Istri Simpanan

Bab 531 - Resah



Bab 531 - Resah

1Villa Pyeongchang-dong,     

Aeri baru saja kembali dari acara reuni. Sepanjang jalan ia hanya mengumpat karena tidak ada yang menjemputnya. Sudah puluhan kali mencoba untuk menghubungi Dae Hyun tapi pria itu bahkan tidak menjawab sekalipun.     

"Kemana sebenarnya mereka? Kenapa masih sepi?" Aeri melihat ke arah bagasi. Di sana masih terbuka, belum ada tanda-tanda keberadaan mobil Dae Hyun.     

"Nona sudah pulang," sapa Bibi Xia.     

"Dimana semua orang? Kenapa sangat sepi di rumah ini?" tanya Aeri dengan nada sarkas.     

"Nona Soo Yin masuk rumah sakit. Sehingga tuan dan Yeon Ho di sana tapi sebentar lagi Yeon Ho akan pulang. Tuan tadi sudah meminta Chung Jo untuk menjemputnya," terang Bibi Xia.     

"Masuk rumah sakit? Kenapa dia?" tanya Aeri penasaran.     

"Saya juga kurang tahu, Nona. Tapi semoga saja tidak terjadi apapun pada nona Soo Yin," ujar Bibi Xia penuh harap.     

Aeri tersenyum miring. Ia justru berharap Soo Yin mati sehingga tidak perlu bersusah payah untuk menyingkirkannya.     

"Apa dia parah? Tapi Dae Hyun tidak apa-apa kan?" tanya Aeri.     

"Tuan baik-baik saja. Tuan bilang nona Soo Yin mengalami benturan pada kepalanya sehingga membuatnya pingsan," ungkap Bibi Xia.     

"Kenapa tidak pecah sekalian kepalanya?" gumam Aeri lirih tapi Bibi Xia samar-samar masih bisa mendengarnya.     

Wanita paruh baya itu tidak menyangka jika Aeri memiliki sifat yang sangat buruk.     

"Baiklah, aku ingin istirahat. Bibi tolong tunggu Yeon Ho sampai pulang," perintah Aeri. Lalu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.     

Aeri tadi merasa sangat malu karena hanya seorang diri ketika mengisi acara reuni. Apalagi beberapa dari teman-temannya mengetahui jika Dae Hyun pergi mengejar Soo Yin. Hal itu semakin banyak yang bergosip dia sudah tidak ada artinya lagi di mata Dae Hyun.     

"Wanita itu, sepertinya aku harus segera menyingkirkannya sebelum dia bertindak lebih jauh lagi," ucap Aeri dengan geram.     

Setelah sampai di kamar, Aeri segera merogoh ponselnya yang berada di dalam tas. Ingin menghubungi Han yang sudah beberapa hari tidak ditemuinya.     

"Han, bagaimana rencanamu? Aku sudah sangat muak dengan apa yang dilakukan olehnya. Semakin hari aku bahkan tidak ada artinya lagi di mata Dae Hyun," ucap Aeri dengan bibir cemberut setelah telepon terhubung.     

"Sabarlah, kita tinggal menunggu waktu yang tepat. Sebaiknya kau ikut mengaturnya juga," ujar Han sembari terkekeh.     

"Sabar kau bilang. Aku bahkan sudah sangat bersabar kali ini. Jika kau tidak bisa melakukannya maka aku akan melakukannya sendiri," tukas Aeri.     

"Kau yakin bisa melakukannya?" Han tertawa renyah. Meremehkan apa yang akan dilakukan oleh Aeri. Selama ini dirinya yang membantu Aeri dalam segala hal.     

"Tidak usah meremehkanku. Aku bisa melakukan apapun jika sudah mendesak," ujar Aeri.     

"Pekan ini kita akan melakukannya. Aku akan memberitahukan bagaimana rencananya," terang Han.     

"Baiklah, katakan saja apa yang harus aku lakukan."     

Aeri mendesah panjang sebelum mengakhiri pembicaraannya dengan Han. Ia akan melakukan apa yang diperintahkan oleh Han agar upaya membunuh Soo Yin bisa dilakukan dengan mudah.     

================================     

Hallym University Medical Center,     

Kini hanya ada Dae Hyun dan Soo Yin saja yang berada di dalam kamar rumah sakit.     

Sejak tadi Soo Yin selalu menatap wajah Dae Hyun dengan lekat.     

"Apa ada sesuatu sehingga kau memandangku seperti itu?" ucap Dae Hyun. Tangannya terulur untuk menyentuh pipinya yang halus.     

"Entahlah, beberapa hari ini perasaanku tidak enak. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di hati," ucap Soo Yin. Hatinya terus berdebar karena merasa sangat resah, tidak seperti biasanya.     

"Mungkin itu hanyalah perasaanmu saja. Semuanya akan baik-baik saja. Akan ada aku di sini yang menjagamu," ujar Dae Hyun. Hatinya berdenyut jika Soo Yin mengatakan sesuatu yang buruk.     

"Hmmm, aku hanya takut jika kau sampai meninggalkanku. Apalagi orang tuamu tidak merestui hubungan kita. Semua keluargamu tidak ada yang menyukaiku. Hanya nenek yang berpihak padaku," ucap Soo Yin. Meluapkan rasa yang selalu mengganjal di hatinya. Bahkan ayahnya mungkin tidak setuju jika mengetahui statusnya yang hanya istri kedua.     

"Sayang, meski semua orang di dunia ini menolak hubungan kita. Percayalah, aku tidak akan pernah pergi menjauhimu." Dae Hyun mengusap kening Soo Yin yang agak memar karena mengalami benturan.     

"Jika ayah tahu statusmu waktu itu, mungkin dia tidak akan mengizinkan kau menikahiku. Aku tahu ayah bukanlah pria yang mengorbankan kebahagiaan anaknya demi uang." Soo Yin cukup sedih saat ini karena sudah lama tidak bertemu dengan ayahnya. Ada kerinduan yang mendalam di hatinya.     

"Maaf, aku memang yang sudah bersalah sejak awal. Seharusnya aku berkata jujur dengan statusku. Namun saat itu aku sudah terlanjur jatuh hati padamu. Hanya itu satu-satunya cara untuk bersamamu." Dae Hyun mengecup punggung tangan Soo Yin berulang kali.     

"Sudahlah, tidak usah menyesalinya. Semuanya sudah terjadi sehingga aku hanya ingin kau memperjuangkan cinta kita. Jika suatu saat nanti akan ada penghalang yang besar," ucap Soo Yin sambari tersenyum. Dirinya tidak tega melihat Dae Hyun yang tampak sangat menyesal dengan semua yang terjadi.     

"Tidak akan ada penghalang yang lebih besar dari ayahmu. Namun aku berjanji suatu saat nanti akan mengatakan semuanya dengan jujur pada ayah. Kapan-kapan kita harus mengunjungi ayah. Kau pasti sangat merindukan ayahmu karena sudah lama tidak bertemu," ucap Dae Hyun.     

"Hmm, tapi sayang sekali karena ayah tidak mengatakan alamat dia tinggal. Pulau Jeju terlalu luas untuk dijelajahi," ucap Soo Yin dengan bibir cemberut. Masih bingung kenapa sebenarnya Kim Nam menyembunyikan tempatnya tinggal saat ini.     

"Aku berjanji nanti akan mencari tahu agar bisa memberikan kejutan pada ayah."     

"Terima kasih karena sudah menjadi suami yang sangat baik dan mengerti semua yang aku inginkan." Soo Yin mengangkat kepalanya sedikit lalu mendekap leher Dae Hyun dengan erat.     

"Aku yang seharusnya berterima kasih karena aku sudah menjadi istri yang baik dan mau menerima semua kekuranganku."     

"Hmmm, sekarang tidurlah karena sudah larut malam. Seharusnya tadi kita pulang saja karena kepalaku sudah tidak terasa sakit." Soo Yin melepaskan pelukannya.     

"Kau saja yang tidur. Aku akan berada di sini untuk menemanimu."     

"Aku tidak akan bisa tidur jika kau berada disini." Soo Yin terkekeh sembari mengedipkan sebelah matanya.     

"Kau sekarang sangat pintar menggodaku." Dae Hyun mencubit pipi Soo Yin karena merasa sangat gemas.     

"Sakit." Soo Yin pura-pura mengaduh sambil memegangi pipinya yang memerah.     

Cup …     

Dae Hyun mendaratkan bibirnya di pipi Soo Yin agar bisa mengurangi rasa sakitnya.     

"Bagaimana? Apakah sekarang sudah membaik?" tanya Dae Hyun.     

"Kau memang sangat pandai mengobati rasa sakit yang ada pada diriku," ucap Soo Yin dengan pipi yang memerah.     

1

"Sudahlah, aku mengantuk. Sebaiknya aku tidur," imbuh Soo Yin kemudian mengembalikan tubuhnya membelakangi Dae Hyun.     

"Baiklah, selamat tidur." Dae Hyun mengecup puncak kepala Soo Yin dengan lembut.     

Soo Yin meneteskan air mata karena beberapa hari belakangan memang hatinya cemas dan was-was. Seperti hendak terjadi sesuatu tapi dirinya tidak tahu. Ia hanya berharap tidak ada hal buruk yang terjadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.