Ilmu Pengguncang Alam Semesta

Aula Ancestral Soul



Aula Ancestral Soul

0Lin Dong berdiri di dahan sebuah pohon, matanya menatap ke area kosong di mana desa Nine-tail berada. Saat ini, hampir semua anggota Suku Nine-tail berkumpul di sana, dan atmosfernya terasa agak sedih.      

Sebelum ini, Bibi Xin sudah bilang kalau Xin Qing ingin memasuki Aula Ancestral Soul. Kejadian itu jelas menyebabkan keributan di seluruh anggota suku. Namun tak disangka-sangka, tidak ada seorang pun yang mengajukan protes. Beberapa wanita muda tampak agak sedih. Kemungkinan hidup sambil terus merasa gelisah sudah membuat mereka putus asa…     

Lin Dong menghela napas tak berdaya setelah mengawasi atmosfer tersebut. Tak lama kemudian, dia bertanya di dalam hati, "Yan, apa memang benar yang kaukatakan padaku kemarin?"      

Ketika Lin Dong mengatakan kalau dia akan menemani Xin Qing memasuki Aula Ancestral Soul kemarin malam, Yan yang biasanya menghilang, mendadak muncul. Setelah itu, Yan mengatakan beberapa informasi mengenai Suku Nine-tail di zaman kuno…      

"Di zaman kuno, Suku Nine-tail juga merupakan penguasa di Dunia Iblis. Pada saat itu, total ada tiga praktisi papan atas Tingkat Reincarnation di suku mereka … kekuatan mereka sebanding dengan Klan Kunpeng dan Klan Nine Phoenix, serta klan-klan penguasa lainnya." Yan menjelaskan secara tergesa-gesa.      

"Tiga praktisi Tingkat Reincarnation…" Lin Dong membelalakkan matanya. Kekuatan seperti itu memang mengerikan.      

"Ketika dunia mengalami bencana berskala besar di masa lalu, Suku Nine-tail berpihak pada sisi Masterku, dan memberikan kontribusi yang besar di perang dunia. Namun, Suku Nine-tail akhirnya juga diincar oleh Yimo. Para praktisi papan atas di suku mereka dibunuh sampai tidak banyak yang tersisa. Di pertarungan terakhir, roh rubah wanita di Suku Nine-tail terakhir akhirnya mengorbankan nyawanya untuk menyegel dan membelenggu tiga Yimo level Raja…"      

"Membelenggu Yimo level Raja…"      

Semua orang dapat menebak dari mata Lin Dong kalau dia sangat terpengaruh oleh informasi tersebut. Ketika berada di Kota Fiery Flame, tak hanya Qing Zhi memaksakan diri untuk menggunakan King Destroying Heavenly Plate, tetapi dia juga membutuhkan bantuan empat Simbol Leluhur untuk menghancurkan satu Yimo level Raja. Meskipun demikian, Yimo level Raja satunya berhasil kabur dengan membawa beberapa esensi darah Yimo level Raja yang diserang Qing Zhi. Namun, rupanya leluhur Suku Nine-tail mampu mengandalkan kekuatannya sendiri untuk membelenggu tiga Yimo level Raja. Meskipun wanita itu sampai mengorbankan nyawanya, tetapi kekuatannya masih bisa dianggap sangat mengerikan.      

"Kurasa alasan mengapa Suku Nine-tail tidak bisa kembali berjaya adalah karena hal itu." Yan berpikir.      

Lin Dong memicingkan matanya.      

"Kau memang sebaiknya memasuki Aula Ancestral Soul dan mencari tahu apa yang sedang terjadi di sana…" kata Yan. Namun, Lin Dong mampu merasakan sesuatu yang aneh dari ucapan Yan.      

"Apa ada lagi yang mau kaukatakan?" Lin Dong adalah orang yang cermat, dan dia segera mengutarakan kecurigaannya.      

"Heh heh, leluhur Suku Nine-tail ini sangat mencintai Devouring Master di zaman kuno … Sebagai pewaris Devouring Ancestral Symbol, mungkin kau akan bisa mengambil beberapa keuntungan."     

Lin Dong tercengang. Rupanya pernah ada kejadian seperti itu? Tampaknya pemilik Devouring Ancestral Symbol di zaman kuno memang cukup menawan. Dia bahkan dapat menaklukkan leluhur Suku Nine-tail.      

"Apa kau yakin kalau Devouring Master tidak mengecewakan orang itu di masa lalu?" Lin Dong sontak bertanya. Dia tidak ingin menerima perlakuan buruk karena Devouring Ancestral Symbol ketika saat itu tiba.      

"Romansa apa yang bisa terjadi di masa lalu? Kalau kita sampai kalah di perang dunia, segala sesuatu di dunia ini bakal menderita di bawah kekejaman Yimo … Siapa memangnya yang tidak mempertaruhkan nyawa mereka demi bertarung melindungi orang yang mereka cintai?" kata Yan.      

Lin Dong perlahan-lahan mengangguk. Di saat seperti itu, bahkan dendam pribadi juga bakal lenyap sepenuhnya…      

"Dik Lin Dong."      

Sebuah suara mendadak terdengar di dekatnya ketika Lin Dong dan Yan berbincang. Dia mendapati Bibi Xin, Xin Qing, dan beberapa sesepuh Suku Nine-tail menatap ke arahnya.      

"Ayo kita pergi."      

Lin Dong mengangguk ketika menyaksikan sosok mereka. Dia bergerak, lalu muncul di samping mereka.      

"Dik Lin Dong, apa kau yakin bakal melakukannya? Aula Ancestral Soul sangat berbahaya. Tidak ada seorang pun yang berhasil keluar dalam kondisi selama selama bertahun-tahun terakhir ini…" Bibi Xin memandang Lin Dong, sontak memperingatkannya.      

"Bibi Xin, tolong pandu jalannya." Lin Dong tersenyum, tidak mengatakan apapun.      

Bibi Xin menghela napas perlahan setelah menyaksikan respon Lin Dong. Tanpa menunggu lebih lama, dia berbalik, lalu memandu jalan. Mereka langsung menuju ke area paling dalam di desa Nine-tail.      

"Tenang, semuanya akan baik-baik saja." Lin Dong nyengir pada Xin Qing yang terus menatapnya sejak awal. Wanita muda itu sedikit mengatupkan bibirnya yang mungil, lalu mengangguk singkat.      

Kelompok itu mengikuti di belakang Bibi Xin dan menuju ke bagian terdalam di desa Nine-tail. Perjalanan mereka terus berlanjut selama 30 menit, dan puing-puing bangunan terlihat di dalam hutan lebat. Ada altar besar di bagian tengah puing-puing tersebut.      

Bibi Xin memimpin kelompok, kemudian mereka berjalan menaiki altar. Sebuah platform batu terletak di tengah altar. Bibi Xin lantas mengepalkan tangannya, lantas sebuah patung perunggu seukuran telapak tangan muncul di sana.      

Patung perunggu itu berupa rubah merah darah. Namun, terdapat sembilan ekor yang menari-nari di belakangnya. Meskipun patung itu bukan sosok nyata, tetapi Lin Dong masih bisa merasakan aura iblis mengerikan darinya.      

Tampaknya bagian terpenting dari Aula Ancestral Soul adalah patung rubah perunggu. Altar itu pasti merupakan sesuatu yang menyokongnya.      

"Apa kalian berdua sudah siap?" Bibi Xin menatap Lin Dong dan Xin Qing, lalu bertanya.      

"Ya." Mereka berdua menghirup napas dalam-dalam dan mengangguk.      

Bibi Xin juga mengangguk menatap respon mereka. Dia meletakkan patung perunggu di platform batu, lalu menjentikkan jarinya. Sebuah bola merah darah seketika muncul dan menguarkan bau pekat darah.      

"Benda ini adalah darah dari seluruh anggota Suku Nine-tail kita … dan Aula Ancestral Soul hanya bisa dibuka melalui cara ini. Namun … tiap kali Aula Ancestral Soul dibuka, maka akan menghabiskan banyak sekali energi patung perunggu. Kemungkinan sekarang adalah terakhir kalinya kita bisa membuka aula itu. Setelah itu, patung perunggu akan hancur…" Xin Qing menjelaskan lembut di samping Lin Dong.      

Lin Dong mengangguk singkat. Kemungkinan sekarang memang kesempatan terakhir bagi Suku Nine-tail Xin Qing.      

"Bzzt! Bzzt!"      

Roh rubah berekor sembilan berwarna merah darah seakan kembali terbangun ketika bola darah itu mendarat di patung perunggu. Roh rubah itu lantas meraung panjang menghadang langit. Awan-awan gelap saat ini berkecamuk di langit, dan bola darah itu menjadi sinar cahaya merah darah yang akhirnya dihisap memasuki mulut rubah berekor sembilan.      

"Aoo!"      

Raungan terkesan dari zaman kuno itu mengandung nuansa suram saat menggema di daratan. Roh rubah ekor sembilan di altar seolah menatap Lin Dong dan para praktisi lainnya. Sinar cahaya merah darah lantas terlontar dari mulutnya. Cahaya itu lalu berubah menjadi pintu raksasa berwarna merah di depan mereka.      

"Silakan masuk. Tempat ini adalah Aula Ancestral Soul." Kedua tangan Bibi Xin terkepal erat saat dia berbicara dengan lembut.      

"Tuan Lin Dong, kau harus masuk bersama-sama denganku. Karena kalau tidak, kau akan terhempas keluar." Xin Qing menatap Lin Dong, lalu mengulurkan tangannya yang mungil serta lembut. Lin Dong ragu-ragu sesaat sebelum meraihnya. Ada nuansa sedingin es terasa di tangannya, mempertandakan rasa khawatir dan cemas di hati Xin Qing.      

"Ayo pergi."      

Lin Dong nyengir padanya. Tanpa merasa ragu-ragu lagi, dia mulai melangkah, dan mengajak Xin Qing. Mereka lantas melewati pintu merah darah.      

"Bzzt!"      

Pintu merah darah itu beriak-riak, dan sinar cahaya menyapu ke sosok mereka berdua. Tak lama kemudian, pintu itu bergetar, dan duo Lin Dong lenyap…     

Bibi Xin dan para praktisi lainnya menyaksikan saat dua orang itu menghilang. Sesaat kemudian, mereka perlahan-lahan mengepalkan tangan masing-masing dan terus bergumam. "Leluhur, tolong lindungi harapan terakhir dari Suku Nine-tail kami."      

Sementara mereka menggumam pelan, tak ada seorang pun yang menyadari kalau patung rubah Nine-tail di altar itu menatap pintu merah darah dengan sorot sedih yang samar-samar terpancar di matanya.      

....     

Ketika melangkah memasuki pintu merah darah, Lin Dong bisa merasakan gejolak energi spasial yang sangat kuat. Sesaat kemudian, sinar cahaya merah darah di depannya mendadak semakin terang, sampai akhirnya meredup cepat. Indera penglihatan Lin Dong juga segera kembali pulih, dan Yuan Power mulai berputar cepat di dalam badannya.      

Lin Dong menatap ke area sekitar, tetapi rupanya tidak ada marabahaya seperti yang sudah dibayangkan olehnya. Lautan merah darah yang sangat luas tampak di depan matanya. Saat ini, mereka sedang berdiri di sebuah jalan di atas lautan luas, dan tampaknya ada sebuah arena melingkar yang cukup besar di ujung jalan tersebut.      

Mata jernih Xin Qing menatap arena melingkar di ujung jalan. Dia bergegas melepaskan tangan Lin Dong, lantas segera mendekatinya. Xin Qing dapat merasakan kalau terdapat sesuatu dari zaman kuno memanggilnya, dan isyarat itu berasal dari sana.      

Lin Dong mengikuti tak jauh di belakang Xin Qing. Pandangannya terus diedarkan ke sekitar dunia merah darah tersebut. Sementara itu, pusaran cahaya hitam dan sambaran kilat diam-diam berpendar serta menari-nari di kedua tangannya yang tersembunyi di balik lengan baju.      

Mereka berdua tiba dalam waktu singkat di arena melingkar. Sesaat kemudian, Lin Dong menyaksikan kalau terdapat sebuah patung batu berukuran ribuan meter berdiri di bagian tengah arena tersebut. Patung batu itu rupanya roh rubah berekor sembilan. Namun, auranya berkali-kali lipat lebih kuat dibandingkan patung perunggu barusan. Meskipun Lin Dong sekarang menatapnya dari kejauhan, tetapi dia masih bisa merasakan kalau hatinya berdegup kencang.      

"Dia adalah leluhur kami…" Xin Qing menatap patung batu itu, lantas sorot berapi-api terpancar di matanya.      

"Benda ini adalah kerangka leluhur kami."      

Lin Dong agak terkejut. Rupanya benda itu bukanlah patung batu. Alih-alih, ternyata kerangka roh rubah ekor sembilan yang sebenarnya … Pantas saja benda itu menguarkan aura yang mengerikan.      

Xin Qing menambah kecepatan. Sesaat kemudian, dia berhenti ketika masih berjarak ribuan meter dari kerangka roh rubah ekor sembilan, kemudian berlutut. Kedua tangan Xin Qing lantas membentuk segel aneh, dan tiga ekor berbulu keluar menjalar dari punggungnya.      

Lin Dong berdiri di belakang Qin Xing, terdiam menyaksikan peristiwa tersebut.      

Sebuah lagu kuno dan asing mendadak terdengar dari mulut Xin Qing setelah dia melakukan hal barusan. Lagu kuno itu menggema di seluruh dimensi, dan saat itu, mereka berdua seolah kembali ke zaman kuno.      

"Bzzt! Bzzt!"      

Saat lagunya menggema, Lin Dong bisa merasakan kalau Yuan Power di area tersebut mulai berkecamuk. Sesaat kemudian, cahaya-cahaya merah darah mulai berkumpul di kerangka roh rubah ekor sembilan.     

Cahaya merah darah berkumpul cepat, segera bertransformasi menjadi sosok manusia. Sebuah sosok wanita bercahaya muncul setelah sinar-sinar cahaya itu lenyap. Wanita itu mengenakan pakaian yang indah, penampilannya sangat menggoda. Tiap kerutan dahi serta senyumannya seakan mampu membuat dunia terasa agak suram.      

"Leluhur…"     

Xin Qing menatap ke arah sosok bercahaya yang teramat menggoda itu, sementara air mata sontak mengalir keluar dari matanya.      

"Anggota sukuku…"     

Sosok wanita bercahaya itu tampak ramah ketika dia menatap Xin Qing yang berada di bawah. Setelah itu, dia perlahan-lahan mengulurkan tangannya yang mulus dan ramping. Suara lembutnya dipenuhi dengan pesona yang mencengangkan.      

"Terimalah warisanku. Aku sudah menunggu kedatanganmu sejak lama…"     

Xin Qing perlahan-lahan mengulurkan tangan mungilnya saat menatap sosok bercahaya di depannya. Namun, ketika dia hendak menyentuh sosok wanita bercahaya, sebuah tangan tiba-tiba meraihnya dari belakang dan menghentikannya.      

Xin Qing terkejut karenanya. Dia segera menatap ke arah Lin Dong yang sekarang memperlihatkan ekspresi mengerikan dengan sorot tak paham. "Tuan Lin Dong…"      

Lin Dong mengabaikannya. Pemuda itu hanya menatap lekat pada wanita yang sangat menggoda tersebut. Sesaat kemudian, Lin Dong menarik Xin Qing dan mereka perlahan-lahan mundur. Sebuah kalimat yang membuat sosok Xin Qing mendadak berubah sedingin es lantas terdengar dari mulut Lin Dong.      

"Kau bukan roh rubah ekor sembilan…"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.