Istri Simpanan

Bab 542 - Menemukan Aeri



Bab 542 - Menemukan Aeri

0Soo Yin tidak bisa tertidur malam ini meski sudah berusaha memejamkan mata. Ia memikirkan Dae Hyun yang tak juga kembali sejak sore tadi. Entah dimana saat ini keberadaannya.     

Ceklek …     

Terdengar suara pintu yang terbuka.     

Tiba-tiba saja ada beberapa orang datang dengan memakai topeng dan pakaian serba hitam.     

"Siapa kalian?" seru Soo Yin sembari beringsut menegakkan tubuhnya. Tangannya mencengkram bantal untuk berjaga-jaga.     

Salah seorang di antara mereka hanya menggunakan kode untuk berbicara tanpa bersuara. Hingga ada seorang pria yang berjalan mendekati Soo Yin.     

"Jangan mendekat atau aku akan berteriak," ancam Soo Yin. Kini sudah berjongkok di atas ranjang.     

"Berteriaklah jika kau ingin mati." Salah seorang dari mereka menodongkan pistol ke arah kepala Soo Yin.     

Tubuh Soo Yin langsung gemetar. Ada rasa trauma jika melihat pistol karena ia pernah mengalami situasi seperti itu. Situasi saat menyelamatkan Yeon Ho di gunung Nam.     

"Siapa sebenarnya kalian? Kenapa kalian datang kemari ingin mencelakaiku?" tanya Soo Yin dengan sarkas.     

"Kau tidak perlu tahu. Namun jika kau masih ingin hidup sebaiknya ikut kami atau kau ingin wanita ini mati?" Pria bertopeng itu menunjukkan foto Bibi Xia yang tengah diikat dengan mulut yang dibekap di sebuah tempat yang hanya samar-samar terlihat karena kurangnya pencahayaan.     

"Bibi?" Soo Yin menutup mulutnya dengan tangan melihat keadaan bibi Xia saat ini.     

"Lepaskan dia!" ujar Soo Yin.     

"Kami akan melepaskannya dengan satu syarat kau harus ikut bersama kami," ujar pria itu. Semakin berjalan mendekati ranjang, tangannya terus menodongkan pistol ke kepalanya.     

Soo Yin sejenak berpikir, bisa saja ia melawan tapi cemas jika sampai sesuatu yang buruk terjadi pada bibi Xia.     

Soo Yin semakin menatap awas saat ada seorang pria lagi yang mendekat ke arahnya. Belum sempat Soo Yin bergerak pria itu membekap mulut Soo Yin dengan sesuatu.     

Dalam hitungan detik Soo Yin sudah tidak sadarkan diri. Tubuhnya langsung terkulai di ranjang.     

"Ayo bawa dia sekarang juga," perintah pria bertopeng kepada anak buahnya.     

Mereka segera membawa Soo Yin keluar dari rumah sakit dengan mengendap-endap karena takut ketahuan. Namun tidak terlalu sulit karena malam semakin larut sehingga jarang ada orang yang lalu lalang.     

==============================     

Di sebuah Villa yang ada di pinggiran kota Seoul.      

Sore tadi Dae Hyun mendapatkan kabar dimana keberadaan Aeri dari Chang Yuan. Tanpa pikir panjang ia langsung pergi ke sana untuk memastikan pada malam hari.      

Dae Hyun ingin turun tangan sendiri untuk membuat perhitungan pada Aeri. Namun tidak disangka banyak anak buah yang berjaga di pintu gerbang. Mereka bahkan membawa beberapa senjata api.     

Bisa saja Dae Hyun langsung melakukan penyerangan tapi dia tidak ingin mati konyol. Mereka butuh strategi agar bisa menangkap Aeri.     

Di dalam villa, sejak tadi Aeri berjalan mondar mandir tidak menentu cemas.     

"Aeri, apakah aku tidak bisa duduk? Sejak tadi kau hanya berjalan mondar-mandir tak tentu arah," gerutu Han yang sedang duduk sambil memeriksa layar monitor di ruang cctv.     

"Bagaimana mungkin aku bisa tenang. Aku sudah ketahuan jika Yeon Ho bukanlah anak kami," tukas Aeri.     

"Lagi pula kenapa anak buahmu sampai salah menabrak? Semua rencananya jadi gagal," gerutu Aeri. Kesempatan untuknya tetap bertahan di dalam rumah itu kini percuma dan sia-sia saja.     

"Anak itu saja yang salah. Seharusnya dia tidak perlu berlari ke tengah jalan," ujar Han.     

"Sekarang pasti Dae Hyun sedang mencariku. Dia pasti tidak akan melepaskanku." Aeri duduk kembali dengan perasaan frustasi.     

"Lagi pula sebenarnya dia anak siapa?" tanya Han.     

"Aku juga tidak tahu karena ibuku mengambilnya saat berada di rumah sakit," sahut Aeri.     

"Lalu, dimana anak kita?" Han menautkan kedua alisnya. Pasalnya ia tahu jika Aeri sedang mengandung anaknya saat itu.     

"Anak itu sudah mati, dia tidak bisa diselamatkan karena mengalami keracunan air ketuban," sahut Aeri. Tidak ada rasa penyesalan dan kesedihan di raut wajahnya.     

"Pantas saja kau sangat membencinya," tukas Han. Pria itu pernah berpikir Aeri terlalu jahat pada putra mereka. Namun tak disangka ternyata ia bukan anaknya.     

"Lagi pula meskipun Yeon Ho anak kandung kita, kau juga pasti tidak akan mengakuinya." Aeri mendengus karena Han tidak pernah terlalu suka anak-anak.     

"Sudahlah, tidak usah membicarakannya."     

Dertttt … derttt ….     

Ponsel Han bergetar. Ada anak buahnya yang menelepon.     

"Tuan, kami sudah membawanya," ujar suara seorang pria di seberang telepon.     

"Tahan saja, jika kami terancam itu akan sangat berguna," ujar Han.     

"Baik, Tuan."     

Han tersenyum miring sambil mematikan sambungan telepon. Ini akan sangat menyenangkan karena jika Dae Hyun macam-macam mereka sudah memiliki tawanan.     

"Siapa yang menghubungimu?" tanya Aeri dengan tatapan menelisik.     

"Tidak usah cemas. Ini akan sangat membantu kita jika dalam kesulitan, ucap Han.     

Dorr … dorr ….     

Terdengar suara pistol yang dilesakkan di udara di halaman villa. Suaranya cukup menggema hingga Aeri dapat mendengarnya.     

"Han, apa yang terjadi?" tanya Aeri dengan sangat cemas.     

"Sepertinya ada yang menyerang kita." Han lantas berdiri sambil memeriksa cctv di beberapa titik di villa itu. Sebelumnya tidak ada sesuatu apapun yang mencurigakan.     

"Bagaimana ini? Itu pasti anak buah yang dikerahkan Dae Hyun. Bagaimana mungkin secepat itu menemukan tempat ini?" Aeri merasa frustasi karena satu-satunya tempat persembunyian yang dimiliki olehnya hanyalah villa itu.     

"Tenanglah, aku masih memiliki banyak anak buah. Ini yang kumaksud agar kau bisa lebih bersabar lagi. Jika ada kemungkinan yang terburuk kita sudah bersiaga."     

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°     

Di luar gerbang Dae Hyun mulai nekad masuk dengan melesakkan timah panas dari pistolnya bersama anak buahnya ke para beberapa penjaga. Ia tidak ingin menunggu terlalu lama untuk menemukan keberadaan Aeri.     

Wanita itu harus bertanggung jawab karena sudah menipu keluarganya dengan mentah-mentah. Ia terlambat menyadari karena saat itu terlalu pasrah menjalani hidupnya.     

Ditinggalkan Mi Young saat sangat menyakitkan untuknya. Darel tidak ingin berpikir jauh saat Aeri dinyatakan positif hamil. Meski sudah bisa menduganya tapi tidak disangka kenyataan pahit itu benar terjadi.     

Dor … dor ….     

Suara ledakan peluru terus terdengar mengudara. Saling bersahutan di antara kedua kubu yang berbeda. Anak buah Han Dae Hyun mulai beradu dan menembakkan peluru mereka. Bahkan dari mereka ada yang saling beradu.     

Dae Hyun mengedarkan pandangannya. Mengamati lebah lekat lagi, tidak ada penjaga di pintu masuk.     

Dengan langkah lebar dan menodongkan senjata, Dae Hyun masuk ke dalam villa itu. Emosinya saat benar-benar sudah ada di ubun-ubun.     

"Aeri, keluarlah. Aku tahu kau berada di rumah ini!" teriak Dae Hyun dengan suara keras dan terdengar berapi-api. Kesabarannya kini sudah benar-benar habis.     

Han dan Aeri masih berada di lantai dua. Mengamati Dae Hyun dari cctv.     

"Han, lihatlah. Dia sudah masuk ke dalam villa ini." Aeri menggoyangkan lengan Han yang sedang fokus.     

"Bersantailah sedikit, dia tidak akan membunuh kita dengan anak buahnya yang hanya beberapa," ujar Han tampak santai.     

Berulang Kali Aeri menghirup udara dalam-dalam dari hidungnya kemudian menghembuskannya dari mulut. Hal itu dilakukan untuk mengurangi rasa takutnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.