Istri Simpanan

Bab 516 - Harus bersikap adil



Bab 516 - Harus bersikap adil

0The Silla Seoul Hotel.     

Soo Yin membantu meringankan beberapa pekerjaan Dae Hyun dengan ikut membantu memeriksa beberapa laporan keuangan hotel. Kepalanya cukup pusing karena harus membaca setiap laporan satu per satu. Apalagi sejak sekolah Soo Yin sebenarnya tidak terlalu suka pelajaran matematika. Namun ia tetap harus menguasainya.     

"Sayang, tidak usah terlalu bekerja keras. Biarkan aku mengerjakannya," ujar Dae Hyun sembari duduk di sofa tepat di samping Soo Yin.      

"Tidak apa-apa," sahut Soo Yin seraya menyingkirkan rambutnya yang tergerai di wajah.     

Melihat istri kecilnya tampak tidak nyaman rambutnya tergerai, Dae Hyun membantu Soo Yin mengikat rambutnya.     

"Ayo kita makan siang terlebih dahulu. Bukankah sore ini kau akan pergi ke kampus?" ujar Dae Hyun. Dirinya tidak ingin pelajaran Soo Yin di kampus terganggu karena membantunya bekerja.     

"Sebaiknya kita makan di sini saja. Aku malas jika harus pergi keluar," ujar Soo Yin sembari mendesah panjang.     

"Sebenarnya aku sangat tidak nyaman jika pergi ke kampus. Berita tentang diriku yang menjadi istri kedua masih saja beredar. Aku tidak terlalu suka ketika mereka memandangku dengan tatapan aneh," imbuh Soo Yin.     

"Kau bisa pindah kampus jika kau mau. Atau kau ingin mendapatkan dosen pribadi?"  tanya Dae Hyun.     

"Tidak perlu. Aku tidak ingin keduanya," tolak Soo Yin dengan tegas.     

"Nanti saja kita pikirkan bagaimana caranya. Sebaiknya kita makan terlebih dahulu, aku akan meminta pelayan mengantarkan makanan ke sini. Kau ingin makan apa?"     

"Apapun yang kau pesan akan aku makan," sahut Soo Yin seraya tersenyum manis.     

Dae Hyun segera menghubungi pelayan membawakan makan siang untuk mereka berdua. Kedatangan Soo Yin membuat pria itu benar-benar sangat bersemangat hari ini.     

"Soo Yin, jangan melakukan pekerjaan lagi. Aku memintamu datang kemari karena ingin kau menemaniku di sini bukan ikut bekerja seperti ini," ujar Dae Hyun sembari merebut berkas yang ada di tangan Soo Yin lalu meletakkannya di atas meja. Ada sedikit rasa kesal karena Soo Yin sangat keras kepala.     

"Ternyata hanya membaca berkas membuat tubuhku lelah." Soo Yin merentangkan kedua tangannya dan menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan.     

Dae Hyun menggeser lebih dekat lagi duduk di sisi Soo Yin. Lalu mengulurkan tangannya memegang pundak sang istri untuk memijatnya dengan lembut.     

Soo Yin menoleh sedikit ke belakang. Sebenarnya pijatannya cukup nyaman tapi dirinya tidak ingin menyusahkan Dae Hyun.     

"Tidak perlu melakukannya. Aku baik-baik saja." Soo Yin menggenggam tangan Dae Hyun yang masih berada di pundaknya. Memaksanya untuk menghentikan pijatan.     

"Apakah terasa sakit?"     

"Tidak, bukankah seharusnya aku yang melakukannya padamu? Sampai sekarang aku tidak pernah memijatmu. Berbaliklah biarkan aku memijatmu," ujar Soo Yin.     

"Tidak perlu, aku tidak merasa lelah sama sekali jika berada didekatmu," ujar Dae Hyun.     

"Tidak usah membual. Aku tahu kau sering memijat tubuhmu sendiri jika malam hari." Soo Yin memaksa Dae Hyun untuk memutar tubuhnya. Dirinya memang tidak pandai memijat seperti Dae Hyun tapi setidaknya akan berusaha.     

"Kapan kau mengetahuinya?" ujar Dae Hyun. Seingatnya dirinya tidak pernah melakukannya jika Soo Yin belum tidur.     

"Aku sering melihatnya. Tapi kenapa kau tidak mengatakannya kepadaku?" ujar Soo Yin dengan bibir cemberut.     

"Aku tidak ingin membuatmu khawatir. Kau sudah mau menjadi pendamping hidupku itu sudah cukup. Aku tidak menginginkan hal lebih lagi." Dae Hyun memiringkan tubuhnya lalu dengan gerakan cepat mengecup bibir Soo Yin.     

Di saat yang bersamaan pintu terbuka. Aeri yang baru saja masuk ke dalam ruangan dapat melihat jelas apa yang mereka lakukan. Tangannya mengepal dengan hati yang terasa mendidih.     

"Hmmm," ujar Aeri seraya berjalan melangkah masuk. Bersikap pura-pura tidak tahu apa yang sedang mereka lakukan.     

Soo Yin salah tingkah karena kedatangan Aeri. Ia pun segera menjauh untuk memberi jarak antara dirinya dengan Dae Hyun. Bagaimanapun sebagai seorang wanita ia tidak merasa enak hati.     

"Sepertinya kalian sedang bersenang-senang. Bolehkah aku bergabung?" ujar Aeri dengan senyum merekah di bibirnya.     

Dae Hyun memasang wajah datar seperti biasanya. Wajah yang tadinya bercahaya kini berubah ekspresi menjadi masam.     

Soo Yin hanya tersenyum tipis.     

"Silahkan saja," ujar Soo Yin kikuk.     

Aeri duduk di sisi Dae Hyun hingga posisi pria itu berada di tengah-tengah.     

"Sayang, sepertinya pekerjaanmu sangat banyak. Jika kami berdua membantu pasti akan meringankanmu," ujar Aeri.     

Dae Hyun merasa sangat tidak nyaman berada di dekat Aeri semenjak mengetahui Aeri bermain dengan Han. Pria itu menggeser tubuhnya mendekati Soo Yin.     

"Tumben sekali kau datang kemari?" tanya Dae Hyun dengan perasaan curiga karena jika Aeri datang ke hotel pasti ada sesuatu hal.     

"Apakah tidak boleh aku datang kemari? Dulu aku juga sering datang kesini membantumu. Kuharap kau tidak lupa akan hal itu," ucap Aeri dengan senyuman yang penuh arti.     

"Aku tidak pernah melupakannya," ujar Dae Hyun. Jika saja Aeri berhenti menjadi model dan bisa ibu yang baik untuk Yeon Ho mungkin Dae Hyun masih bisa mempertahankan hubungan mereka. Berusaha untuk mencintai, tapi sayang sekali karena Dae Hyun bahkan mengetahui Aeri berselingkuh. Itu semakin membuatnya tidak bisa bertahan.     

"Jika kau tidak lupa, kenapa kau sepertinya lebih mementingkan istri keduamu daripada aku. Sepertinya kau tidak lagi mengingat perjuangan kita dulu," sindir Aeri.     

Dae Hyun memalingkan wajahnya sembari mendesah panjang. Ia tahu jika Aeri mungkin sekarang sedang memintanya untuk balas budi.     

"Lalu apa yang sebenarnya kau inginkan?" tanya Dae Hyun pada Aeri.     

"Tidak ada, aku hanya ingin kau bersikap adil kepada kami. Kau tidak boleh mementingkan sebelah pihak saja karena statusku masih menjadi istrimu," ujar Aeri untuk mengingatkan.     

"Kau bisa mengubah statusmu kapanpun kau mau," ucap Dae Hyun dengan nada dingin karena ancaman Aeri tidak ada artinya lagi.     

Soo Yin hanya diam karena tidak terlalu paham apa yang mereka bicarakan. Jika melihat raut wajah Dae Hyun, sepertinya sekarang sedang menahan emosi.     

Tidak lama kemudian pelayan masuk sembari membawa makanan yang Dae Hyun pesan. Sehingga obrolan mereka seketika langsung terhenti.     

Keinginan Dae Hyun untuk makan berdua saja dengan Soo Yin kini telah sirna karena ada Aeri di sana.     

"Wah, kebetulan sekali. Aku juga sangat lapar sekarang. Aku harap Soo Yin tidak keberatan aku ikut makan di sini," ujar Aeri sembari melirik Soo Yin.     

"Tidak, jika kau ingin gabung silahkan saja," ujar Soo Yin. Meski tidak nyaman tapi dirinya harus bisa berbesar hati berbagi tempat dengan Aeri.     

"Soo Yin, kau memang sangat baik. Pantas saja suamiku sangat tergila-gila padamu. Tampaknya mulai sekarang aku harus belajar banyak darimu," ujar Aeri dengan seringai licik yang penuh arti.     

Dae Hyun yang tadinya lapar mendadak tidak berselera makan. Padahal siang ini ingin sekali makan berdua dengan Soo Yin. Tapi kenyataan tak seindah bayangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.