Istri Simpanan

Bab 517 - Lama tidak mengobrol



Bab 517 - Lama tidak mengobrol

0Soo Yin baru saja keluar dari kampus. Lama-lama dirinya tidak tahan karena banyak mahasiswa yang mencibirnya. Hari ini beredar berita baru di media massa tentang dirinya. Berita itu cukup menggemparkan di kalangan mahasiswa.     

Jika Hyo Rin tidak memberitahu pasti Soo Yin tidak akan tahu mengenai berita itu.     

"Tidak usah dipikirkan." Hyo Rin menepuk pundak Soo Yin agar hatinya lebih tenang.     

"Tidak, aku sudah terbiasa akan hal seperti itu." Soo Yin mencoba tersenyum tipis.     

'Istri pertama yang berjuang. Istri Simpanan yang menikmati' itulah judul artikel yang beredar di media sore ini. Dalam artikel tersebut terpampang secara nyata foto Aeri dan Dae Hyun yang sedang bergandengan tangan. Sedangkan foto Soo Yin berada di sisi yang lain.     

Berita itu seolah-olah mengatakan jika Soo Yin merebut posisi Aeri. Jika dirinya tidak ikut berjuang membesarkan hotel tapi justru menikmati hasilnya.     

"Aku tahu kau jauh lebih baik dari model itu." Hyo Rin terus menghibur hati Soo Yin agar tidak bersedih lagi.     

"Hyo Rin, terima kasih untuk hari ini. Kau mau membelaku di depan orang-orang," ujar Soo Yin dengan hati yang tersentuh.     

"Bukankah kita bersahabat? Seorang sahabat wajar melakukan hal kecil seperti itu. Lagi pula lama kita tidak berkumpul karena jadwal kita yang selalu saja berbeda," ujar Hyo Rin.     

"Benar, aku juga sangat rindu untuk berkumpul dengan kalian semua," ujar Soo Yin. Kesibukan masing-masing membuat mereka jarang bisa bertemu lagi. Malam ini kebetulan sekali bisa Bertemu dengan Hyo Rin.      

"Hyo Rin, ayo kita pulang," ajak Ji Sang dari dalam mobilnya. Ia baru saja mengemudikan mobilnya keluar dari kampus melewati pintu gerbang.     

"Pergilah, sebentar lagi aku juga akan dijemput," tukas Soo Yin.     

"Baiklah, aku pergi dulu," pamit Hyo Rin.     

Soo Yin kini berdiri sendiri di depan gerbang untuk menunggu Dae Hyun datang. Sudah setengah jam menunggu tapi belum ada tanda-tanda kedatangan suaminya. Namun Soo Yin mengerti jika suaminya sangat sibuk.     

"Hmmm." Jae-hwa membuka suara ketika berdiri tepat di belakang Soo Yin.     

Soo Yin menoleh ke belakang saat mendengar suara yang sangat dikenalnya.     

"Jae-hwa? Kupikir kau sudah pulang," ujar Soo Yin. Setelah sekian lama akhirnya bisa bertemu dengan pria itu. Meski berada satu kelas tapi Jae-hwa tidak duduk di dekatnya lagi. Ada rasa rindu mereka berkumpul bertiga bersama Jean. Namun sekarang sepertinya sulit. Apalagi Jean sedang mengandung.     

"Selamat karena kau sudah kembali ke hotel. Maaf jika aku tidak ikut dalam upacara penyambutan kalian," ujar Jae-hwa sembari mendesah. Mana mungkin dirinya bisa bertahan melihat kemesraan yang mereka lakukan. Sedangkan melihat video yang beredar saja dirinya tidak sanggup.     

Ada perasaan yang masih terpendam di hati Jae-hwa. Dirinya terkadang masih belum percaya jika Soo Yin sudah menikah dengan bosnya.     

"Tidak apa-apa karena kau tidak perlu melakukannya. Tak terasa kita sudah lama tidak mengobrol. Jujur saja aku senang kita bisa berbicara," ungkap Soo Yin dengan wajah berbinar.     

"Kau selalu saja sibuk sehingga tidak ada waktu untuk mengobrol," tukas Jae-hwa sembari tersenyum tipis.     

"Sebenarnya aku juga merasa rindu bisa mengobrol denganmu lagi. Aku bahkan rasanya tidak percaya jika dirimu sudah menikah," imbuh Jae-hwa dengan pilu.     

'Jae-hwa, seandainya kau mengatakan perasaanmu lebih cepat mungkin aku masih bersamamu.' Soo Yin membatin. Tak dapat dipungkiri jika dirinya merasakan hal yang sama seperti Jae-hwa ketika sekolah.     

"Aku juga rindu berkumpul bertiga bersama Jean. Aku ingin kita bisa berkumpul lagi seperti dulu," tukas Soo Yin.     

"Hal itu sangat sulit karena kau sekarang sangat sibuk dengan … suamimu. Kurasa dia tidak akan mengizinkanmu keluar bersama kami," ujar Jae-hwa lirih.     

"Tidak perlu takut. Jika kau ada waktu aku bisa meminta izin kepada Dae Hyun. Dia pasti akan mengizinkan," ujar Soo Yin.     

"Mana mungkin aku berani jalan bersama istri bosku. Aku tidak memiliki  keberanian untuk hal sejauh itu."     

"Jae-hwa, aku mohon jangan pernah menganggapku seperti itu. Aku ingin kau menganggapku sebagai Soo Yin. Aku ingin kita seperti dulu, kau tidak perlu merasa segan jika bertemu denganku," ujar Soo Yin sembari memandang Jae-hwa untuk mengungkapkan semua isi hatinya. Sejujurnya Soo Yin merasa sedih jika Jae-hwa mengatakan hal seperti itu.     

Tidak lama kemudian Dae Hyun menghentikan mobilnya tepat di depan Soo Yin sedang mengobrol. Dae Hyun menautkan kedua alisnya. Ada sedikit rasa cemburu yang membakar hatinya ketika melihat Soo Yin berdekatan dengan pria lain. Meskipun mereka sudah bersahabat lama tapi tetap saja hatinya masih terbakar cemburu.     

Jae-hwa langsung menjauhkan tubuhnya dari Soo Yin mengetahui suaminya sudah datang. Dirinya cukup sadar diri jika tidak mungkin bisa bersaing dengan pria kaya seperti Dae Hyun.     

"Pergilah, suamimu sudah datang," ujar Jae-hwa dengan berat hati harus berpisah dengan Soo Yin.     

"Kuharap kita bisa berkumpul kembali seperti dulu lagi," ujar Soo Yin. Namun tidak ada maksud untuk memberi harapan palsu kepada Jae-hwa. Soo Yin hanya ingin mereka seperti dulu lagi meskipun itu sangat sulit.     

"Hmmm." Jae-hwa hanya menjawab dengan seadanya karena saat ini dirinya benar-benar sedang kacau.     

"Jae-hwa, kau tidak ingin pulang bersama kami. aku bisa mengantarkanmu pulang," ajak Dae Hyun yang sudah berdiri di luar bersiap membuka pintu mobil untuk istri kecilnya.     

"Terima kasih, Tuan. Tapi sepertinya tidak perlu. Lebih baik aku pulang sendiri saja," tolak Jae-hwa karena dirinya cukup sadar diri.     

Setelah mengobrol sedikit dengan Jae-hwa, Dae Hyun kembali melajukan mobilnya untuk kembali ke Villa Pyeongchang-dong.     

"Sepertinya tadi kalian sedang asyik mengobrol," ujar Dae Hyun sekedar ingin tahu.     

"Aku tidak suka jika Jae-hwa menjadi segan kepadaku karena aku istrimu. aku hanya ingin Jae-hwa menganggap diriku masih seperti dulu lagi," ujar Soo Yin sembari menyandarkan kepalanya di bahu Dae Hyun yang sedang menyetir.     

"Tidak semua orang bisa seperti yang kau inginkan. Biarkan saja Jae-hwa bersikap seperti itu yang terpenting aku ada selalu di dekatmu," ujar Dae Hyun dengan santai.     

Soo Yin melirik suaminya dengan bibir cemberut.     

"Apakah dia sangat penting bagimu sehingga kau lebih memilihnya daripada aku? Apakah kau sudah tidak peduli lagi dengan suamimu yang sedang cemburu?" ujar Dae Hyun bertubi-tubi.     

"Cemburu? Kau cemburu pada Jae-hwa?" ujar Soo Yin dengan dahi yang saling bertautan.     

"Bukankah sudah ratusan kali aku mengatakan jika kau tidak boleh dekat dengan pria lain," ujar Dae Hyun.     

Soo Yin mendesah panjang. Mulai sekarang harus bisa lebih bersabar menghadapi suaminya yang terkadang sangat berlebihan.     

Cup …     

Untuk membuat suaminya tidak menggerutu terus menerus, Soo Yin mendaratkan ciumannya di pipi Dae Hyun.     

"Lagi," pinta Dae Hyun sembari menunjuk bibirnya.     

"Tidak usah banyak permintaan. Menyetirlah dengan baik agar kita bisa segera sampai di rumah. Nanti akan kuberikan berapa banyak yang kau mau," ujar Soo Yin.     

Dae Hyun tersenyum senang mendengar pernyataan Soo Yin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.