Istri Simpanan

Bab 546 - Terlalu sempurna



Bab 546 - Terlalu sempurna

0Chang Yuan baru saja memasuki apartemen. Sepanjang perjalanan ia terus menguap menahan kantuk. Bahkan beberapa kali mobilnya jambul menabrak pembatas jalan. Ini pertama kalinya mengalami hal seperti itu.     

Perutnya semakin keroncongan saat mencium aroma masakan dari arah dapur.     

"Siapa yang memasak?" gumam Chang Yuan sembari berjalan ke arah dapur sambil mengendus aroma makanan seperti seekor kucing.     

Chang Yuan tidak ingat jika kemarin sore mengantarkan Jean ke apartemennya. Ia sangat terburu-buru karena harus mengejar orang yang sudah menabrak Yeon Ho.     

Chang Yuan tersenyum sembari menyandarkan kepalanya di pintu masuk dapur sembari menyilangkan tangannya di dada. Ingin rasanya memeluk gadis yang dicintainya. Namun Chang Yuan mana mungkin berani jika Jean tidak mengizinkan.     

Pinggang Jean terlihat sudah melebar karena perutnya yang juga mulai membesar.     

Jean terlalu asyik mengaduk-aduk nasi goreng yang tengah dibuatnya sehingga tidak menyadari Chang Yuan yang sudah mendekat di belakangnya.     

"Sepertinya enak," puji Chang Yuan.     

"Ah, ternyata kau sudah pulang. Maaf jika aku merepotkanmu dan tanpa meminta izin masak padahal kau tidak ada di rumah," ujar Jean malu-malu. Perutnya tidak bisa menahan lapar terlalu lama. Tadinya ingin menunggu Chang Yuan datang. Tapi tidak ada tanda-tanda kepulangannya sejak tadi.     

"Tidak usah sungkan. Anggaplah ini seperti rumahmu sendiri," tukas Chang Yuan sembari tersenyum.     

"Asisten Chang, kau sangat baik padaku," ujar Jean dengan tulus.     

"Tidak usah dipikirkan. Apakah kau membuatnya dalam porsi banyak? Kebetulan sekali aku juga merasa sangat lapar," ucap Chang Yuan dengan jujur. Terlalu fokus untuk menemukan keberadaan Han dan Aeri membuat Chang Yuan tidak sempat makan sejak kemarin.     

"Tentu saja, kita bisa makan berdua setelah ini. Sekarang bersihkan tubuhmu terlebih dahulu," ujar Jean.     

"Hmmm," sahut Chang Yuan. Pria itu lantas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.     

Chang Yuan mengamati ranjang yang masih seperti kemarin pagi saat meninggalkan apartemen. Tidak ada yang bergeser sedikitpun, mulai dari bantal sampai selimut. Pria itu benar-benar lupa semalam tidak menyuruh Jean tidur di kamarnya.     

Tubuhnya pasti kesakitan karena tidur di sofa. Chang Yuan bahkan baru mengingat kalau Jean masih memakai pakaian yang sama seperti kemarin.     

Setelah selesai membersihkan diri, Chang Yuan lantas mengambil pakaian yang ada di dalam lemari. Adik perempuannya pernah beberapa hari menginap di apartemennya dan sengaja meninggalkan beberapa potong pakaian.     

Jika melihat tubuh mereka, perbedaannya tidak terlalu jauh sehingga pasti muat di tubuh Jean.     

Jean sudah menyiapkan nasi goreng kimchi yang dibuatnya di atas meja makan. Ia duduk sambil menunggu Chang Yuan keluar. Meski perutnya sudah memberontak ingin makan tapi tidak sopan makan terlebih dahulu di rumah orang lain.     

"Maaf, aku agak lama," ujar Chang Yuan.     

"Tidak masalah," sahut Jean tersipu karena Chang Yuan menatapnya begitu intens.     

Mereka makan dalam keadaan hening. Berkelana pada pikiran mereka sendiri-sendiri. Hanya suara peralatan makan yang berdenting membentuk sebuah alunan musik yang tidak beraturan.     

Sesekali Chang Yuan mengamati Jean yang sedang menikmati makanannya. Namun segera mengalihkan pandangannya saat Jean mendongakkan kepalanya. Begitu pula dengan Jean yang melakukan hal sama seperti Chang Yuan.     

"Jean, apakah kau semalaman tidur di sofa?" tanya Chang Yuan setelah meletakkan sendok di piring.     

Jean tersenyum tipis sambil mengangguk pelan.     

"Kenapa kau tidsk tidur di kamarku? Badanmu pasti sakit semua sekarang," tukas Chang Yuan cemas.     

"Tidak, aku baik-baik saja. Aku semalam ketiduran di sofa saat menonton televisi. Aku terbangun ketika sudah pagi," sanggah Jean berbohong. Ia hanya berusaha untuk membuat Chang Yuan tidak merasa bersalah. Karena faktanya Jean memang tidak berani memasuki kamar pria yang pernah mengatakan ingin menikahinya.     

"Benarkah?" Chang Yuan menautkan kedua alisnya.     

"Lain kali jika aku tidak ada, kau bisa masuk dan tidur di sana," ujar Chang Yuan.     

"Baiklah," sahut Jean.     

"Jika sudah selesai pergilah mandi kebetulan di rumah ini ada pakaian wanita. Kau bisa memakainya sementara jika berkenan," tukas Chang Yuan.     

"Pakaian wanita?" Jean cukup terkejut mendengarnya.     

"Maksudku adik perempuanku meninggalkan beberapa potong pakaian di apartemen ini," terang Chang Yuan sebelum Jean salah mengira kalau dirinya membawa seorang wanita ke sana.     

Memang pernah ada wanita lain yang menginap. Tapi itu hanyalah Soo Yin bersama Dae Hyun beberapa bulan yang lalu ketika Soo Yin menginginkan masakannya.     

"Kau memiliki seorang adik perempuan?" tanya Jean.     

"Hmmm, tapi dia sekarang tinggal bersama ibuku. Tadinya dia ingin bekerja tapi aku tidak mengizinkan karena belum memiliki pengalaman sama sekali. Lagi pula kasihan ibuku jika tinggal seorang diri," terang Chang Yuan sedikit tentang keluarganya.     

Jean tidak menyangka Chang Yuan sangat menyayangi keluarganya.     

"Apakah kau jadi untuk tinggal bersama ibuku?" tanya Chang Yuan untuk memastikan perkataan Jean semalam.     

"Hmmm, tentu saja." Meski ada keraguan di hati Jean keluarga Chang Yuan tidak mau menerima tapi tidak ada salahnya untuk mencoba.     

"Kalau begitu aku akan mengantarmu sebentar lagi," ujar Chang Yuan. Meski tubuhnya sangat lelah tapi ia bisa bertemu keluarganya lagi setelah beberapa bulan tidak berkunjung. Ia terlalu sibuk dan banyak pekerjaan.     

"Nanti saja setelah kau istirahat. Lihatlah matamu terlihat sangat lelah dan memerah. Kau pasti tidak tidur sejak kemarin?" ujar Jean. Ia tidak tega melihat kantung mata yang begitu jelas terlihat di kedua kelopak mata Chang Yuan. Bahkan matanya terlihat sayu dan dikelilingi lingkaran hitam.     

"Aku hanya tidak ingin kau menunggu." Chang Yuan akhirnya memberanikan diri menggenggam jemari Jean.     

"Kau tidak perlu cemas. Masih ada waktu untuk kita berkunjung," terang Jean sembari menyunggingkan senyum.     

"Hmmm, baiklah. Sebaiknya sebelum kita berangkat kau harus pergi ke dokter untuk memastikan janin yang ada di rahimmu baik-baik saja." Di tempat ibunya tinggal tidak ada rumah sakit besar yang jaraknya dekat sehingga Chang Yuan khawatir akan hal itu.     

"Dia baik-baik saja. Dia bukanlah anak yang lemah," ujar Jean sembari terkekeh. Ia merasa perhatian Chang Yuan lebih tulus dari pada perhatian Kim Soo Hyun.     

"Sebaiknya aku mandi terlebih dahulu. Kau istirahatlah, aku janji tidak akan mengganggumu," ujar Jean sembari menarik tangannya.     

"Baiklah."     

Chang Yuan memilih berbaring di sofa. Sudah hampir setengah jam memejamkan mata tapi rasa kantuk terasa sulit hadir. Seperti ada yang mengganjal di matanya.     

Jean baru saja keluar dari kamar. Dahinya berkerut saat melihat tubuh Chang Yuan yang masih bergerak di sofa.     

"Asisten Chang, kenapa kau tidak tertidur?" tanya Jean sembari mendudukkan tubuhnya di sofa yang kosong.     

"Aku tidak bisa tidur," sahut Chang Yuan sembari menghela nafas panjang. Kini ia justru terduduk karena lelah berbaring.     

"Bolehkah aku tidur di pangkuanmu?" tanpa persetujuan Jean bersedia atau tidak, Chang Yuan membaringkan tubuhnya kembali. Menggunakan pangkuan Jean sebagai bantalan.     

"Hmmm, tentu saja." Jean tadinya hendak menolak tapi merasa tidak enak.     

"Terima kasih, biarkan aku seperti ini sebentar saja." Chang Yuan lantas memejamkan matanya. Belum sampai lima menit, kini sudah terdengar suara dengkuran halus dari bibirnya.     

Chang Yuan merasa sangat nyaman tidur di pangkuan Jean. Ini mengingatkan saat kecil jika tidak bisa tidur maka dirinya akan berbaring di pangkuan ibunya.     

Jean mengusap pelan rambut Chang Yuan. Ia tersenyum senang karena pria itu sudah tertidur.     

"Tidurlah dengan nyenyak," ujar Jean.     

Perasaannya Jean kini semakin campur aduk tidak menentu. Berada di dekat Chang Yuan sungguh membuatnya merasa aman. Pria itu mampu menenangkan hatinya dan menghiburnya di saat gundah gulana.     

"Asisten Chang, pantaskah aku bila di dekatmu? Kau terlalu baik dan sempurna untukku," gumam Jean. Butiran kristal mulai terjatuh dari sudut matanya.     

Bagi Jean pria yang berada di pangkuannya seperti sosok dewa penolong untuknya. Chang Yuan terlalu sempurna untuk orang seperti dirinya.     

Terlebih lagi jika sampai ibunya tahu bagaimana keadaannya. Apakah ibunya menerima wanita hina seperti dirinya? Orang tua mana yang rela putranya menikahi seorang gadis yang tidak suci lagi? Itulah yang Jean takutkan.     

Jean mengembuskan nafasnya pelan. Lalu mengusap butiran kristal di pipinya. Jika memang ibunya tidak menerimaku adalah haknya sebagai seorang ibu. Jean tidak bisa memaksakan kehendaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.