Istri Simpanan

Bab 539 - Menenangkan diri



Bab 539 - Menenangkan diri

0Soo Yin cemas karena sejak tadi Dae Hyun tidak menjawab teleponnya. Padahal sudah sampai beberapa kali menghubunginya.     

"Jean, kenapa dia tidak menjawab panggilanku?" ujar Soo Yin.     

"Tenanglah, mungkin dia sedang rapat di hotel." Jean mencoba menenangkan Soo Yin agar tidak memikirkan suaminya.     

"Memangnya ada apa?"     

"Dia baru saja mengetahui jika Yeon Ho bukanlah putra kandungnya. Aku khawatir saat ini dia sedang marah dan berbuat sesuatu yang tidak baik," ujar Soo Yin.     

"Benarkah? Bagaimana bisa begitu?" Jean terperangah sampai menutupi mulutnya dengan telapak tangan.     

"Aku tidak tahu. Namun sepertinya Yeon Ho tafi membutuhkan donor darah dan golongan darah mereka tidak sama. Ia pasti sangat terpukul dengan fakta itu," terang Soo Yin sedikit. Ia sendiri bahkan rasanya belum percaya.     

"Jadi selama ini Aeri sudah membohongi keluarga Dae Hyun?" tanya Jean.     

"Hmmm, Jean tolong hubungi Chang Yuan untuk mencari keberadaan Dae Hyun sekarang juga," ujar Soo Yin.     

"Baiklah." Jean langsung mengambil ponselnya kemudian menghubungi Chang Yuan, barangkali tahu mengenai keberadaan Dae Hyun saat ini dimana.     

Tok … tok … tok ….     

"Masuklah," seru Soo Yin setelah memastikan ada orang yang sedang mengetuk pintu.     

Kim Soo Hyun membuka pintu sembari menghela nafas panjang. Kedatangannya bukan karena ingin menjenguk Soo Yin tapi karena ada sesuatu hal yang lain.     

"Soo Yin, apakah kau tahu dimana keberadaan Dae Hyun saat ini? Yeon Ho terus mencarinya sejak tadi," ujar Kim Soo Hyun sambil melirik Jean yang sedang berbicara di telepon.     

"Apakah Dae Hyun belum menemui Yeon Ho sejak tadi?" tanya Soo Yin.     

"Belum, dia bahkan menanyakan tentang keberadaan Aeri." Kim Soo Hyun memijat pelipisnya karena persoalan rumah tangga saudaranya semakin rumit.     

Soo Yin segera mencabut jarum infus di tangannya karena ia sama sekali sudah tidak butuh. Lalu menurunkan kakinya di lantai.     

"Soo Yin, apa yang kau lakukan? Kau masih sakit tidak seharusnya melepas infus," ujar Kim Soo Hyun sembari menahan pergelangan Soo Yin agar tidak turun dari ranjang.     

"Lepaskan, aku harus mencari Dae Hyun sekarang juga." Soo Yin menepis tangan Kim Soo Hyun.     

"Memangnya mau kemana kau mencarinya?"      

"Kemanapun yang penting aku bisa menemukannya." Soo Yin tetap bersikeras menurunkan kakinya di lantai, ingin keluar dari ruangan itu.     

"Soo Yin, tunggu. Chang Yuan bilang tuan berada tidak jauh dari arae rumah sakit setelah melacak ponselnya," sergah Jean sebelum Soo Yin keluar.     

"Kalau begitu aku akan mencarinya," ujar Soo Yin.     

"Aku ikut," tukas Jean.     

"Sebaiknya kau tetap di sini. Kau sedang mengandung, aku khawatir kau akan kelelahan. Jadi aku mohon tetaplah di sini," ujar Kim Soo Hyun. Sebenarnya ia ingin berbicara lebih banyak lagi tapi sepertinya saat ini bukanlah waktu yang tepat.     

Jean menghentikan langkahnya mendengar larangan Kim Soo Hyun. Namun mencoba bersikap biasa saja agar tidak terlalu merasa percaya diri. Jean tahu jika Kim Soo Hyun sebenarnya masih mencintai Soo Yin. Caranya memandang Soo Yin masih sama seperti dulu.     

"Baiklah," ujar Jean pada akhirnya memilih untuk tetap tinggal.     

Kini Soo Yin sudah berada di halaman belakang rumah sakit ditemani oleh Kim Soo Hyun. Mereka mencarinya kesana barangkali sekarang Dae Hyun sedang menenangkan diri.     

"Soo Hyun, dimana Dae Hyun? Kenapa dia tidak nampak?" ujar Soo Yin dengan perasaan resah.     

"Dia sudah dewasa. Mungkin Dae Hyun hanya butuh sedikit waktu untuk berpikir." Kim Soo Hyun mengusap punggung Soo Yin untuk menenangkannya.     

Soo Yin terus memandang sekeliling halaman sampai akhirnya menemukan seseorang yang sedang menunduk di sebuah bangku yang terletak di pojok.     

"Soo Hyun, biarkan aku yang menemuinya," ujar Soo Yin.     

Kim Soo Hyun mendesah panjang lalu menganggukan kepalanya melepas Soo Yin perlahan mulai melangkah. Hatinya masih sakit saat melihat kedekatan Soo Yin dengan Dae Hyun.      

Soo Yin melangkah rerumputan dengan suara pelan sehingga Dae Hyun tidak mendengar kedatangannya. Ia tahu suaminya sedang terluka dan sangat kecewa mengetahui fakta yang sebenarnya.     

"Sayang, kau dari mana saja? Sejak tadi padahal aku mencarimu." Soo Yin menempelkan pipinya di punggung Dae Hyun.     

Dae Hyun bisa merasakan sentuhan hangat tubuh Soo Yin yang membuatnya sedikit rileks saat ini. Ia kemudian memiringkan kepalanya sedikit untuk memastikan jika itu adalah Soo Yin.     

"Kenapa kau ada disini? Seharusnya kau istirahat di dalam," ujar Dae Hyun sembari memutar tubuhnya hingga kini menghadap Soo Yin. Pikirannya saat ini sedang kacau sehingga khawatir akan menyakiti perasaan Soo Yin.     

"Tidak, aku tidak bisa tidur jika tidak ada dirimu di dekatku," ujar Soo Yin. Ia harus membuat suasana hati Dae Hyun membaik terlebih dahulu.     

"Kalau begitu duduklah di sini." Dae Hyun menarik tangan Soo Yin pelan, membawanya ke dalam pangkuannya. Ia pikir dengan menyendiri perasaannya akan jauh lebih baik. Namun faktanya hatinya merasa tenang jika di dekat istri kecilnya.     

Soo Yin duduk di pangkuan Dae Hyun kemudian melingkarkan kedua tangan di lehernya.     

"Apakah kau melepasnya secara paksa?" tanya Dae Hyun ketika melihat nada noda darah di punggung tangan Soo Yin.     

"Tidak, ini hanya luka sedikit." Soo Yin hanya meringis.     

"Kenapa kau begitu keras kepala? Seharusnya kau berada di dalam saja, sebentar lagi aku juga akan kembali," tukas Dae Hyun sembari menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah istri kecilnya.     

"Kau tidak menjawab teleponku padahal aku ingin tahu dimana keberadaanmu," ucap Soo Yin dengan bibir cemberut.     

"Benarkah? Ah, aku lupa. Ternyata tadi aku tidak menghidupkan nada deringnya," ujar Dae Hyun berbohong. Padahal memang sengaja melakukannya agar tidak ada yang menghubungi dan mengganggunya.     

"Kau menyebalkan, kau tidak memperdulikan perasaanku yang sejak tadi mencemaskanmu," gerutu Soo Yin.     

"Maaf, lain kali aku tidak akan melakukannya." Dae Hyun mendaratkan ciumannya sekilas di bibir Soo Yin.     

"Kenapa kau nakal? Apakah kau tidak malu jika dilihat orang lain?" Soo Yin menyipitkan matanya karena Dae Hyun berani mencium di sembarang tempat.     

"Tidak ada siapapun di sini. Sudah pasti kita akan aman." Dae Hyun tersenyum sembari mengedipkan sebelah matanya.     

"Sebaiknya kita kembali ke dalam. Sejak tadi Yeon Ho menanyakan keberadaanmu," ajak Soo Yin setelah suasana hati Dae Hyun tampak membaik.     

"Pergilah dulu, aku ingin disini lebih lama." Dae Hyun mendesah panjang belum siap bertemu Yeon Ho dan bersikap seperti sedia kala seperti tidak terjadi sesuatu.     

1

"Kenapa? Apakah kau sudah tidak menginginkannya lagi sebagai putramu? Dia di sini hanyalah korban. Cobalah untuk tidak bersikap egois," ujar Soo Yin.     

"Aku hanya tidak menyangka dengan semua itu," ucap Dae Hyun.     

"Kau juga harus memikirkan perasaannya. Bagaimana perasaannya setelah mengetahui kau bukanlah ayah kandungnya? Aku yakin Yeon Ho juga pasti akan sangat terpukul. Berpura-pura lah tidak terjadi apapun. Aku yakin kau sudah cukup dewasa untuk bertindak dengan benar." Soo Yin turun dari pangkuan Dae Hyun kemudian melangkah pergi. Ia ingin membiarkan Dae Hyun merenung dengan semua yang diucapkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.