Istri Simpanan

Bab 534 - Rencana tidak sejalan



Bab 534 - Rencana tidak sejalan

0Panik dan cemas kini melebur menjadi satu. Tubuh Soo Yin merosot di lantai tepat di depan pintu ruang gawat darurat. Kakinya tak mampu lagi menopang beban tubuhnya setelah tak bisa lagi memastikan keadaan Yeon Ho.     

"Nona, sebaiknya anda juga dirawat. Kepala anda juga terluka," bujuk Chung Ho. Ini sudah yang kesekian kalinya Chung Ho membujuk meskipun hasilnya Soo Yin bersikeras tidak mau pergi dari sana.     

"Tolong, hubungi Dae Hyun sekarang," ucap Soo Yin sembari tersedu-sedu.     

"Aku sudah menghubungi tuan berulang kali tapi nomornya sama sekali tidak aktif," sahut Chung Ho. Ini sangat langka karena tidak biasanya Dae Hyun tidak mengaktifkan nomornya.     

Dengan tangan yang gemetar karena darah yang mengering, Soo Yin akhirnya memberanikan diri untuk menghubungi Kim Soo Hyun. Hanya nomor yang ia punya saat ini.     

"Soo Hyun, jawablah," ujar Soo Yin dengan air mata yang tidak berhenti menetes. Justru malah saat ini semakin deras karena khawatir Yeon Ho membutuhkan keluarganya.     

"Hmmm, ada apa kau menghubungiku?" Tidak lama kemudian akhirnya terdengar suara di seberang telepon.     

"Soo Hyun, cepatlah ke rumah sakit," ujar Soo Yin cepat sembari tersedu-sedu.     

"Soo Yin, apa yang terjadi?" Suara Soo Hyun terdengar meninggi dan khawatir.     

"Yeon Ho kecelakaan. Aku sudah menghubungi Dae Hyun tapi nomornya tidak aktif," ucap Soo Yin terbata.     

"Apa?"     

"Cepatlah datang kemari bersama ibu," ujar Soo Yin di sela isak tangisnya.     

"Tunggulah sebentar. Aku pasti akan segera ke sana." Kim Soo Hyun lantas mematikan sambungan telepon.     

Soo Yin menyandarkan kepalanya di tembok. Di tempat sekitarnya duduk bisa darah sudah berceceran. Ia tidak peduli dengan sakit yang dirasakannya. Yang ada di pikirannya saat ini adalah keselamatan Yeon Ho.     

"Nona, sebaiknya kami periksa keadaanmu," ujar salah seorang perawat setelah Chung Ho meminta mereka untuk membujuk Soo Yin.     

"Tidak," tolak Soo Yin sembari menepis tangan sang perawat. Ia tidak akan kemanapun sebelum mengetahui keadaan Yeon Ho baik-baik saja.     

"Jika Nona tidak mau dirawat, sebaiknya duduklah di kursi." Chung Ho ikut bersuara lagi.     

"Lepaskan, tidak usah pedulikan aku," ucap Soo Yin ketus semakin lama membuatnya jengkel saja.     

===============================     

UN Village,     

Ternyata Aeri tak hanya meminta diantarkan ke UN Village tapi justru mereka ke klinik terlebih dahulu. Sudah terlanjur mengantar Dae Hyun mau tidak mau terpaksa mengantarnya.     

Tepat disaat yang hampir bersama mobil Dae Hyun meninggalkan kawasan UN Village, tidak lama kemudian Kim Soo Hyun memberanikan diri untuk datang karena ada hal mendesak.     

Aeri baru saja memasuki rumah sembari tersenyum senang. Karena mungkin sekarang Soo Yin sudah mati. Ia juga sudah mendapatkan ponsel Dae Hyun secara diam-diam dan sudah menonaktifkannya.     

"Selamat tinggal, gadis jalang," ujar Aeri sembari menaiki anak tangga menuju kamarnya. Sebentar lagi Dae Hyun pasti akan kembali ke rumah itu.     

Kim Soo Hyun masuk ke dalam rumah dengan nafas yang terengah-engah. Dirinya juga saat ini sangat mencemaskan Yeon Ho. Bagaimanapun dia adalah keponakannya satu-satunya.     

"Ibu," panggil Kim Soo Hyun dengan suara keras.     

Ny. Park baru saja dari dapur, dahinya langsung berkerut mendapati Kim Soo Hyun sudah berani datang ke rumah itu.     

"Tidak usah teriak-teriak. Kau pikir ibumu ini tuli?" ucap Ny. Park sembari mengedarkan pandangannya ke belakang Kim Soo Hyun tapi tidak menemukan keberadaan Jean bersamanya.     

"Beraninya kau memijakkan kaki di rumah ini tanpa membawa gadis itu," ucap Ny. Park sembari melempar tatapan sinis.     

"Bu, aku datang ke sini karena aku ingin mengabarkan jika Yeon Ho masuk rumah sakit," ucap Kim Soo Hyun. Ingin rasanya berbohong tapi tidak ingin mengambil resiko karena pasti ia akan disalahkan.     

"Apa kau bilang? Dari mana kau mengetahuinya?" Nada suara Ny. Park meninggi sembari menggelengkan kepalanya.     

"Tadi Soo Yin menghubungiku, Bu. Dia ingin menghubungi Dae Hyun tapi nomornya tidak aktif," sahut Kim Soo Hyun.     

Prang ….     

"Apa?" Seketika gelas berada di tangannya langsung lolos dari tangan Ny. Park menyebabkan bunyi yang cukup keras ketika bersentuhan dengan lantai.     

Aeri yang sudah berada di lantai dua bahkan bisa mendengarnya sehingga ia langsung menuruni tangga kembali.     

Kedua kaki Ny. Park terasa lemas hingga tak kuat lagi untuk menahan berat badannya. Kepalanya juga berdenyut karena tensi darahnya naik.     

"Ibu." Kim Soo Hyun lantas menopang tubuh Ny. Park. Kemudian membawanya ke sofa karena tubuhnya hampir ambruk.     

"Soo Hyun, sekarang juga kita pergi ke rumah sakit," ujar Ny. Park. Tubuhnya gemetar mengingat cucu kesayangannya masuk ke dalam rumah sakit.     

"Ada apa ini?" ujar Aeri.     

"Yeon Ho masuk rumah sakit. Cepat hubungi Dae Hyun sekarang juga," ujar Kim Soo Hyun sembari menuntun ibunya yang lemas keluar dari rumah.     

Sedangkan Aeri masih mematung di anak tangga. Tidak percaya apa baru saja dikatakan oleh Kim Soo Hyun. Kenapa Yeon Ho yang masuk rumah sakit? Bukankah seharusnya Soo Yin yang sekarang terbujur kaku?     

Banyak pertanyaan yang kini memenuhi kepalanya. Sungguh tidak dapat dipercaya.     

"Lalu bagaimana keadaan gadis sialan itu?" gumam Aeri. Hampir saja ia merosot ke lantai tapi segera berpegangan. Dia harus ke rumah sakit untuk memastikan semuanya.     

Aeri langsung berlari-lari kecil untuk membuntuti ibu mertuanya.     

"Kim Soo Hyun, tunggu. Aku juga harus ikut," seru Aeri ketika Kim Soo Hyun hendak melajukan mobilnya.     

"Cepatlah," ujar Kim Soo Hyun.     

Di dalam mobil Ny. Park terus menangis sesenggukan membayangkan cucu kesayangannya. Rasanya saat ini ia ingin segera sampai di rumah sakit.     

"Ibu, aku menyesal sudah memberikan kepercayaan pada Soo Yin. Seharusnya aku yang mengantarnya," ucap Aeri yang ikut terisak-isak. Ia sendiri takut terjadi sesuatu pada Yeon Ho.     

"Seharusnya kami mengantarkan mereka baru kemudian ke klinik," ujar Aeri sembari menutupi wajahnya dengan kedua tangan.     

"Apakah maksudmu Soo Yin yang mengantarnya?" tanya Ny. Park.     

"Benar, Bu. Aku sungguh tidak tahu akan terjadi seperti ini. Tak kusangka Soo Yin bahkan tidak bisa menjaga Yeon Ho." Aeri menangis histeris saat ini.     

"Dasar wanita itu. Mengurus Yeon Ho saja tidak bisa apalagi nanti jika mengurus putranya sendiri," timpal Ny. Park.     

"Dia sebenarnya sudah pernah mengandung tapi keguguran karena tidak bisa menjaga kandungannya dengan benar. Dia sangat tidak pantas menjadi seorang ibu." Aeri berusaha memanfaatkan situasi kesempatan di dalam kesempitan.     

"Soo Hyun, cepatlah sedikit. Aku ingin segera melihat Yeon Ho. Pasti anak itu sekarang sedang kesakitan," perintah Ny. Park sembari mengusap air mata dengan punggung tangannya.     

"Aku juga khawatir dia memang berniat untuk mencelakakan Yeon Ho," ucap Aeri tanpa pikir panjang untuk menghasut Ny. Park semakin membenci Soo Yin.     

"Kakak Ipar, diamlah. Tidak usah mengada-ada dan membuat situasi semakin rumit. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi," sentak Kim Soo Hyun tidak terima jika Aeri menjelekkan Soo Yin karena ia sangat yakin, Soo Yin bukanlah wanita seperti itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.