebuah kursi.     

"Aku ingin memasak ramyeon. Makan di bawah pohon tadi pasti sangat menyenangkan," ujar Dae Hyun.     

"Sepertinya kau ingin membuatmu gendut dan tubuhku semakin melebar," gerutu Soo Yin.     

"Kau tidak perlu khawatir karena meskipun kau gendut aku akan tetap selalu mencintaimu." Dae Hyun tak menghentikan sama sekali apa yang telah dilakukannya. Tangannya dengan cekatan memotong aneka sayuran dan membersihkan udang.     

"Aku tidak yakin dengan ucapanmu," ujar Soo Yin.     

"Kenapa?"     

"Pria memang sangat terkenal suka membual," ucap Soo Yin dengan santai.     

"Jika kau tidak percaya maka aku akan membuktikan perkataanku."     

"Terserah kau saja. Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan," ucap Soo Yin seraya memutar bola matanya.     

"Baik, lihat saja nanti."     

Soo Yin menyandarkan kepalanya di atas meja menunggu Dae Hyun yang sibuk memasak. Tanpa membantu sedikitpun karena biasanya Dae Hyun tidak akan mau dibantu. Untuk kesekian kalinya, Soo Yin merasa sangat bersyukur memiliki pria seperti Dae Hyun yang bisa diandalkan dalam banyak hal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.