Istri Simpanan

Bab 543 - Jebakan



Bab 543 - Jebakan

0Dae Hyun mulai melangkahkan kaki hendak menaiki tangga tapi tiba-tiba saja ada beberapa orang keluar sambil menodongkan senjata ke arahnya.     

"Berhenti jika kau tidak ingin mati!" ancam salah seorang di antara mereka.     

"Sial, ternyata di sini banyak jebakan," gumam Dae Hyun dengan pandangan awas ke arah beberapa orang yang sudah mengelilinginya.     

Ternyata ia salah menduga, pasti Han yang ada di belakang Aeri.     

"Suruh bos kalian keluar jika mereka bukan seorang pengecut," perintah Dae Hyun dengan sarkas ke arah pria yang sudah mengelilinginya.     

"Bos kami tidak ada waktu untuk menghadapi orang sepertimu," balasnya dengan bibir terangkat sebelah.     

Tidak lama kemudian terdengar suara tepuk tangan dari lantai dua. Perlahan Han kini menampakan diri. Sorot matanya tajam karena haus akan balas dendam.     

Ingatan bagaimana ia disiksa saat masih menjadi tawanan membuatnya semakin marah dan ingin membunuh Dae Hyun sekarang juga.     

"Akhirnya aku memiliki kesempatan untuk bertemu dengan mantan bosku," ujar Han dengan santai menuruni anak tangga.     

"Ternyata kau masih hidup? Kupikir sudah mati setelah kabur," sindir Dae Hyun tanpa peduli nyawanya terancam.     

"Aku tidak akan mati semudah itu sebelum berhasil balas dendam atas apa yang kau lakukan padaku," ucap Han sembari menggertakan giginya kuat-kuat.      

"Benarkah? Jadi Aeri yang menyuruhmu melakukan hal itu kepada istriku?" Dae Hyun mengerutkan keningnya. Sebelah tanganya mencengkram kuat pistol yang ada di genggamannya.     

"Apakah kau baru menyadarinya?" Han mengangkat sebelah atas bibirnya membentuk senyuman miring mengerikan.     

"Sebenarnya bukan kesalahan Aeri. Aku memang yang melakukannya sendiri karena istrimu itu sangat menyebalkan. Dia berani menamparku saat itu," ungkap Han sembari memicingkan matanya.     

"Kalau begitu bersiaplah kau akan mati saat ini!" Dae Hyun mengangkat kembali pistolnya. Menodongkan ke arah kepala Han. Menyesal karena tidak menghabisi nyawa Han saat itu.     

Semua anak buah Han secara serempak mengangkat senjata mereka. Menodongkannya ke arah Dae Hyun.     

Chang Yuan baru saja selesai menghabisi anak buah Han yang berjaga di luar. Mereka sedikit kewalahan karena tadi datang lagi beberapa kelompok yang mengacaukan semuanya.     

Begitu hendak masuk ke dalam villa, Chang Yuan sangat terkejut melihat bosnya yang sedang terkepung. Ia lantas menghubungi anak buahnya untuk membawa lebih banyak lagi orang.     

Chang Yuan tidak hanya seorang asisten yang sangat setia. Namun ia juga memiliki banyaj ketrampilan bela diri dan menembak. Dulu ia bercita-cita masuk tentara tapi ibunya tidak mengizinkan karena takut kehilangan Chang Yuan saat berperang. Sebagai seorang anak yang sangat berbakti, akhirnya Chang Yuan mengurungkan niatnya.     

"Silahkan kau tembak aku sekarang juga. Maka aku akan memastikan kita mari bersama," tukas Han diikuti tawa renyah . Merasa senang karena bisa bermain-main kali ini tanpa takut.     

Aeri masih berada di kamar yang berada di lantai dua. Ia sangat penasaran ingin mengetahui apa yang terjadi setelah mengintip kini tinggal Dae Hyun seorang diri di sana. Rasanya sudah cukup aman untuk keluar dari tempat persembunyiannya.     

Aeri melangkah mengikuti Han. Berusaha menghilangkan rasa takutnya. Percuma juga bersembunyi karena Dae Hyun sudah mengetahui semuanya.     

"Wah, ternyata ada tamu," ucap Aeri pura-pura bersikap ramah seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi pada mereka.     

"Han, seharusnya kau menjamunya dengan makanan bukan malah seperti ini," ujar Aeri sembari tersenyum miring.     

"Dasar wanita licik! Ternyata kau memang tidak pernah berubah sejak dulu." Darel menatap tajam ke arah Aeri tanpa menurunkan senjatanya. Jika tidak ingat ia seorang wanita, ingin sekali Dae Hyun melepaskan timah panas di kepalanya.     

"Sayang sekali kau bahkan terlambat menyadarinya. Sekarang memangnya apa yang akan kau lakukan? Kau ingin membunuhku?" Aeri tersenyum mengejek. Kedua tanganya yang terlipat di dada.     

"Aeri, menyerahlah. Kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan. Jika Yeon Ho bukan anak kita lalu anak siapa dia?" teriak Dae Hyun masih berusaha menahan kesabarannya.     

"Dia hanyalah anak yang dipungut oleh ibuku saat di rumah sakit," sahut Aeri dengan santai.     

Dae Hyun semakin emosi saat ini.  Menurutnya Aeri benar-benar keterlaluan.     

Dor ….     

Timah panas itu keluar begitu saja karena Dae Hyun tanpa sengaja menekan pelatuknya. Mengenai dinding yang berada tepat di belakang Aeri.     

Tubuh Aeri langsung lemas. Keringat dingin mulai membasahi dahinya. Sedikit lagi peluru itu mengenai kepalanya.     

"Aeri, kau tidak apa-apa?" Han langsung menghampiri Aeri yang terlihat sangat syok. Kemudian menopang tubuhnya saat hendak ambruk.     

"Tembak dia!" perintah Han pada anak buahnya.     

Dor … dor ….     

Bunyi tembakan langsung mengudara. Begitu ramai dan memekakkan telinga.     

Han terbelalak lebar. Bukan Dae Hyun yang tumbang melainkan semua anak buahnya kini sudah tergeletak di lantai.     

Chang Yuan bersama yang lainnya berada di saat yang tepat. Sebelum anak buah Han sempat menarik pelatuk, mereka sudah terlebih dahulu menembak mereka satu per satu. Ada beberapa yang terluka di tangan dan kaki. Bahkan ada juga yang terluka di perut mereka.     

"Menyerahlah jika kalian tidak ingin mati sia-sia." Dae Hyun menurunkan senjatanya. Masih memberi sedikit kelonggaran untuk tidak mengeksekusi mereka.     

"Kurang ajar!" umpat Han sembari mengeluarkan senjata yang ada di belakang punggungnya. Lalu mengarahkan di kepala Dae Hyun.     

"Jangan harap kami akan menyerah begitu saja," ujar Han sembari tersenyum licik.     

"Tangkap mereka! Jika tidak ingin menyerah maka bunuh saja," perintah Dae Hyun dengan tegas.     

"Jangan mendekat bos kami jika kau tidak ingin melihat dia mati," sergah sebuah suara yang baru saja masuk.     

Dae lantas menolehkan wajahnya. Matanya terbelalak lebar melihat Soo Yin Ada bersama mereka. Terlalu berambisi mencari Aeri membuat Dae Hyun melupakan keselamatan Soo Yin.     

"Soo Yin?"     

Mereka membekap mulut Soo Yin sehingga ia tidak bisa mengeluarkan suaranya. Kedua tangannya terikat di belakang punggung.      

"Beraninya kalian?" teriak Dae Hyun dengan sangat marah.     

"Lepaskan bos kami maka kami akan melepaskannya."     

"Turunkan senjata kalian," seru Dae Hyun pada semua anak buahnya. Ia tidak ingin mengambil resiko yang besar. Nyawa Soo Yin saat ini jauh lebih penting.     

Chang Yuan segera menyuruh anak buahnya menurunkan senjata tapi tetap bersiaga. Berjaga-jaga ketika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.     

"Hmmmphh," ujar Soo Yin. Berusaha untuk berbicara pada Dae Hyun.     

"Sayang, aku pasti akan menyelamatkanmu," ucap Dae Hyun dengan perasaan sangat cemas.     

"Aeri, ayo kita pergi dari sini," ajak Han sambil menuntun Arti untuk menuruni anak tangga.     

Aeri sudah memenangkan diri dari rasa syok yang melanda dirinya. Kini ia tersenyum senang karena Han memang sangat bisa diandalkan.     

"Dae Hyun, tangkaplah kami jika kau ingin Soo Yin mati sekarang juga," olok Aeri untuk memanas-manasi perasaan Dae Hyun dengan begitu bisa membunuh Soo Yin sekarang juga.     

Dae Hyun mengeratkan tinjunya. Berusaha untuk mencari cara agar Soo Yin bisa selamat tanpa melepaskan mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.