Istri Simpanan

Bab 527 - Tidak peduli



Bab 527 - Tidak peduli

0Baru saja acara pelelangan dimulai Yeon Ho tanpak menguap sejak tadi. Kini suara riuh tamu undangan semakin memenuhi ruangan.     

"Yeon Ho, apakah kau sudah mengantuk?" ujar Soo Yin sembari mengamati matanya yang sudah sayu.     

Yeon Ho menoleh sedikit ke belakang sembari menganggukan kepalanya. Bahkan Aeri yang berada di sebelahnya tidak peduli dengan putranya.     

"Ya sudah, kita pulang saja," ajak Soo Yin sembari bangkit berdiri kemudian berjalan ke depan.     

Dae Hyun pamit sebentar untuk menjawab telepon sehingga ia tidak tahu jika Yeon Ho mengantuk.     

"Sebaiknya kami pulang saja," pamit Soo Yin sembari menggandeng Yeon Ho.     

Wajah Aeri langsung berbinar mendengar Soo Yin hendak pulang. Ini kebetulan sekali.     

"Pergilah, lebih baik kalian memang istirahat saja di rumah. Jaga baik-baik Yeon Ho," ujar Aeri sembari mengulum senyum.     

Soo Yin dan Yeon Ho lantas keluar dari aula. Sangat disayangkan ternyata mereka tidak bertemu dengan Dae Hyun karena lewat jalan lain.     

"Dimana Yeon Ho dan Soo Yin?" ujar Dae Hyun sembari mengedarkan pandangan tapi tidak melihat keberadaan anak dan istri kecilnya.     

"Mereka sudah pulang karena sudah mengantuk," sahut Aeri dengan rasa bahagia. Ia berniat untuk membujuk Dae Hyun memenangkan acara pelelangan. Dengan begitu dirinya akan menjadi pusat perhatian. Yang jelas dirinya bisa memamerkan jika dirinya tetap yang pertama.     

"Mereka pulang?" ujar Dae Hyun dengan dahi berkerut.     

"Biarkan saja mereka pulang, dari pada berada di sini tidak cocok dengan mereka," ujar Aeri sembari menahan pergelangan Dae Hyun yang hendak melangkah pergi.     

"Lepaskan, aku harus mengejar mereka," ujar Dae Hyun sembari melepaskan pergelangan tangannya dari Aeri.     

Begitu terlepas, Dae Hyun segera pergi meninggalkan aula. Dirinya merasa tidak tenang jika membiarkan Soo Yin pulang menggunakan taksi.     

"Dae Hyun, tunggu," panggil Aeri tapi sayang sekali karena Dae Hyun sama sekali tidak peduli apalagi menolehkan kepalanya.     

"Sial! Kenapa dia selalu mementingkan wanita sialan itu?" gerutu Aeri. Wajahnya sudah memerah menahan amara.     

Dengan rasa kesal, Aeri mengikuti langkah Dae Hyun karena percuma saja berada di sana jika hanya seorang diri.     

Di luar gerbang sekolah, Soo Yin sedang menunggu taksi bersama Yeon Ho. Anak kecil itu hampir saja terjatuh karena sudah sangat mengantuk. Hingga ia tak mampu lagi menahan beban tubuhnya.     

"Sayang, apakah kau sudah sangat mengantuk?" ujar Soo Yin sembari mengusap kepala putranya.     

"Hmmm," sahut Yeon Ho sembari menguap lebar-lebar.     

Soo Yin tidak tega sehingga lantas menggendong Yeon Ho ke dalam pelukannya. Meski susah payah dan agak berat tapi sebisa mungkin Soo Yin menahannya.     

"Sekarang kau bisa tidur," ujar Soo Yin sembari menggoyangkan tubuhnya sedikit.     

"Terima kasih, aku sayang Mommy," ucap Yeon Ho dengan tulus. Kedua tangannya merangkul leher Soo Yin kemudian menyandarkan kepalanya di bahunya.     

"Aku juga menyayangimu, Sayang," ujar Soo Yin sembari mendekapnya dengan erat karena khawatir jika sampai ia terjatuh.     

Gong Yoo baru saja mengemudikan mobilnya keluar dari gerbang sekolah ketika ia seperti melihat sosok Soo Yin.     

"Bukankah itu gadis pemabuk," ujar Gong Yoo sembari mengamati lebih seksama wajah Soo Yin.     

"Untuk apa di sini? Siapa anak yang ada di dalam gendongannya? Tak mungkin mereka sudah memiliki anak sebesar itu." Bertanya sendiri dan dijawab sendiri, itulah yang dilakukan oleh Gong Yoo saat ini.     

Awalnya Gong Yoo ingin melajukan mobilnya tapi ia merasa tidak tega karena Soo Yin sepertinya merasa kesusahan.     

Dengan terpaksa akhirnya, Gong Yoo menghentikan mobilnya tepat di depan Soo Yin. Kemudian membuka jendela kaca untuk melihatnya.     

"Apa kau butuh bantuan?" tanya Gong Yoo masih berada di belakang kemudi.     

"Ah, bisakah aku meminta tolong untuk mencarikan taksi?" ujar Soo Yin dengan nafas sesak.     

"Untuk apa?" tanya Gong Yoo.     

"Putraku mengantuk sehingga kami ingin pulang," ujar Soo Yin. Keadaan tubuhnya yang sudah lelah mau tidak mau harus meminta bantuan orang lain. Karena taksi tak kunjung lewat.     

Gong Yoo menghela nafas panjang kemudian bergegas turun dari mobilnya. Lalu membuka pintu mobil penumpang belakang.     

"Biarkan aku membantu." Tanpa persetujuan Soo Yin pria itu sudah mengangkat tubuh Yeon Jo dari gendongan Soo Yin.     

"Kau mau membawanya kemana?" ujar Soo Yin. Baru saju hendak protes, Gong Yoo sudah memasukkan tubuh Yeon Jo ke dalam mobil.     

"Biarkan aku yang mengantarkan kalian," ujar Gong Yoo.     

"Tapi …," ujar Soo Yin sembari menggigit ujung kukunya. Cemas jika Dae Hyun tahu maka akan terjadi pertengkaran lagi di antara mereka.     

"Apakah kau takut dengan suamimu itu? Suami macam apa yang membiarkan istri mudanya mengasuh putranya. Sedangkan dia asyik di dalam bersama istri yang lain," cibir Gong Yoo sembari tersenyum miring.     

"Dia tidak seperti yang kau bayangkan," bela Soo Yin.     

"Sudahlah, sebaiknya kita pulang saja karena tidak akan ada taksi. Apakah kau tidak lelah menggendongnya terus-menerus?" ujar Gong Yoo.     

Soo Yin menghela nafas berat. Merasa setuju dengan apa yang diucapkan Gong Yoo. Baru sebentar saja tangannya sudah terasa sakit.     

"Baiklah, kami akan pulang bersamamu," ujar Soo Yin.     

Gong Yoo segera duduk di belakang kemudi. Sedangkan Soo Yin duduk di belakang untuk memangku kepala Yeon Ho. Ia tidak ingin membantu acara suaminya malam ini.     

Di saat pintu tertutup, Dae Hyun melangkah keluar dari pintu gerbang.     

"Soo Yin," gumam Dae Hyun  ketika      

 dengan melihat jelas lengan Soo Yin.     

"Tunggu," seru Dae Hyun tapi sayang sekali karena mobil sudah melaju.     

"Sial, bukankah itu mobil Gong Yoo? Beraninya dia membawa istriku pergi bersamanya," ujar Dae Hyun dengan geram. Ia bisa melihat dengan jelas jika mobil itu adalah Gong Yoo karena mobil mereka sering berdampingan ketika di basemen.     

Dengan langkah hati-hati, Aeri terus mengikutinya Dae Hyun. Berusaha menahannya agar jangan sampai pulang. Aeri tidak ingin membuat Soo Yin merasa menang.     

Langkah Dae Hyun sangat terburu-buru ketika menuju mobilnya.     

"Dae Hyun, kau mau kemana?" ujar Aeri dengan nafas terengah-engah karena berusaha mengejar Dae Hyun.     

"Aku akan pulang menyusul Soo Yin," ujar Dae Hyun dengan wajah masam.     

"Untuk apa kau mengejarnya? Aku yakin dia baik-baik saja sehingga kau tidak perlu khawatir. Sebentar lagi kita akan mengisi acara," terang Aeri.     

"Aku tidak peduli dengan acara ini. Jika kau masih ingin disini, terserah saja," ujar Dae Hyun kemudian membuka pintu dan membantingnya dengan keras.     

"Tapi acara ini sangat penting. Apakah kau ingin orang-orang menganggapmu sombong?"      

"Aku tidak peduli," ucap Dae Hyun dengan tegas. Lalu mengemudikan mobilnya keluar gerbang.     

"Dae Hyun, tunggu," ujar Aeri seraya menggedor pintu mobil tapi sayang sekali Dae Hyun sama sekali tidak peduli.     

"Arghh! Dasar wanita sialan," seru Aeri dengan perasaan sangat kesal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.