Istri Simpanan

Bab 528 - Sudah Nyaman



Bab 528 - Sudah Nyaman

0Soo Yin mengusap puncak kepala Yeon Ho yang berada di pangkuannya. Memandangnya yang sedang tertidur pulas. Dia tampak begitu damai padahal baru saja terpejam.     

"Apakah dia anak suamimu bersama istri pertamanya?" tanya Gong Yoo tanpa peduli jika pertanyaannya akan menyinggung perasaan Soo Yin.     

"Bukan, dia putra kami," sahut Soo Yin dengan santai.     

"Kenapa kau memilih menikah dengan pria beristri? Hidupmu pasti sangat menderita." Gong Yoo mendengus.     

Soo Yin tertegun mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Gong Yoo. Ingin menjawab bahagia tapi ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Itu akan berarti jika menjadi istri kedua adalah sesuatu yang sangat membahagiakan.     

Namun bukan menjadi istri kedua yang membahagiakan melainkan memiliki pria yang sangat mencintainya.     

"Aku juga tidak menginginkan hal ini. Tapi harus bagaimana lagi karena semuanya sudah terjadi," ujar Soo Yin sembari mendesah panjang.     

Pada dasarnya wanita baik-baik tidak mungkin bersedia menjadi istri kedua atau selingkuhan. Dia pasti akan memilih pria yang masih sendiri karena merebut milik orang lain bukan sesuatu yang baik.     

"Lalu kenapa kau masih bertahan? Bukankah kau bisa pergi?" tanya Gong Yoo sembari memandang Soo Yin dari kaca spion.     

Soo Yin terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan Gong Yoo. Karena hatinya kini sudah merasa sangat nyaman dengan Dae Hyun. Meski terkadang sangat menyakitkan tapi dirinya tidak ingin melepaskan.     

Bagaimana pun menjelaskan kepada seseorang yang tidak mengalaminya. Maka akan terasa sangat sulit karena dia tidak akan pernah tahu apa yang kita rasakan.     

"Tidak semudah itu pergi dari seseorang yang sudah kita cintai," ujar Soo Yin.     

"Cinta, apa itu cinta?" ucap Gong Yoo sembari mendengus.     

"Kau tidak akan pernah tahu karena tidak mengalaminya," ujar Soo Yin sembari melirik Gong Yoo.     

"Jika aku memiliki saudara perempuan seperti dirimu. Pasti aku akan melarang keras agar kalian berpisah. Untuk apa menjalin hubungan jika batin terus tersiksa," cibir Gong Yoo.     

"Maka beruntunglah aku karena aku bukanlah saudaramu," ucap Soo Yin.     

"Ngomong-ngomong kenapa kau berada di sana? Bukankah itu hanya teruntuk para alumni saja? Apakah kau bersama kekasihmu?" tanya Soo Yin.     

"Aku dulu juga sekolah disini. Setelah sekian lama akhirnya bisa datang kembali. Aku bahkan tidak memiliki kekasih," ujar Gong Yoo.     

"Benarkah? Bukankah kau di luar negeri sejak kecil?"     

"Aku pergi ke luar negeri karena ayahku mendapatkan masalah. Tapi sudahlah tidak perlu diingat," ujar Gong Yoo sembari menggelengkan kepalanya. Tidak ingin mengingat masa kelam itu.     

Dae Hyun melajukan mobilnya tepat di belakang mobil Gong Yoo. Namun ada mobil yang berada di antara mereka sehingga Dae Hyun kesulitan sekali untuk mengejar mobil Gong Yoo. Berulang kali Dae Hyun membunyikan klakson tapi sayang sekali sepertinya mereka sama sekali tidak mendengarnya.     

"Sial, ternyata pria itu memang sengaja ingin bermain-main denganku," gumam Dae Hyun sembari meninju stir kemudi kuat-kuat.     

Saat ini sedang lampu merah sehingga Dae Hyun terpaksa menghentikan mobilnya. Ingin sekali dia menerobos melewati lampu merah tapi Dae Hyun tidak ingin mengambil resiko yang besar. Bukan hanya dirinya yang berbahaya tapi pengendara lain.     

Tin … tin … tin…     

Dae Hyun terus membunyikan klakson agar pengendara di depannya menyingkir setelah lampu jalan kembali berwarna hijau.     

Dengan kecepatan tinggi Dae Hyun berusaha menyalip mobil yang ada di depannya karena sudah tertinggal jauh di belakang. Khawatir jika Soo Yin akan dicelakai oleh Gong Yoo. Sudah beberapa kali Soo Yin hampir saja celaka. Hal itu membuat Dae Hyun merasa trauma jika sampai terulang kembali.     

"Soo Yin, tak akan kubiarkan pria brengsek itu sampai menyentuhmu," ujar Dae Hyun dengan nafas memburu.     

Sejujurnya yang saat ini dirasakan Dae Hyun adalah rasa terbakar akibat cemburu di hatinya. Hatinya terasa sakit setiap mengetahui Soo Yin bersama pria lain. Jangankan bersama pria dewasa bahkan jika sedang memeluk Yeon Ho saja dirinya merasakan cemburu.      

Memang terdengar aneh dan sangat berlebihan tapi memang itulah kenyataan yang selalu dirasakannya.     

Ponselnya yang berada di atas dashboard sudah berulang kali berbunyi tapi Dae Hyun terus membiarkannya. Beberapa kali mengintip ternyata Aeri yang menghubunginya. Ia tidak peduli sama sekali karena yang ada di pikirannya saat ini hanyalah Soo Yin dan putranya.     

Cukup jauh sudah mengemudi tapi belum ada tanda-tanda mobil yang terlihat.     

"Kenapa cepat sekali sudah menghilang," gerutu Dae Hyun sembari mengusap gusar wajahnya.     

Dae Hyun merasa frustasi kali ini karena mengira jika Soo Yin berada di suatu tempat yang asing. Namun pria itu tidak patah semangat, hingga perlahan dari kejauhan terlihat samar-samar mobil yang tengah dikemudikan Gong Yoo.     

Tin … tin … tin ….     

Tidak peduli jika suara klakson mobilnya akan membuat kegaduhan. Yang terpenting saat ini mobil Gong Yoo harus berhenti.     

Gong Yoo sedang melihat ke arah kaca spion. Dahinya langsung berkerut melihat mobil Maybach silver yang berada di belakangnya. Sejenak ia berpikir jika mobil itu tidak asing dan sangat sering dilihatnya.     

"Bukankah itu mobil Dae Hyun?" gumam Gong Yoo pelan agar Soo Yin tidak dapat mendengarnya.     

Dengan seringai licik yang terukir di bibirnya, Gong Yoo kini menginjak pedal gas agar kecepatannya semakin bertambah. Hal tersebut sontak membuat Soo Yin terkejut.     

"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau ugal-ugalan seperti ini?" gerutu Soo Yin sembari memegangi tubuh Yeon Ho yang terguncang. Bahkan anak itu kini mulai terganggu dengan kecepatan mobil yang tinggi.     

"Agar kita cepat sampai karena aku baru ingat harus menjemput ibuku di suatu tempat," ujar Gong Yoo berbohong.     

"Jika kau memang sangat sibuk sebaiknya kita hentikan saja mobilnya di sini. Biarkan kami pulang menggunakan taksi" ujar Soo Yin.     

"Tidak, aku tidak mungkin meninggalkan kalian berdua di tengah jalan. Itu bukanlah tipe seorang pria sejati. Aku akan mengantarmu sampai di depan rumah. Kalau perlu sampai kamar," ucap Gong Yoo tanpa menoleh ke belakang. Matanya fokus menatap jalanan di depannya karena harus menyalip beberapa mobil agar bisa menghindar dari kejaran Dae Hyun.     

Inilah saatnya untuk membalas dendam dengan apa yang dilakukannya saat itu. Meninju wajahnya hingga hampir saja bonyok dan hidungnya berdarah.     

"Mommy, kenapa mobilnya bergoyang sangat kuat?" ujar Jo Yeon Ho sembari mengucek matanya. Tidurnya jadi terganggu oleh mobil yang terus meliuk-liuk berusaha menyalip mobil yang ada di depannya.     

"Gong Yoo, cepat hentikan mobilnya karena aku tidak ingin mati bersamamu," teriak Soo Yin sembari mendekap tubuh Yeon Ho dengan erat.     

"Ibu aku takut," rengek Yeon Ho.     

Tubuh mereka seperti melayang di udara karena mobil melaju sangat cepat. Tubuh mereka hampir terpental jika Soo Yin tidak berpegangan.     

"Apa kau memang ingin membunuh kami?" teriak Soo Yin sembari menggelengkan kepalanya karena sepertinya Gong Yoo sudah kehilangan akal.     

"Tidak usah cemas. Duduk dan nikmati saja," sahut Gong Yoo dengan santai.     

"Dasar pria tidak waras," umpat Soo Yin pada Gong Yoo.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.