Istri Simpanan

Bab 510 - Lebih baik dicintai daripada mencintai



Bab 510 - Lebih baik dicintai daripada mencintai

0Jean mendengus, rasanya ingin tertawa keras karena Kim Soo Hyun baru tersadar sekarang. Ternyata memang benar jika menyesal hanya berada di belakang.     

"Tidak usah membawa anak karena dia memang sudah tidak memiliki ayah. Setelah kau memintaku menggugurkannya, aku sudah menganggap ayahnya mati," ucap Jean dengan bibir bergetar dan dada sesak. Sejujurnya Jean tidak tega mengatakan kalimat itu.     

Kim Soo Hyun terperangah mendengar apa yang diucapkan oleh Jean. Hatinya terasa perih karena Jean sudah menganggapnya tidak ada lagi. Bagaikan ada busur panah yang menghujam jantungnya. Baru saja ia tersadar jika anaknya membutuhkan seorang ayah. Tak disangka Jean justru mengatakan hal seperti itu.     

"Jean, teganya kau mengatakan hal itu padaku. Aku ayahnya dan masih hidup," ujar Kim Soo Hyun sembari menepuk dadanya.     

"Raga ayahnya memang masih hidup tapi bisa jadi jika hatinya mungkin sudah mati," ucap Jean. Baginya Kim Soo Hyun harus mengetahui betapa sakit hatinya selama ini.     

"Jean, kau sungguh sangat keterlaluan," ujar Kim Soo Hyun yang sudah mulai tidak terima. Niatnya untuk bertanggung jawab justru ditolak mentah-mentah.     

"Keterlaluan kau bilang? Apakah kau tidak sadar sudah menyakiti perasaanku? Kau datang ke rumah sakit saat aku sedang terpuruk. Namun kau tidak peduli sama sekali. Bahkan memintaku menggugurkan kandungan. Apakah hal itu bisa dikatakan manusiawi?" ucap Jean sembari menepuk dadanya yang sesak. Kini air mata mulai membanjiri pipinya.     

"Siapa sebenarnya di sini yang keterlaluan? Kau atau aku?" imbuh Jean di sela isak tangisnya.     

Chang Yuan yang di sampingnya, tidak ingin terlalu ikut campur. Memilih mengusap pundak Jean untuk menenangkannya.     

"Saat itu aku tidak bisa berpikir dengan jernih, sehingga aku mengatakan hal itu. Sekarang aku sudah tersadar dan aku akan belajar mencintaimu," ucap Kim Soo Hyun.     

"Aku tidak perlu dicintai jika hanya terpaksa. Aku menginginkan pria yang tulus mencintaiku. Sekarang pergilah dari sini, kau tidak perlu merasa bersalah dengan apa yang telah kau lakukan." Jean memejamkan matanya sejenak untuk menenangkan hatinya. Teringat pesan dokter agar jangan sampai terlalu banyak menangis.     

"Jean, beri aku kesempatan sekali lagi. Aku mohon padamu." Kim Soo Hyun hendak meraih jari Jean tapi segera ditepis oleh Jean.     

"Pergilah, biarkan aku memikirkan semuanya," ujar Jean dengan air mata yang  masih berlinang.     

"Tapi …."     

"Pergilah, kubilang," sentak Jean yang sudah mulai kehabisan kesabaran kali ini.     

"Kim Soo Hyun, pergilah. Jangan membuat keributan di sini," ujar Chang Yuan yang terpaksa angkat bicara.     

"Tidak usah ikut campur. Ini pasti kau yang mencoba mengatakan hal buruk tentangku," tuding Kim Soo Hyun pada Chang Yuan.     

"Soo Hyun, cukup. Tidak usah menuduh orang lain karena kesalahan yang kau perbuat. Pergilah," ujar Jean dengan tegas.     

Kim Soo Hyun menghela nafas berat. Sepertinya malam ini bukan waktu yang tepat untuk menemui Jean.     

"Baik, aku akan pergi sekarang. Namun aku akan kembali lagi," ujar Kim Soo Hyun. Dengan tangan kosong memilih pergi. Mungkin Jean memang butuh waktu untuk menerima semuanya.     

Jean menutupi wajahnya dengan kedua tangan kemudian terisak-isak. Jika saja sejak pertama Kim Soo Hyun mengatakan semuanya pasti dirinya akan berbahagia. Kini dia datang di saat Jean perlahan melupakan dan membuka hati untuk orang lain. Terlebih lagi sakit hati yang ditorehkan terlalu perih untuk dilupakan.     

Chang Yuan merangkul Jean yang terisak-isak. Sungguh hatinya terasa sakit melihatnya menangis.     

"Jean, ayo ke dalam. Hari sudah malam dan cuaca semakin dingin," ajak Chang Yuan. Menuntun gadis yang dicintainya masuk ke dalam rumah.     

"Sekarang istirahatlah dan jangan menangis lagi. Tidak baik untuk wanita hamil jika terlalu banyak menangis," ujar Chang Yuan lembut.     

Jean hanya patuh ketika Chang Yuan menuntunnya ke dalam kamar. Perlakuan orang yang mencintai dengan orang yang dicintai ternyata sangat berbeda jauh.     

"Sebaiknya aku pulang, jika ada apa-apa kau bisa menghubungiku," tukas Chang Yuan.     

"Asisten Chang, bisakah kau tinggal sebentar lagi di sini." Jean menahan pergelangan Chang Yuan ketika pria itu hendak pergi.     

"Apakah kau menginginkan sesuatu?" tanya Chang Yuan.     

Jean menggigit bibir bawahnya. Khawatir permintaannya sedikit memberatkan untuk Chang Yuan.     

"Katakan saja jika kau membutuhkan sesuatu," ujar Chang Yuan.     

"Bisakah aku meminta tolong kau untuk mengusap perutku? Agar kami bisa tidur nyenyak," ucap Jean ragu. Memang tidak seharusnya mengatakan hal seperti itu. Tapi entah kenapa tiba-tiba Jean ingin sekali Chang Yuan mengusap perutnya.     

Chang Yuan tersenyum karena baginya tidak masalah sekali dengan permintaan Jean.     

"Tentu saja aku akan melakukannya. Sekarang berbaringlah." Chang Yuan membantu Jean untuk berbaring kemudian duduk di sampingnya.     

Chang Yuan mengangkat tangannya dengan hati berdebar. Dipandanginya perut Jean yang sedikit menyembul tertutup oleh kain.     

Jean segera meraih tangan Chang Yuan laku meletakkan di perutnya. Terasa sangat nyaman sekali. Beberapa hari belakangan Jean memang tidak bisa tidur setelah pulang dari memeriksakan kehamilannya. Selalu terbayang dalam benaknya, seandainya saja ia bisa merasakan seperti wanita lain.     

"Maaf, jika membuatmu tidak nyaman. Tidak seharusnya aku meminta hal seperti ini kepadamu," ujar Jean seraya menyingkirkan tangan Chang Yuan. Karena pria itu justru diam saja seperti melamun.     

"Maaf, aku hanya gugup," ujar Chang Yuan dengan terbata.     

Chang Yuan segera menggerakkan telapak tangannya di perut Jean. Sungguh membuat hatinya berdebar tidak karuan.     

"Sayang, tidurlah agar ibumu bisa tidur nyenyak. Jangan nakal di dalam sana," ujar Chang Yuan kemudian memberanikan diri untuk mengecup perut Jean.     

"Terima kasih, Asisten Chang. Kau mau melakukan sesuatu yang memalukan seperti ini," ujar Jean dengan hati yang sangat tersentuh. Tanpa sadar ada sebutir kristal menetes dari sudut matanya     

"Jangan berbicara seperti itu. Jika kau mau, aku bisa melakukannya setiap malam sebelum kau tidur. Tidak usah sungkan," ucap Chang Yuan seraya tersenyum karena dirinya sudah menganggap anak yang ada di kandungan Jean seperti anaknya sendiri.     

"Asisten Chang, ayo kita menikah besok. Aku ingin kau menemaniku setiap malam seperti ini," ujar Jean. Chang Yuan sudah banyak berbuat baik untuknya. Mungkin inilah saatnya untuk membuka hati.     

"Tidak usah terburu-buru. Lebih baik kau pikirkan matang-matang karena pernikahan bukanlah sesuatu yang dipermainkan." Setelah kedatangan Kim Soo Hyun tadi Chang Yuan takut jika Jean akan menyesal dengan keputusannya.     

"Apa kau berubah pikiran setelah tadi Kim Soo Hyun datang?" ujar Jean cemas.     

"Tidak, aku hanya ingin kau mengambil keputusan yang tepat. Jangan sampai gara-gara ingin membalas dendam pada Kim Soo Hyun kau justru menerima lamaranku," ujar Chang Yuan tanpa rasa emosi.     

Jean terdiam, tak dapat dipungkiri jika ada perasaan untuk menyakiti Kim Soo Hyun melalui Chang Yuan.     

"Tidak usah dipikirkan, sekarang tidurlah." Chang Yuan mengulurkan tangannya memberanikan diri mengusap bibir Jean dengan ibu jarinya.     

Jean hanya menganggukkan kepalanya dengan perasaan yang rumit. Ada perasaan bersalah dengan Chang Yuan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.