Istri Simpanan

Bab 538 - Dua menantu



Bab 538 - Dua menantu

0Setelah beberapa jam tidak sadar, akhirnya Yeon Ho kini sudah mulai membuka matanya. Soo Yin sangat bahagia dan langsung masuk ke dalam kamar dimana Yeon Ho dirawat.     

Air matanya terus menetes deras sampai Soo Yin duduk di samping ranjang Yeon Ho. Ada Jean di sana yang menemaninya.     

"Sayang, akhirnya kau bangun." Soo Yin mengusap pipi Yeon Ho dengan lembut. Padahal tadinya Soo Yin sudah berpikir yang tidak-tidak karena begitu banyak darah yang mengalir setelah ditabrak.      

Terluka sedikit saja di bagian kepala memang akan mengeluarkan banyak darah karena kepala adalah bagian tubuh yang sensitif.     

"Mommy, kenapa menangis?" ucap Yeon Ho. Meski kepalanya di perban tapi ia sudah tidak merasakan sakit seperti tadi.     

"Tidak, mommy hanya sedang bahagia sekarang. Kau tadi sungguh membuatku takut." Soo Yin mengusap air mata menggunakan punggung tangannya.     

"Mommy, aku dimana? Bukankah tadi kita berada di sekolah?" Yeon Ho mengamati sekeliling ruangan yang serba putih.     

"Kita berada di rumah sakit karena kau tadi terjatuh. Lain kali berhati-hatilah, jaga keselamatanmu saat di jalan," ujar Soo Yin berbohong sedikit. Tidak mungkin ia mengatakan yang sesungguhnya.     

Yeon Ho tidak terlalu mengingat apa yang terjadi pada dirinya. Pasalnya kejadian tadi berlalu sangat cepat.     

Yeon Ho hanya menganggukkan kepalanya.     

"Kau harus patuh agar cepat sembuh. Nanti kita bisa bermain lagi," ujar Soo Yin.     

Ceklek ….     

Ny. Park segera masuk setelah mendengar kabar jika cucunya sudah siuman. Ada keraguan untuk melangkah ketika melihat kedua wanita yang ada di samping ranjang. Ia tidak tahu bagaimana bersikap dengan orang yang hadir di dalam hidup kedua putranya.     

Jean segera bergeser sedikit menjauh sambil menundukkan kepalanya untuk memberikan hormat kepada Ny. Park. Jean juga merasa gugup saat ini karena terakhir kali bertemu situasinya tidak mengenakan.     

Soo Yin hendak berdiri tapi Ny. Park menahannya.     

"Duduklah, kau sedang sakit," ucap Ny. Park.     

Soo Yin hanya terdiam karena cukup terkejut dengan sikap Ny. Park saat ini. Berbeda sekali dengan pertama kalinya datang ke rumah sakit. Namun Soo Yin tidak ingin memulai untuk berbicara.     

"Soo Yin, maafkan aku. Aku tadi sudah salah paham padamu. Tidak seharusnya aku bertindak kasar padamu," ucap Ny. Park dengan penuh rasa sesal.     

Soo Yin mendesah panjang, sejujurnya ia begitu kecewa tapi jika permintaan maafnya benar-benar tulus mungkin Soo Yin bisa sedikit membuka hati untuk memaafkan.     

"Aku mengerti, Bu," sahut Soo Yin sembari tersenyum tipis. Ia bukan wanita yang memiliki hati seperti malaikat. Sudah pasti memiliki rasa dendam dan marah jika disakiti terus menerus. Meskipun Soo Yin terkadang memilih diam dan mengutarakan apapun Dae Hyun. Karena ia begitu menghormati suaminya dan tidak menginginkannya membenci keluarganya.     

"Jean, dengan siapa kau datang kemari? Seharusnya kau bilang agar Kim Soo Hyun menjemput," ujar Ny. Park.     

"Aku bisa sendiri, Nyonya," sahut Jean.     

"Yeon Ho, mommy keluar dulu. Sekarang nenek yang akan menemanimu," pamit Soo Yin. Is tidak ingin situasi tidak enak ini berlanjut.     

"Jangan lama-lama," rengek anak itu sembari menahan pergelangan tangan Soo Yin.     

"Aku hanya keluar sebentar saja."     

Soo Yin bangkit berdiri kemudian melangkah pergi bersama Jean. Ia tahu jika Jean merasakan hal yang sama dengannya. Merasa tidak nyaman terhadap seseorang yang sudah meremehkan mereka.     

Tepat di saat keluar mereka berpapasan dengan Kim Soo Hyun. Pandangan pria itu tampak sendu saat melihat Jean yang bersikap dingin padanya.     

"Jean, bisakah kita bicara?" ujar Kim Soo Hyun dengan suara parau.     

Jean berusaha untuk kuat dan bersikap cuek pada Kim Soo Hyun. Namun nyatanya dirinya belum bisa melupakan dari relung hati yang terdalam. Jean sudah bertekad jika seorang lebih baik dicintai daripada mencintai.     

"Maaf, aku harus mengantarkan Soo Yin ke kamarnya," ujar Jean kemudian menuntun sahabatnya untuk menghindar dari Kim Soo Hyun.     

"Jean, aku mohon sebentar saja," pinta Kim Soo Hyun dengan penuh harap.     

"Lain kali saja," ucap Jean dengan perasaan berdebar.     

Soo Yin memilih menurut dan tidak ingin memaksa Jean untuk menemui Kim Soo Hyun. Itu bukanlah haknya mencampuri urusan mereka. Jean sudah dewasa sehingga sudah tahu mana yang terbaik untuknya.     

Jean tampak termenung setelah berada di ruang rawat Soo Yin. Raut wajahnya terlihat sedih setelah bertemu Kim Soo Hyun.     

"Jean, apakah kau sedang memikirkan sesuatu?" Sejak tadi Soo Yin mengamati sahabatnya.     

"Tidak, aku tidak memikirkan apapun," sahut Jean terbata.     

"Ikuti kata hatimu. Jangan sampai kau salah melangkah dan menyesal di kemudian hari," saran Soo Yin.     

Jean menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Jujur saja jika saat ini dirinya sangat bingung dengan perasaannya. Ada perasaan kasihan pada Kim Soo Hyun ketika mereka tadi bertemu. Bagaimanapun Jean pernah memiliki perasaan cinta yang mendalam pada Kim Soo Hyun. Meski pria itu sudah menyakitinya tapi perasaan itu masih tetap ada.      

"Aku bingung saat ini. Chang Yuan sangat baik padaku dan dia selalu mendukung disaat aku terpuruk. Namun di dalam pikiranku, tidak tahu kenapa justru aku memikirkan Kim Soo Hyun," ucap Jean sembari menghela nafas panjang.     

"Jean, kau bisa memilih antara orang yang mencintaimu atau yang kau cintai. Namun berpikirlah terlebih dahulu, cobalah merenung karena semua itu bukanlah sesuatu yang main-main dan tidak bisa disesali," ujar Soo Yin. Ia hanya ingin yang terbaik untuk sahabatnya.     

"Hmmm, aku akan memikirkan semuanya matang-matang."     

"Sebaiknya kau beri waktu Kim Soo Hyun kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Itu juga perlu agar kau bisa mengambil keputusan yang tepat." Soo Yin menepuk tangan Jean.     

"Terima kasih, kau memang sahabatku yang paling baik. Kau bahkan bibi dari calon anakku," ujar Jean sembari terkekeh.     

Soo Yin senang Jean bisa tersenyum dan semoga saja pilihannya benar-benar tepat.     

"Semoga dia sehat terus. Aku sudah tidak sabar menunggu kelahirannya," ujar Soo Yin dengan wajah berbinar.     

"Dia masih lama lahirnya," ujar Jean sembari mengusap perutnya. Ia kembali teringat belakangan ini tidak akan bisa tidur sebelum Chang Yuan mengusap perutnya. Terkadang Jean merasa malu karena harus mengatakannya lagi. Apakah memang ini pertanda jika janinnya lebih memilih Chang Yuan?      

"Oh, ya. Dimana Dae Hyun? Kenapa lama belum kembali?" Soo Yin baru teringat karena tidak mendapati ada suaminya di sana bahkan di ruang kamar Yeon Ho.     

"Dia tadi izin pergi sebentar. Mungkin sedang keluar," ujar Jean.     

Soo Yin baru teringat jika Dae Hyun mengatakan Yeon Ho bukanlah putranya. Pasti sekarang pria itu sedang berada di suatu tempat.     

"Apakah dia mengatakan akan pergi kemana?"     

"Tidak, dia tidak mengatakan apapun lagi." Jean menautkan kedua alisnya karena Soo Yin tampak khawatir.     

Soo Yin segera meraih tasnya yang berada di atas nakas. Ia harus menghubungi Dae Hyun dan mencari tahu dimana keberadaannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.