Ilmu Pengguncang Alam Semesta

Serangan Iblis



Serangan Iblis

0Penurunan takhta yang direncanakan di Istana Kegelapan sudah berhasil ditahan oleh kemunculan Lin Dong yang tepat waktu, serta kehebatan Qingtan sebelum sampai lepas kendali.      

Kondisi itu tak hanya membuat Istana Kegelapan tetap bersatu, melainkan juga membiarkan Qingtan mengokohkan kuasa akan kekuatannya. Dengan begitu, dia akan menjadi Master Istana Kegelapan yang sebenarnya. Tentu saja, jika menimbang posisi Istana Kegelapan di Benua Xuan Utara, tidak salah apabila memanggilnya Ratu Benua Xuan Utara.      

Situasi itu bukanlah sesuatu yang pernah dimimpikan Lin Dong. Dia tidak pernah mengira kalau hari di mana pengikut ciliknya akan melakukan pencapaian yang bisa membuatnya tak mampu berkomentar apapun bakal tiba.      

Namun, pencapaian-pencapaian itu membuat Lin Dong tidak berdaya. Dia hanya berharap Qingtan tetap menjadi dirinya seperti di masa lalu—gadis imut, konyol, dan manja yang akan bersukacita seharian penuh…     

Walaupun demikian, sekarang sudah tidak ada yang bisa diubah, dan Lin Dong hanya bisa menerima kenyataan. Terutama ketika dia hendak marah. Gadis itu bakal segera memperlihatkan raut kesal, lalu pasrah akan segala omelan atau pukulan yang akan diterimanya. Sebagai akibatnya, mereka berdua bakal tertawa, dan suasana hati Lin Dong membaik. Makanya, dia hanya mampu membiarkan urusan mengenai hukuman final untuk Qingtan.      

Pada akhirnya, kejadian yang membuat Lin Dong menghela napas lega adalah paling tidak, masih ada perasaan tulus yang tetap muncul di hatinya ketika berhadapan dengan Qingtan. Perasaan tulus itu yang menjadi alasan utama mengapa Lin Dong membiarkan Qingtan yang berakting dengan buruk untuk terus berbuat konyol di masa lalu.      

Walaupun Lin Dong sangat memanjakannya, tetapi apabila Qingtan menggunakan taktik licik pada siapapun yang dekat dengan gadis itu, Lin Dong bakal benar-benar kecewa dengannya. Kondisi itu merupakan perbuatan tabu terbesar bagi pemuda tersebut.      

Setelah upacara pemujaan berakhir, Lin Dong menghabiskan hari-hari setelahnya untuk beristirahat di Kota Darkness. Dengan situasi di Istana Kegelapan yang baru saja stabil, Qingtan jelas punya banyak urusan yang harus dibereskan. Sebagai hasilnya, mustahil Lin Dong bisa mengajaknya pergi secara paksa.      

Saat ini, dia hanya bisa menunggu Qingtan untuk menyelesaikan semua urusannya.      

…     

Beberapa rumah bambu berdiri di hutan bambu yang terpencil. Pemandangan yang jelas terlihat menembus hutan hijau gelap membuat siapapun merasa santai dan rileks.      

Lin Dong sedang berbaring di depan rumah bambu sambil menyelipkan daun bambu di sela-sela bibirnya. Sinar matahari hangat menyinari badannya, membuatnya merasa malas-malasan. Setelah berbaring selama beberapa saat, dia akhirnya beringsut duduk, dan melihat ke depan di mana seorang wanita cantik berbaju putih sedang memegang pedang sepanjang 1,5 meter. Saat pedang itu menari-nari pelan, sosoknya yang elegan tampak seperti kupu-kupu. Pergerakannya tampak sangat indah dan mampu membuat jantung siapapun berdebar.      

Menonton seorang wanita memperlihatkan tarian pedang terasa sangat memanjakan mata, terutama ketika wanita itu memiliki penampilan yang teramat cantik.      

Lin Dong tidak mampu mengalihkan pandangan matanya dari siluet sosok cantik tersebut. Wanita itu tampaknya sudah menyadari tatapan Lin Dong. Sambil menghentakkan pedangnya pelan dan ketukan ujung jarinya yang lirih, belasan daun bambu melesat ke arah Lin Dong seperti kilau-kilau pedang yang tajam.      

Lin Dong tetap tidak bergerak dan membiarkan dedaunan bambu tajam itu melewati badannya, kemudian meninggalkan bekas yang dalam di tanah di sekitarnya.      

Ling Qingzhu menyimpan pedangnya. Dia mendekat dan menggeleng tak berdaya ketika menatap Lin Dong. Ada banyak ilmu bela diri yang ditempa olehnya demi mencapai kondisi mental yang tenang serta tidak beriak, dan Ling Qingzhu tergolong bangga dengan kegigihan mentalnya. Bahkan para praktisi hebat yang memimpin pasukan luar biasa juga tidak mampu membuatnya panik. Satu-satunya pengecualian adalah pria di depannya. Hanya dengan sekali tatapan mata Lin Dong, Ling Qingzhu tidak mampu menenangkan hati karenanya.     

Sebenarnya selama ini Ling Qingzhu berlatih untuk apa?      

Lin Dong memandang ekspresi Ling Qingzhu dan sontak terkekeh, "Duduk dan beristirahatlah. Kau pasti lumayan lelah setelah mengikutiku melewati jarak yang jauh ke Benua Xuan Utara, 'kan?"      

Ling Qingzhu agak ragu-ragu. Dia menyapu tanah secara pelan dengan kedua tangannya yang seputih bunga lili, lantas duduk pelan di depan rumah bambu. Tak lama kemudian, dia mengulurkan tangannya yang ramping untuk menghadang sinar cahaya matahari yang menembus sela-sela dedaunan bambu. Panas cahaya matahari yang mengenai tangannya membuat sorot dingin dan penyendiri yang terpancar di matanya perlahan-lahan menjadi lebih lembut. Dia agak menoleh dan memandang wajah Lin Dong yang tidak bersemangat. Sambil menggigit bibirnya pelan, Ling Qingzhu terdiam cukup lama, dan mendadak bertanya, "Apa kau tidak menanyakan tentang Zenith Sensing Art karena aku melarangmu?"      

Lin Dong tertegun karena pertanyaan tiba-tiba Ling Qingzhu. Tak lama setelahnya, dia menoleh memandang wajah cantik Ling Qingzhu yang tertutupi kain. Ketika melihat pemuda itu lurus memandangnya, Ling Qingzhu malah mengalihkan tatapan matanya.      

"Kau pasti punya alasanmu sendiri mengapa memintaku tidak menanyakannya."      

Lin Dong terkekeh dan memandang Ling Qingzhu. Wanita itu menunduk ketika mendengar ucapannya. Sesaat kemudian, Lin Dong berujar, "Selain itu, ada bagian di diriku yang berharap aku tidak bisa mempelajarinya. Masih ada beberapa hal yang … aku takut aku tidak mampu melakukannya."      

Ling Qingzhu menyahut, "Nine Heavens Supreme Purity Palace berhutang budi padamu. Tentu bukan hal yang tidak masuk akal, bahkan seandainya kau ingin bilang ingin mempelajari Zenith Sensing Art."      

"Jika Nine Heavens Supreme Purity Palace-mu berhutang budi pada orang lain, apa kau mau mengajari mereka?" Lin Dong menanggapi sambil memandang Ling Qingzhu.     

"Kau!"      

Mata Ling Qingzhu yang agak dingin segera dipenuhi dengan sorot marah. Dia segera berdiri dan berusaha pergi karena merasa kesal. Tapi, Lin Dong tiba-tiba meraih dan menyentuh tangannya.      

Memegang tangan Ling Qingzhu seperti menyentuh giok yang sempurna—terasa lembut dan gemulai, dengan nuansa yang dingin. Perasaan itu membuat siapapun enggan berpisah dengannya.      

Badan mereka saat ini seakan membeku. Ling Qingzhu jelas tidak menyangka perlakuan seperti itu dari Lin Dong. Dia awalnya tertegun, tetapi segera berusaha menarik kembali tangannya kemudian. Akan tetapi, Lin Dong bereaksi dengan menggenggamnya lebih erat, sehingga membuat upaya Ling Qingzhu sia-sia belaka.      

"Kau—Apa yang kaulakukan?!" Saat ini, hati Ling Qingzhu sudah kelewat panik, dan dia segera menghardiknya.      

Lin Dong terus saja menggenggam tangan Ling Qingzhu. Dia tidak melakukan hal lain, tetapi hanya menyunggingkan senyum. "Jadi apalagi yang akan kau lakukan untuk menghentikanku?"      

Ling Qingzhu menggertakkan giginya pelan. Nuansa hangat di tangannya membuat Ling Qingzhu merasa agak lemah. Tak lama setelahnya, dia menoleh dan memandang wajah Lin Dong yang sedang tersenyum. Hingga akhirnya, wanita itu menghela napas dalam hati dan berhenti memberontak.      

Hutan bambu itu sangat hening di bawah sinar cahaya matahari. Dua sosok tampak saling berpegangan tangan, satu duduk, sedangkan satu lagi dalam posisi berdiri. Cahaya seakan membentuk lingkaran di antara dua sosok itu, lalu menciptakan pemandangan yang teramat tenang.      

Kejadian itu seakan terjadi untuk selamanya, hingga terdengar suara langkah kaki di kejauhan. Suara Qingtan terdengar dari sana, "Kak Lin Dong!"      

Suara tersebut seketika memecahkan keheningan. Ling Qingzhu bergegas menarik tangannya dari genggaman Lin Dong dan minggir ke salah satu sisi. Dia tidak memandang ke arah Lin Dong, tetapi rona merah sudah muncul di wajahnya.      

Lin Dong terkekeh seakan dia ingin terus melakukannya, lalu akhirnya berdiri. Sosok imut terbang mendekat dari kejauhan, lalu menerjang ke pelukannya seperti burung layang-layang yang kelaparan.      

Di belakang Qingtan, terdapat beberapa praktisi Istana Kegelapan. Namun setelah menyaksikan kejadian itu, mereka bergegas menunduk, dan mundur dengan berhati-hati.      

Lin Dong memandang ke arah gadis yang mengenakan rok hitam di pelukannya, dan mengusap kepala mungilnya. "Sudah selesai dengan urusan hari ini?"      

"Kurang lebih begitu." Qingtan melemaskan badannya dengan malas dan memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sangat indah. Dia memeluk tangan Lin Dong dan terkekeh sambil berkata, "Apa Kak Lin Dong merindukanku?"      

"Memang sudah lama sekali, tapi apa maksudmu berkata demikian?" Lin Dong menggeleng, lalu tertawa. "Tapi, ayah dan ibu sangat merindukanmu. Cepat bereskan urusanmu, lalu ikutlah denganku kembali ke Benua Xuan Timur untuk bertemu ayah dan ibu."      

"Saat kita kembali, ayah pasti akan memperlihatkan ekspresi tidak sukanya, dan ibu bahkan bakal memukul pantatku. Kak Lin Dong, kau harus melindungiku." Qingtan ragu-ragu berkata dengan sikap ketakutan. Ketika dia berdebat dengan Liu Yan sebelum meninggalkan rumah di masa lalu…      

"Kau menuai apa yang sudah kau tanam. Kau hanya bisa menyalahkan dirimu sendiri dan menerima hukumanmu." Lin Dong menggeleng dan menyahut acuh.      

Ketika melihat bagaimana Lin Dong tidak terpengaruh akan ucapannya, ekspresi Qingtan seketika menjadi masam.      

Saat mendengar obrolan itu, Ling Qingzhu sontak menyunggingkan senyum.      

"Kak Qingzhu, apa kau hidup dengan nyaman di tempat ini?" Qingtan memandang Ling Qingzhu sambil tersenyum manis ketika dia bertanya.      

Ling Qingzhu merespon dengan senyum simpul dan mengangguk.      

Lin Dong memandang dua wanita yang sedang mengobrol dan tidak mengusik mereka. Sesaat kemudian, dia menarik Qingtan mendekat. "Qingtan, ada sesuatu yang perlu kutanyakan padamu. Kau tahu tentang Yimo, 'kan?"      

"Kalau begitu, apa kau sudah menemukan jejak Yimo di Benua Xuan Utara?" Lin Dong bertanya. Yimo sudah sangat aktif di Benua Xuan Timur, maka mustahil jika tidak ada aktivitas apapun di Benua Xuan Utara, 'kan?      

Qingtan mengernyitkan alisnya dan berpikir. Dia lantas menggelengkan kepalanya. "Istana Kegelapan kami adalah penguasa Benua Xuan Utara. Setelah bertahun-tahun lalu, tentu kami pernah bertarung melawan Yimo-yimo jahat itu, tetapi tidak ada kejadian yang terlalu mengejutkan."      

Lin Dong diam-diam merasa terkejut. Jangan-jangan Benua Xuan Utara sangat bersih? Jika mengingat betapa mengerikan metode yang digunakan Devil Prison yang bisa membuat mereka menginvasi Klan Celestial Demon Marten, tidak peduli betapa kuat Istana Kegelapan, mereka tidak akan bisa mendesak Devil Prison hingga tidak berdaya, 'kan? Jangan-jangan Yimo sudah bersikap sangat waspada karena Darkness Ancestral Symbol?      

Karena tidak mampu mencapai kesimpulan yang jelas, Lin Dong hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mengesampingkan masalah itu untuk sementara waktu.      

Karena Qingtan sudah menyelesaikan masalah internal di Istana Kegelapan, maka dia tinggal di sana bersama mereka. Malam hari akhirnya tiba dengan cepat saat trio itu terlibat dalam percakapan yang hangat. Qingtan seakan menjadi sangat malas-malasan ketika dia berada di samping Lin Dong. Sambil disinari oleh cahaya bulan, Qingtan langsung tertidur lelap di pelukan Lin Dong.      

Lin Dong memandang Qingtan yang berbaring di kakinya seperti anak kucing. Sambil tersenyum, dia menggendongnya dan memindahkannya ke kasur di rumah bambu. Baru setelah memastikan kalau Qingtan terlelap, Lin Dong segera diam-diam meninggalkan rumah bambu.      

Di bawah sinar matahari, Ling Qingzhu berdiri dengan sikap yang tampak sederhana, tetapi terkesan elegan. Dia memandang Lin Dong berjalan keluar dan mendadak berkomentar dengan suara pelan, "Qingtan benar-benar menyayangimu."      

"Dia sudah bersikap seperti itu sejak masih kecil." Lin Dong menjawab sambil mengangguk.      

Ling Qingzhu menatapnya. Tepat ketika dia hendak berbicara lagi, ekspresi mereka berdua mendadak agak berubah. Saat mendongak, mereka berdua melihat sebuah siluet hitam sedang berdiri diam di bambu di bawah bulan sabit. Sepasang mata hitam itu tampak sangat aneh di bawah cahaya bulan.      

Lin Dong menatap siluet itu, pupilnya agak berkedut.      

"Hehe, kau Lin Dong yang disebut oleh Fourth Seat King, 'kan?" Sosok hitam itu memandang Lin Dong dan bertanya sambil terkekeh pelan.      

"Dan kau adalah anggota Devil Prison yang patut disegani yang mana?" Lin Dong bertanya dengan tertawa acuh.      

Sosok hitam itu agak menengadahkan kepalanya. Di bawah cahaya bulan, sebuah wajah berhiaskan rune iblis tampak di sana. Dia menyeringai dan memperlihatkan sederet gigi putih mencekam yang menguarkan aura menyeramkan.      

"Aku adalah Seventh Seat King, dan aku kemari untukmu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.