Istri Simpanan

Bab 533 - Mimpi Menjadi nyata



Bab 533 - Mimpi Menjadi nyata

0Di sepanjang perjalanan ketika mengantarkan Yeon Ho, perasaan Soo Yin tidak tenang. Meski sudah berusaha melupakan mimpi semalam tetep saja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Nyatanya hingga sekarang bayangan darah itu semakin memenuhi kepalanya. Soo Yin hanya bisa berdoa jika tidak akan ada hal buruk yang terjadi.     

"Mommy, kenapa diam saja?" Yeon Ho memiringkan kepalanya untuk memandang wajah Soo Yin yang tampak pucat.     

Sejak tadi Yeon Ho selalu menyandarkan kepalanya di lengan Soo Yin.     

"Tidak apa-apa," sahut Soo Yin sembari menyunggingkan senyum tipis di bibirnya.     

"Bolehkah aku tidur di pangkuan Mommy? Beberapa malam kita tidak tidur bersama dan aku akan sangat merindukan seperti ini,," ujar Yeon Ho. Tanpa persetujuan Soo Yin langsung membaringkan kepalanya di pangkuannya. Sangat nyaman, itulah yang dirasakan Yeon Ho saat ini.     

"Tentu saja, Sayang. Maaf jika beberapa hari belakangan kita jarang sekali ada waktu bersama," tukas Soo Yin dengan nada sendu. Tangannya mengusap rambut Yeon Ho dengan lembut.     

"Aku juga minta maaf jika selama ini sudah menyusahkan Mommy." Yeon Ho menengadahkan wajahnya untuk menatap manik mata Soo Yin.     

"Itu tidak benar. Aku bahkan selalu menyayangimu. Kau anak yang pintar dan sangat baik," ujar Soo Yin.     

"Aku sayang Mommy," ucap Yeon Ho.     

"Aku bahkan menyayangimu lebih dari apapun." Meski Yeon Ho bukan darah dagingnya tapi Soo Yin sangat menyayanginya.     

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di depan pintu gerbang sekolah Yeon Ho.     

"Mommy, aku ingin sekali makan ice cream," rengek Yeon Ho dengan nada manja seperti anak-anak kecil lainnya. Tangannya menggenggam erat jari Soo Yin ketika mereka sudah turun. Seperti enggan untuk terlepas.     

"Ini masih terlalu pagi untuk makan ice cream. Bagaimana kalau nanti siang saja? Aku janji akan memberikan berapapun yang kau minta," ucap Soo Yin.      

"Hmmm." Yeon Ho tampak sedang menimbang-nimbang dengan penawaran Soo Yin. Jari telunjuk di letakkan di bibirnya.     

"Bagaimana?" tanya Soo Yin lagi.      

"Baiklah." Akhirnya Yeon Ho setuju.     

Soo Yin menemani Yeon Ho sampai menyeberang jalan hingga di depan pintu gerbang.     

"Semoga harimu menyenangkan." Soo Yin mencium kedua pipi Yeon Ho secara bergantian.     

"Terima kasih, Mommy." Yeon Ho membalas pelukan Soo Yin dengan sangat erat.      

Tidak tahu kenapa Soo Yin merasakan jika sikap Yeon Ho pagi ini sangat berbeda dari biasanya. Sikapnya sangat manja kali ini.     

Soo Yin segera berjalan untuk menyeberang jalan menuju mobil yang dikemudikan Chung Ho. Awalnya ingin menunggu tidak jauh dari sekolah Yeon Ho tapi hari ini ia ingin mampir ke toko buku sebentar.     

Dari arah jalan, Yeon Ho dapat melihat ada sebuah mobil yang tidak memiliki plat nomor melaju kencang ke arah Soo Yin.     

Soo Yin sedang memandang ke arah Yeon Ho sehingga tidak menyadari kedatangan mobil tersebut.     

"Mommy, awas!" teriak Yeon sembari berlari ke arah Soo Yin yang berada tepat di tengah jalan raya.     

Brakk ….     

Kecelakaan itu tidak bisa terhindarkan lagi, mobil itu menabrak salah satu di antara mereka sampai bannya berdecit ketika menghentikan mobilnya mendadak. Sebelum akhirnya mobil itu melarikan diri takut terkena kejaran polisi.     

"Nona, Tuan Muda." Chung Ho yang masih berada di dalam mobil langsung keluar.     

Tubuh Soo Yin terpental ke trotoar hingga kepalanya membentur sisi jalan. Kepalanya terluka tapi masih tersadar. Kedua matanya langsung terbelalak lebar ketika melihat tubuh Yeon Ho tergeletak di tengah jalan. Ada darah yang mengalir di kepalanya.     

Soo Yin berusaha untuk bangkit berdiri meski kepalanya pusing dan mengeluarkan darah. Jalanan itu masih agak sepi karena masih terlalu pagi.     

Soo Yin segera menyeret kakinya menuju Yeon Ho yang sudah dibopong Chung Ho.     

"Yeon Ho!" teriak Soo Yin dengan air mata berderai.     

Darah yang semalam dia mimpikan ternyata darah milik Yeon Ho. Rasanya tubuh Soo Yin sudah lemas tapi sebisa mungkin bertahan. Dia tidak ingin Yeon Ho kenapa-kenapa.     

"Nona, sebaiknya kita bawa Nona Muda ke rumah sakit. Aku sangat mengkhawatirkan keadaannya," ujar Chung Ho yang hendak memasukkan Yeon Ho ke dalam mobil.     

"Biarkan aku masuk dulu." Meski kepalanya sudah berat karena darah juga mengalir di dahinya tapi Soo Yin terus mencoba untuk bertahan.      

"Yeon Ho, bangun," ujar Soo Yin dengan histeris. Tangannya gemetar karena melihat wajah Yeon Ho yang sudah pucat.     

"Mommy," ucap Yeon Ho dengan lirih dengan mata yang hanya sedikit terbuka. Tangannya perlahan terulur untuk menyentuh pipi Soo Yin.     

"Sayang, bertahanlah. Aku mohon kau harus bertahan demi mommy. Setelah ini mommy janji akan memberikan ice cream sebanyak yang kau mau," ucap Soo Yin dengan air mata yang sudah mengalir deras tidak tertahankan lagi.      

Soo Yin tidak menyangka jika akan melihat kejadian ini. Seadanya tahu Yeon Ho yang akan tertabrak, tak akan membiarkan Yeon Ho untuk pergi sekolah.     

"Mommy jangan menangis," ucap Yeon Ho sembari mengusap pipi Soo Yin. Seolah-olah saat ini sedang tidak merasakan sakit yang ada di kepalanya.     

Bahkan pakaian yang dikenakan Soo Yin kini sudah berlumuran darah. Namun Soo Yin tidak merasa ngeri sama sekali.     

"Mommy tidak menangis. Bertahanlah, Sayang. Kau pasti akan baik-baik saja." Soo Yin semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Yeon Ho. Jika boleh memilih biarlah tadi dirinya yang akan terluka dari pada harus melihatnya kesakitan. Ia berbohong jika saat ini tidak menangis karena air mata bahkan tak mampu lagi untuk dibendung.     

"Aku minta maaf jika sudah merepotkan Mommy."     

"Chung Ho, cepatlah. Sudah tidak ada waktu lagi," jerit Soo Yin dengan histeris.     

Chung Ho sudah mengemudikan mobilnya secepat mungkin tapi juga harus dengan standar keselamatan agar tidak membahayakan pengendara lain.     

"Sayang, jangan tinggalkan mommy," ujar Soo Yin sesenggukan.     

"Mommy, sakit." Yeon Ho berkata lirih sembari memejamkan matanya.     

"Sebentar lagi kira akan sampai di rumah sakit. Dokter akan merawatmu agar cepat sembuh. Kau pasti kuat." Soo Yin menyingkirkan darah yang terus mengalir di dahi Yeon Ho.  Tangannya gemetar karena Soo Yin ketakutan mimpinya akan menjadi nyata.     

"Ayah, sakit," ucap Yeon Ho dengan bibir bergetar. Sudut matanya mengeluarkan air mata.     

"Mana yang sakit, Yeon Ho? Biarkan mommy meniupnya," ujar Soo Yin tersedu-sedu sembari meniup kepala Yeon Ho. Berharap bisa meredakan sakit yang dirasakan olehnya.     

Bau anyir karena darah sudah menyeruak tercium Indra penciuman Chung Ho. Ia sungguh tidak tega dan takut terjadi sesuatu yang buruk pada Yeon Ho.     

"Tuan, Nona, bertahanlah sebentar lagi," gumam Chung Ho.     

Dengan cepat dan penuh perhitungan kini akhirnya mobil sudah sampai di parkiran rumah sakit.     

Soo Yin tidak mengizinkan Chung Ho membopong tubuh Yeon Ho. Entah kekuatan dari mana tapi kini Soo Yin merasakan tubuhnya kuat dan melupakan rasa sakit yang dia rasakan.     

Para perawat langsung menyambut kedatangan mereka.     

"Suster, tolong selamatkan putraku," ujar Soo Yin setelah membaringkan tubuh Yeon Ho yang sudah lemas di atas brankar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.