Istri Simpanan

Bab 522 - Satu-satunya wanita 21+



Bab 522 - Satu-satunya wanita 21+

0Dae Hyun tidur di pangkuan Soo Yin sebagai bantalan. Mereka saat ini hanya berdua di sebuah bangku panjang yang terletak di belakang villa. Sekedar menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus sambil menikmati indahnya pemandangan.     

Tidak ada Yeon Ho Karena anak itu pergi bersama Aeri. Sehingga mereka bisa menikmati waktu berdua.     

"Sayang, nanti malam ikutlah bersamaku," ujak Dae Hyun sembari menengadahkan wajahnya. Menatap wajah cantik yang selalu dikaguminya.     

"Tidak, aku akan tetap di rumah saja," tolak Soo Yin lembut sembari memainkan rambut Dae Hyun.     

"Kenapa? Aku sangat ingin kau datang bersamamu," ujar Dae Hyun sembari mencium punggung tangan Soo Yin.     

"Apakah kau tidak dengar jika tadi Aeri sudah mengancamku secara halus?" ujar Soo Yin seraya terkekeh.     

Melihatnya tersenyum dan tertawa renyah membuat Dae Hyun senang. Baginya jauh lebih bahagia melihat Soo Yin tertawa di dekatnya.     

"Tidak usah pedulikan dia. Jika kau tidak mau datang maka aku pun tidak bersedia hadir." Dae Hyun menempelkan tangan Soo Yin di pipinya.     

"Kenapa begitu? Seharusnya kau pergi saja. Jangan mengecewakan teman-temanmu," ujar Soo Yin dengan dahi berkerut.     

"Aku tidak peduli jika harus mengecewakan mereka yang terpenting bagiku tidak mengecewakanmu." Dae Hyun mengulurkan tangannya untuk menyingkirkan anak rambut yang melambai-lambai diterpa angin di wajah Soo Yin.     

"Aku khawatir jika datang akan membuat keributan di sana karena Aeri pasti tidak akan suka," tukas Soo Yin karena dirinya cukup sadar diri. Sebesar apapun Dae Hyun mencintainya tapi di mata orang lain dirinya hanyalah sampah yang tidak ada artinya.     

"Tidak akan, aku berjanji akan membuat suasana baik-baik saja. Sebenarnya aku juga enggan datang tapi aku tidak ingin dikatakan seseorang yang sombong. Dalam dunia bisnis hal seperti itu harus dihindari demi berlangsungnya bisnis kita," ujar Dae Hyun sembari mendesah panjang.     

"Hmmm, aku akan memikirkannya nanti."     

"Jika kau tidak ikut maka Aeri akan semakin besar kepala. Aku tahu dia ingin membuktikan kepada semua orang jika dirinya masih menjadi istriku. Bukan seperti kabar yang beredar jika Aeri sudah tidak penting lagi," terang Dae Hyun.     

"Aku jadi merasa kasihan dengannya. Dia masih berusaha untuk merebut hatimu terlepas dari apa yang dilakukannya padaku." Soo Yin mendesah pasrah karena dirinya juga seorang wanita.     

"Aku sudah memberikan waktu dan kesempatan lama tapi hubungan kami tidak pernah baik. Jika sekarang dia baru akan menyesal maka semuanya sudah terlambat," ungkap Dae Hyun.     

"Sayang, berilah Aeri sedikit kesempatan. Barangkali ucapannya untuk menjadi istri yang baik adalah sebuah kebenaran."     

"Hatimu sangat baik seperti malaikat. Namun aku tidak akan melakukannya. Meski belum bisa menjadikanmu satu-satunya istriku tapi aku ingin kau menjadi satu-satunya wanita yang ada di hatiku," terang Dae Hyun sembari mengangkat kepalanya untuk mengecup sekilas benda yang terasa sangat manis itu.     

Mata Soo Yin berkaca-kaca mendengarnya karena tersentuh. Ia pikir Dae Hyun akan senang karena memiliki dua istri.     

"Apakah kau berpikir jika aku merasa senang memiliki dua istri?" tanya Dae Hyun berusaha membaca pikiran Soo Yin.     

Soo Yin menganggukan kepalanya.     

"Aku lebih bahagia memiliki satu istri hebat seperti dirimu. Istri yang mampu membuatku terasa nyaman dan selalu ingin berada di dekatmu. Kau lebih dari cukup dari segala apapun yang aku miliki di dunia ini. Bahkan jika harus memilih aku ingin meninggalkan apa yang aku miliki. Yang terpenting aku bisa bersamamu," ungkap Dae Hyun dengan sangat tulus mengeluarkan semua yang ada di benaknya.     

Hati Soo Yin semakin meleleh mendengar ucapan Dae Hyun hingga matanya memanas dan berkaca-kaca karena terharu.     

"Kenapa kau memilihku? Padahal aku banyak kekurangan yang aku miliki. Sifatku terkadang masih kekanak-kanakan dan manja. Suka marah-marah tidak jelas," terang Soo Yin.     

"Sstttttt, kau tidak boleh berkata seperti itu. Aku menerima apapun kelebihan dan kekurangan yang kau miliki. Bagiku kau begitu sempurna," ucap Dae Hyun.     

Kedua manik mata mereka bertemu. Saling bertatapan untuk mengungkapkan perasaan mereka. Keduanya terbuai dalam asmara yang kian menyatukan keduanya.     

"Aku senang karena pada akhirnya kau bisa menerima pria tua seperti diriku." Dae Hyun sangat menyadari perbedaan umur mereka yang sangat jauh.     

"Ah, kau sama sekali tidak tua. Wajahmu bahkan belum keriput, hanya terlihat sedikit lebih dewasa saja. Satu lagi yang jelas kau masih sangat perkasa." Soo terkekeh ketika mengucapkan kalimat terakhirnya.     

"Kau memang sangat pandai membuat hatiku melambung di udara," puji Dae Hyun dengan desiran aneh yang sudah mulai merasuk ke dalam jiwanya.     

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya," ujar Soo Yin. Lalu menunduk kepalanya untuk menyatukan bibir mereka.     

Hal itu diambil kesempatan oleh Dae Hyun untuk memeluk pinggang ramping itu. Hawa angin yang semilir semakin membuat keduanya terbuai dalam kabut asmara yang semakin menggila.     

Soo Yin segera mengangkat kepalanya setelah cukup puas merasakan bibir mereka. Namun tampaknya Dae Hyun masih menginginkannya hingga langsung menahan tengkuk Soo Yin agar tetap dalam posisinya.     

Beruntung saat ini tidak ada Chung Ho dan Bibi Xia. Mereka baru saja berangkat berbelanja kebutuhan pokok di pasar sehingga kini dunia hanya terasa milik mereka yang dimabuk asmara.     

"Cukuphhh, bagaimana jika ada yang melihat kita seperti ini," ujar Soo Yin.     

Dae Hyun segera duduk.     

"Tidak akan ada yang melihat karena hanya kita berdua di rumah ini. Namun jika Aeri melihat kita, akan jauh lebih baik. Aku ingin dia menyerah dengan semua omong kosongnya," tukas Dae Hyun lalu bangkit berdiri.     

Dengan gerakan cepat Dae Hyun sudah berhasil membopong Soo Yin ke dalam gendongannya.     

"Apa yang kau lakukan?" ujar Soo Yin sembari melingkarkan tangannya di leher Dae Hyun.     

"Aku hanya ingin melakukan kebersamaan kita yang terus tertunda. Aku bergairah jika berada di dekatmu," ujar Dae Hyun tanpa malu yang diikuti dengan tawa renyah keluar dari bibirnya.     

Mendengar ungkapan Dae Hyun membuat pipi Soo Yin merona karena mengerti apa maksud yang dikatakannya.     

"Bagaimana jika mereka pulang? Yeon Ho pasti akan mencari kita?" ujar Soo Yin karena tidak ingin kejadian semalam terulang kembali.     

"Tidak mungkin. Aeri tidak mungkin akan sangat cepat memilih baju. Paling tidak sore nanti baru dirinya akan pulang," ujar Dae Hyun untuk meyakinkan Soo Yin.     

Dae Hyun melanjutkan penyatuan bibir mereka yang tertunda sambil terus melangkah. Memilih membawa Soo Yin ke kamar tamu yang jaraknya lebih dekat dan tidak perlu menaiki anak tangga.     

Pria itu membaringkan istrinya di atas ranjang tanpa melepaskan ciumannya. Hingga ciuman keduanya semakin agresif bersamaan kabut asmara yang semakin menggila dan menggairahkan.     

Soo Yin bahkan tidak menyadari jika saat ini sudah tidak mengenakan apapun. Tubuhnya semakin melengkung saat merasakan sensasi memabukkan yang diberikan oleh Dae Hyun.     

Matanya terpejam dengan nafas yang saling memburu. Soo Yin mencengkram kuat rambut Dae Hyun ketika merasakan sensasi tidak tertahankan yang semakin menuju puncak gairah cinta.     

Dae Hyun tersenyum senang melihat tubuh istri kecilnya merespon dengan sangat baik apa yang kini tengah dilakukannya.     

Dada Soo Yin terus membusung dan bibirnya terus mengeluarkan desahan seksi.     

Dae Hyun yang sudah di ubun-ubun langsung menghujam agresif tubuh Soo Yin. Untuk menyatukan benih-benih cinta mereka. Merasakan manisnya seperti dunia hanya milik mereka berdua.     

Keringat membasahi keduanya dengan nafas yang terus menderu. Dae Hyun lantas berbaring di samping Soo Yin setelah melakukan tugasnya. Dipeluknya tubuh Soo Yin dengan begitu erat tanpa ingin melepaskannya.     

Soo Yin masih terpejam sambil mengatur nafasnya agar kembali normal seperti semula.     

"Sayang, tetaplah di sisiku apapun yang terjadi." Dae Hyun mengecup dahi Soo Yin dengan lembut.     

Soo Yin membuka kedua matanya yang terlihat sayu lalu menganggukan kepalanya.     

"Aku tidak akan pernah bosan mengingatkanmu meski sudah seribu kali aku mengucapkannya." Dae Hyun tersenyum melihat wajah istrinya yang kelelahan dengan peluh di dahinya.     

"Tetaplah menjadi gadis kecilku yang manja dan jangan pernah berubah untuk menjadi lebih dewasa," imbuh Dae Hyun.     

Soo Yin mengerjapkan kedua kelopak matanya dengan bibir yang mengukir senyum manis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.