Istri Simpanan

Bab 520 - Bertiga



Bab 520 - Bertiga

0Keduanya sama-sama belum tertidur. Namun Dae Hyun pura-pura memejamkan matanya. Sedangkan Soo Yin masih terus terjaga. Kini justru rasa kantuknya malah semakin menghilang.     

keadaan yang sudah sunyi membuat Soo Yin membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Dae Hyun. Sudah lima belas menit berusaha memejamkan mata tapi tidak bisa kunjung mengantuk.     

"Dia sudah tertidur," ujar Soo Yin pelan sembari mengamati wajah Dae Hyun dari jarak dekat. Meskipun samar-samar tapi wajahnya masih terlihat.     

Soo Yin mengulurkan tangannya untuk mengusap rahang pria yang kini sangat dicintainya. Terkadang masih seperti mimpi dirinya menikah dengan Dae Hyun. Mampu mencintainya padahal tadinya sangat membenci.     

Ternyata benci dan cinta itu beda tipis. Terlalu benci pada awalnya seiring berjalannya waktu cinta akan tumbuh semakin besar.     

"I love you, My Hubby," bisik Soo Yin seraya tersenyum memandang wajah Dae Hyun.     

"Aku juga sangat mencintaimu," balas Dae Hyun dengan berbisik seperti Soo Yin. Ia mengulum senyum mendengar kata-kata yang selalu ingin didengar oleh Dae Hyun.     

Soo Yin mengerutkan keningnya. Ia pikir Dae Hyun sudah tertidur sejak tadi tapi ternyata pria itu mengerjainya. Buru-buru Soo Yin hendak berbalik membelakangi Dae Hyun tapi pria itu sudah terlebih dahulu menahan pergelangan tangannya.     

"Aku ingin tidur," ujar Soo Yin.     

Dae Hyun tidak peduli dengan perkataan istrinya. Tidak mungkin jika istrinya akan tertidur. Dae Hyun segera merapatkan tubuhnya lebih mendekat lagi. Hingga jarak wajah mereka kini hanya beberapa sentimeter saja.     

Dae Hyun menatap dalam manik mata coklat terang milik Soo Yin. Mereka saling berpandangan begitu lama seperti sudah sekian lama tidak bertemu. Nafas mereka saling menderu tidak menentu. Jarak yang begitu dekat bisa merasakan deru nafas masing-masing.     

Soo Yin hendak menarik kepalanya menjauh karena jika terlalu dekat mereka seperti berebut oksigen. Tapi sayang sekali, Dae Hyun menahan tengkuknya. Yang ada bukan semakin menjauh tapi justru semakin sangat dekat hingga kini tanpa jarak.      

"Tidurlah, nanti Jo Yeon Ho melihat kita," bisik Soo Yin,     

"Tenanglah, dia sudah tertidur. Lagi pula di luar hujan sangat deras, membuatnya semakin nyenyak untuk tidur," ujar Dae Hyun dengan santai.     

Soo Yin memejamkan matanya tatkala ada benda kenyal yang menempel di bibirnya. Menyapunya dengan sentuhan begitu lembut. Awalnya bibir Soo Yin tidak bergerak tapi perlakuan Dae Hyun memaksanya untuk membalas dengan menggerakkan bibirnya pula.     

Dae Hyun melepaskan sentuhan bibirnya untuk memberikan kesempatan Soo Yin bernafas. Udara dingin sampai menembus kulit membuat Dae Hyun semakin merapatkan tubuhnya kembali.     

Dae Hyun mendekapnya dengan begitu erat.     

"Sayang, ayo kita pergi ke kamar tamu," ajak Dae Hyun dengan suara serak.     

"Tidurlah, nanti Jo Yeon Ho bangun. Bagaimana jika nanti dia mencari kita?" tolak Soo Yin.     

"Tidak akan." Dae Hyun terus meyakinkan Soo Yin.     

Soo Yin menggelengkan kepalanya kemudian menenggelamkan kepalanya di dada bidang milik suaminya. Di sana Soo Yin bisa mendengarkan detak jantung suaminya yang berdebar sangat kencang.     

"Aku mengantuk," ujar Soo Yin.     

Dae Hyun menghela nafas panjang sembari merapatkan pelukannya. Ternyata dia begitu egois sudah memaksa Soo Yin untuk melakukan keinginannya tanpa peduli rasa kantuknya.     

"Ya sudah, tidurlah. Maafkan aku, tapi aku mohon tetaplah seperti ini," ujar Dae Hyun sembari mengecup puncak kepala Soo Yin.     

Soo Yin menganggukan kepalanya. Ikut mengeratkan pelukannya di tubuh Dae Hyun. Ternyata berada dalam pelukan Dae Hyun rasa kantuknya perlahan sudah semakin berat.     

Bugh….     

Baru saja Soo Yin dan Dae Hyun hendak terlelap saat sesuatu jatuh menimpa tubuh mereka. Buru-buru mereka menjauh terpisah setelah menyadari jika yang terjatuh adalah Yeon Ho.     

"Aduh," rintih Jo Yeon Ho yang tubuhnya terasa sakit karena membentur tubuh kedua orangtuanya yang tidur tepat di bawahnya.     

Soo Yin duduk kemudian membetulkan posisi Jo Yeon Ho agar bisa lebih nyaman lagi. Ingin rasanya tertawa, mungkin inilah yang akan mereka rasakan jika kelak memiliki seorang putra.     

"Ughhh," gerutu Dae Hyun sedikit kesal karena baru saja ingin terlelap tapi ternyata tidak seindah impian.     

"Ayah, Mommy, aku ingin tidur bersama kalian di dinj," ujar Yeon Ho dengan mata yang masih terpejam.     

"Yeon Ho, Kau memang menyebalkan," gerutu Dae Hyun.     

Kini posisi Yeon Ho berada di tengah-tengah mereka sehingga Soo Yin memeluk tubuh kecil itu.     

"Tidurlah dengan nyenyak. Selamat malam semuanya," ujar Soo Yin sembari memejamkan matanya.     

"Selamat malam, Mommy," ujar Jo Yeon Ho.     

Seketika Soo Yin merasakan jantungnya berdebar tidak menentu memikirkan tentang Yeon Ho. Cemas memikirkan jika anak itu mengetahui apa yang mereka lakukan.     

Dae Hyun menggenggam jemari Soo Yin yang berada di atas tubuh Yeon Ho. Untuk meyakinkan jika Yeon Ho tidak akan mengetahui hal itu.     

Malam semakin larut. Kini mereka bertiga sudah mulai terlelap ke dalam mimpi masing-masing.     

=================≠==============     

Waktu semakin cepat berganti. Kini tidak terasa cahaya mentari sudah mulai muncul meskipun masih samar-samar terlihat.     

Tok… tok… tok…     

Terdengar suara ketika pintu yang cukup keras dari luar.      

"Siapa sebenarnya pagi-pagi seperti ini sudah mengetuk pintu," gerutu Dae Hyun yang sudah mulai terganggu karena ketukan pintu tak kunjung berhenti.     

Dengan langkah malas dan keadaan setengah tersadar, Dae Hyun akhirnya bangkit kemudian membuka pintu. Rasa kantuknya seketika hilang setelah melihat siapa yang ada di depannya.     

"Untuk apa pagi-pagi buta sudah membangunkan kami," ujar Dae Hyun dengan wajah masam.     

"Ini sudah pagi. Seharusnya kita pergi olahraga bersama," ujar Aeri. Semalam dirinya tidak bisa tidur karena kesal Dae Hyun meninggalkannya. Memilih tidur di kamar Jo Yeon Ho dari pada bersamanya.     

"Ini masih pagi. Lagi pula hari ini libur bekerja.. kami masih ingin bermalas-malasan," ujar Dae Hyun.     

"Mana bisa seperti itu. Jangan memanjakan mereka untuk bangun terlalu siang," ujar Aeri seraya melongokkan kepalanya ke dalam untuk menemukan Soo Yin dan Jo Yeon Ho.     

"Jika kau ingin tinggal di sini sebaiknya tidak usah mengusik kehidupan kami. Pergi ke berolahraga sendiri kalau kau memang ingin melakukannya," ujar Dae Hyun dengan nada dingin. Cukup kesal karena Aeri mengganggu di mereka yang baru saja beberapa jam tertidur.     

"Bukankah seorang istri yang baik harus menyiapkan makanan untuk keluarganya? Sebaiknya aku akan mengajak Soo Yin untuk memasak," ujar Aeri ketika Dae Hyun hendak menutup pintu kembali.     

"Jika kau ingin memasak pergilah ke dapur karena di sana ada Bibi Xia. Tidak usah mengganggu tidur kami "     

Dae Hyun lantas menutup pintu kembali kemudian melangkahkan kakinya ke arah ranjang. Memilih membaringkan tubuhnya di atas ranjang kembali. Sedangkan Soo Yin masih tidur di lantai bersama Yeon Ho.     

Aeri yang berada di luar menggerutu tidak jelas. Sebenarnya tadi hanya ingin memastikan dimana sebenarnya Dae Hyun tidur. Tak disangka mereka tidur bertiga di lantai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.