Istri Simpanan

Bab 545 - Terungkap fakta yang sesungguhnya



Bab 545 - Terungkap fakta yang sesungguhnya

0Kini mobil yang dikemudikan oleh Chang Yuan sudah mulai memasuki jalanan kota Seoul di pagi hari. Masih lengang karena belum waktunya berangkat ke kantor atau sekolah. Cahaya matahi juga masih bersembunyi di balik pegunungan.     

Di kursi penumpang belakang, Soo Yin dan Dae Hyun sama-sama diam. Mereka masih fokus dengan pikirannya sendiri. Lengan Dae Hyun mendekap tubuh Soo Yin dengan erat.      

Pikiran mereka masih berkelana dengan apa yang baru saja terjadi. Kejadian itu terlalu singkat untuk dimengerti. Dae Hyun memikirkan keadaan Aeri saat ini. Seburuk dan sejahat apapun, Aeri menjadi istrinya cukup lama. Ada rasa tidak tega melihatnya yang terluka.     

"Tuan, kemana aku mengantarkan kalian? Apakah kita kembali ke rumah sakit? Sepertinya Nona belum sembuh." Chang Yuan memecah keheningan yang terjadi cukup lama.     

"Tidak, aku ingin pulang ke rumah." Sebelum Dae Hyun menyahut Soo Yin sudah menjawab terlebih dahulu.     

"Sayang, lukamu belum sembuh. Kita pergi ke rumah sakit lagi ya?" bujuk Dae Hyun.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya kuat-kuat.     

"Aku ingin memastikan bibi baik-baik saja," tukas Soo Yin. Hatinya belum tenang meski Chung Ho mengatakan bibi Xia baik-baik saja.     

"Baiklah, kalau begitu kita ke villa," ujar Dae Hyun pada Chang Yuan.     

Chang Yuan segera membelokkan mobilnya ke arah villa. Pagi ini tubuhnya terasa cukup pegal setelah semalaman tidak tidur. Mata juga menjadi sangat berat.     

"Chang Yuan, sebaiknya hari ini kau libur. Kau pasti sangat lelah," ujar Dae Hyun. Sebagai seorang bos Dae Hyun harus mengerti keadaan anak buahnya.     

"Jika anda membutuhkanku tidak masalah sama sekali. Aku akan berangkat bekerja," ujar Chang Yuan. Sudah terlalu banyak kebaikan yang diterima oleh Chang Yuan. Sehingga dirinya akan terus mengabdi pada Dae Hyun selama tubuhnya masih sanggup.     

"Tidak perlu, biarkan yang lain mengurusnya," tukas Dae Hyun.     

"Baiklah, Tuan."     

Dae Hyun mengeratkan pelukannya pada tubuh kecil Soo Yin. Perlahan udara di pagi hari semakin dingin.     

"Kenapa diam saja? Apa yang kau pikirkan?" tanya Dae Hyun pada istri kecilnya.     

Mereka berdekatan tapi hanya diam saja membuat Dae Hyun tidak nyaman. Dae Hyun tahu apa yang dirasakan Soo Yin saat ini.     

"Aku hanya mencemaskan Aeri. Kenapa mereka harus mengalami kecelakaan?" Meski Aeri jahat tapi Soo Yin tetap merasa kasihan.     

"Mungkin itu memang balasan atas apa yang mereka lakukan. Apakah kau ingin tahu siapa dalang dibalik Han saat kita kehilangan anak kita?" ujar Dae Hyun.     

"Siapa?" Soo Yin mendongakkan kepalanya.     

"Aeri lah yang meminta Han untuk mencelakaimu. Apa yang terjadi kemarin juga karena Han dan Aeri yang sebenarnya ingin membunuhmu," ucap Dae Hyun sembari mengecup puncak kepala Soo Yin.     

"Dari mana kau mengetahuinya?" Dahi Soo Yin berkerut.     

"Chang Yuan bersama yang lain berhasil mengejar mobil itu. Meski bukan Han yang mengendarainya tapi dialah yang meminta untuk menabrakmu. Namun ternyata salah sasaran karena justru Yeon Ho yang tertabrak," terang Dae Hyun.     

"Jadi mereka memang sudah merencanakan semua itu?" Soo Yin tidak habis pikir jika Aeri memang sangat ingin menyingkirkannya.     

"Hmmm, tapi aku bersyukur karena kejadian itu membuatku mengetahui fakta Yeon Ho bukanlah putraku," ucap Dae Hyun dengan getir. Kenyataan pahit itu mau tidak mau harus diterima olehnya.     

"Lalu, apakah kau tidak akan menyayanginya lagi?"     

"Tentu saja aku masih menyayanginya. Aku sudah sejak bayi merawatnya sehingga ikatan kami masih kuat." Dae Hyun tersenyum. Memangnya kenapa jika Yeon Hi bukanlah anak kandungnya? Di luar sana juga banyak yang merawat tanpa peduli hubungan darah.     

Cup …     

Soo Yin mendaratkan bibirnya di pipi Dae Hyun karena terlalu senang mendengarnya. Ia merasa bahagia karena Dae Hyun akhirnya menerima Yeon Ho.     

"Dalam rangka apa kau mencium pipiku?" goda Dae Hyun sembari terkekeh.     

"Tidak usah dibahas." Soo Yin langsung membuang muka. Malu karena ada Chang Yuan bersama mereka.     

"Kapan kita akan mendapatkan adik untuk Yeon Ho lagi?" bisik Dae Hyun. Kebahagiaan mereka akan lengkap jika memiliki seorang putra.     

"Diamlah, apakah kau tidak malu ada Chang Yuan di sini?" Soo Yin mencubit pinggang Dae Hyun sembari mengulum senyum. Kini perasaannya sudah mulai mencair dan tidak cemas lagi.     

"Kenapa harus malu? Dia sudah memiliki mental yang cukup kuat sebelum bekerja denganku," ujar Dae Hyun sembari terkekeh. Ia hanya berusaha agar Soo Yin bisa terhibur dan tidak memikirkan semua yang terjadi terlalu berlebihan.     

Chang Yuan tetap fokus ke jalanan, pura-pura tidak mengetahui kemesraan bosnya saat ini.     

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di halaman Villa Pyeongchang-dong.     

"Chang Yuan, pulang dan istirahatlah," ujar Dae Hyun sebelum keluar dari mobil.     

Chang Yuan menganggukan kepalanya. Kemudian turun untuk membukakan pintu bosnya.     

Dae Hyun terlebih dahulu keluar tapi ia tetap di depan pintu untuk menunggu Soo Yin.     

"Awas, aku mau lewat," ujar Soo Yin karena keberadaan Dae Hyun di pintu cukup mengganggunya.     

"Kemarilah, kau sedang tidak sehat."     

Begitu Soo Yin sudah di pinggir hendak menurunkan kakinya, Dae Hyun lantas membopong tubuh kecil itu.     

"Aku bisa jalan sendiri. Kau juga pasti lelah karena semalaman tidak tertidur," tukas Soo Yin.     

"Aku akan selalu bersemangat selama kau berada di sampingku," tukas Dae Hyun sembari tersenyum hangat.     

Soo Yin memilih menurut untuk tetap berada di dalam gendongan Dae Hyun. Percuma saja memberontak karena Dae Hyun tidak akan mendengarnya.     

Dae Hyun segera membawa Soo Yin masuk ke dalam villa.     

"Sayang, turunkan aku. Aku harus memastikan bibi baik-baik saja," tukas Soo Yin.     

Dae Hyun membawa Soo Yin ke arah kamar yang ditempati oleh bibi Xia. Di saat yang bersamaan wanita paruh baya itu baru saja keluar.     

"Nona, Tuan, maaf aku kesiangan," ujar Bibi Xia sembari menundukkan kepalanya.     

Soo Yin memberontak meminta diturunkan oleh Dae Hyun. Lalu berlari memeluk wanita paruh baya itu.     

"Bibi, apakah aku baik-baik saja? Jika ada yang terluka sebaiknya sekarang kita pergi ke rumah sakit." Semalam Soo Yin benar-benar cemas. Takut anak buah Han menyakitinya.     

"Nona, terima kasih sudah mencemaskanku. Tapi aku baik-baik saja. Mereka sama sekali tidak menyakitiku karena mereka hanya ingin menggunakan bibi untuk menculik Nona," terang Bibi Xia.     

Semalam ada yang membunyikan klakson di depan gerbang. Bibi Xia pikir itu adalah Chung Ho yang pulang setelah seharian tidak pulang. Ia sama sekali tidak mengetahui kecelakaan yang menimpa Yeon Ho dan Soo Yin.     

Saat Bibi Xia membuka pintu datanglah beberapa orang pria yang langsung membekap mulutnya hingga tidak sadarkan diri. Setelah itu dibawa ke suatu tempat yang tidak diketahuinya. Setelah itu datang rombongan Chung Ho yang menolongnya.     

"Syukurlah Bibi tidak kenapa-kenapa. Hari ini Bibi istirahat saja, tidak usah melakukan pekerjaan apapun," ujar Soo Yin.     

"Tidak masalah, hari ini aku mengajak putriku datang kesini untuk membantu sehingga Nona tidak perlu khawatir."     

"Kalau begitu kami istirahat dulu," ujar Soo sembari menguap. Matanya kini sudah mulai mengantuk.     

"Istirahatlah kembali, Bibi," tukas Dae Hyun. Kemudian membopong tubuh Soo Yin kembali menuju kamar mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.