Ilmu Pengguncang Alam Semesta

Tawaran Tubuh Gadis Cantik



Tawaran Tubuh Gadis Cantik

0Di kamarnya, Lin Dong duduk di tempat tidur dengan kedua alis yang tertaut. Mengalahkan Luo Shan hingga dia babak belur memang membuatnya merasa agak lega, tapi apa yang dia lakukan justru memperburuk situasi. Jika menimbang sikap Bloody Vulture Martial Dojo yang mendominasi dan mencolok, pasti aksi yang dilakukan Lin Dong akan memprovokasi mereka. Tak peduli bagaimanapun caranya, mereka pasti tak akan membiarkan masalah ini selesai begitu saja.     

"Form Creation Tingkat Akhir…"     

Tangan Lin Dong mengusap dagunya perlahan. Kekuatannya saat ini berada pada level Form Creation Tingkat Awal. Tapi jika digabung dengan Symbol Master Segel Empat dan Bronze Thunder Body, seharusnya dia mampu bertarung melawan seorang praktisi Form Creation Tingkat Akhir.     

"Wang Yan seharusnya juga ada di level yang sama…" Lin Dong mencoba mengingat pertarungan pertamanya melawan Wang Yan. Apabila keberuntungan saat itu tak berpihak padanya, Lin Dong pasti sudah kalah telak di tangan lawan. Saat itu, Form Creation Tingkat Akhir terlihat sangat kuat. Tapi sekarang, kekuatan di level itu sudah berada dalam jangkauannya.      

Tentu saja, apabila membicarakan kekuatan, Lin Dong tidak yakin pemimpin Bloody Vulture Martial Dojo bisa dibandingkan dengan Wang Yan. Semua ilmu bela diri rahasia, ilmu bela diri dan Soul Treasure yang dimiliki Wang Yan adalah level atas. Seandainya seorang pemimpin sebuah dojo bela diri bisa menandingi kemampuan pemuda terpilih dari Klan Wang, maka kemampuan jenius dari Klan Wan perlu diragukan.     

"Jika aku yang sekarang kembali bertarung melawan Wang Yan, pasti aku tak akan berakhir kalah dan babak belur seperti dulu," kata Lin Dong sambil agak mengeratkan kepalan tangannya. Meskipun baru setengah tahun sejak pertarungannya terdahulu, tapi kekuatannya telah melonjak pesat.     

"Tok tok!"     

Saat memikirkan hal tersebut, Lin Dong tiba-tiba mendengar suara ketukan di pintu kamar. Tak lama kemudian, suara lembut Jiang Xue terdengar dari luar.     

"Silakan masuk." Ketika mendapati bahwa Jiang Xue mendatanginya selarut ini, Lin Dong terkejut. Dia lantas buru-buru menjawab.     

"Krieet."     

Pintu kamar didorong hingga terbuka dan cahaya bulan memasuki kamar dari celah pintu. Tak lama kemudian, muncul sosok wanita cantik yang melangkah dengan perlahan. Sosok itu bermandikan cahaya bulan saat melangkah masuk ke dalam kamar.     

Lin Dong menatap ke arah Jiang Xue yang masuk ke dalam kamarnya. Pemuda itu menjadi kehilangan kata-kata. Sorot tercengang terpancar dari matanya.     

Jelas Jiang Xue malam ini sengaja mempercantik dirinya. Wanita itu mengenakan gaun berwarna hijau dan dilapisi kain ungu. Parasnya cantik seperti lukisan. Kulitnya seputih salju dan rambutnya yang halus terurai hingga ke pinggangnya yang langsing. Terlebih lagi, saat dia berdiri, pipinya merona disinari cahaya bulan. Dia terlihat sangat cantik dan menakjubkan.     

Saat dipandang dengan begitu intens oleh Lin Dong, rona merah di wajah cantik Jiang Xue makin terlihat jelas. Dia lantas menutup pintu kamar hingga tertutup erat. Sementara itu, terdapat tumpukan baju yang terlipat rapi dan bersih di kedua tangannya yang seputih salju.     

"Nona Jiang Xue…" Lin Dong terbatuk pelan. Dia menjadi salah tingkah. Pria dan wanita berdua saja di kamar selarut ini … bukanlah hal yang pantas.     

"Baju ini adalah baju ganti yang bersih untukmu…" kata Jiang Xue sambil meletakkan baju bersih dan rapi di meja. Suaranya lembut dan kepalanya agak menunduk. Cahaya terlihat menyinari pipinya yang sekarang merona.     

"Biarkan pelayan saja yang mengantarkan. Bagaimana bisa aku menyusahkan Nona Jiang Xue untuk urusan seperti ini." Lin Dong memaksakan diri untuk tertawa. Tak lama kemudian, dia memandang Jiang Xue dan berkata, "Jika nona Jiang Xue ingin mengatakan sesuatu, silakan saja."     

Ketika mendengar ucapan Lin Dong, ekspresi Jiang Xue berubah menjadi agak kaku. Wajah cantiknya terlihat agak muram dan dia diam beberapa saat. Tak lama kemudian, suara lembut itu terdengar, "Bloody Vulture Martial Dojo telah mengirimkan tantangan ke Eagle Martial Dojo. Berdasar aturan dojo ilmu bela diri, kami tidak bisa menolak tantangan dari mereka. Kalau kami menolak, maka reputasi dojo akan hancur. Maka dari itu, dua hari lagi, ayah akan bertarung dengan Luo Jiu, pemimpin Bloody Vulture Martial Dojo, di arena pertarungan Kota Elang Agung. Pertarungan ini akan menentukan nasib dari dua dojo. Jika ayah kalah, maka Eagle Martial Dojo akan dibubarkan…"     

Aroma bunga tercium tipis di kamar yang senyap, bersamaan dengan niat samar dari Jiang Xue.     

"Ibu meninggal terlalu cepat, sehingga selama beberapa tahun terakhir ini ayahlah orang yang membesarkanku dan Yinyin. Beberapa saat setelahnya, kami datang ke Kota Elang Agung dan mendirikan Eagle Martial Dojo di sini. Dojo ini adalah hasil darah dan keringat Ayah selama beberapa tahun. Jika dojo ini dibubarkan, ayah pasti akan merasa sangat kehilangan. Aku tak ingin melihat ayahku jadi orang yang tak berdaya…"     

Jiang Xue menggigit lembut bibirnya yang merah, dan matanya mulai berkaca-kaca. Suara lembutnya terdengar tak berdaya dan sangat terpukul.     

"Maka dari itu, aku berharap kau bisa membantu kami. Aku paham kalau permintaan ini sangat membebani dan bahkan bisa sangat membahayakanmu. Tapi … aku tak punya pilihan lain. Sekarang ini ayah bukan tandingan Luo Jiu, dan dia pasti akan kalah kalau nekat masuk ke arena pertarungan."     

Raut wajah Lin Dong tak terlalu terkejut. Jelas bahwa dia sudah menunggu permintaan dari Jiang Xue sejak lama.     

"Tuan muda Lin Dong, jika kau bisa mencegah Eagle Martial Dojo dibubarkan, maka Xue-er rela menjadi budak atau pelayanmu!" Jiang Xue memandang ke arah Lin Dong yang terlihat tenang, dan tiba-tiba mengambil napas dalam-dalam. Tangannya yang seputih bunga lili lantas melepas ikatan di pinggang, dan membuat gaunnya melorot ke bawah. Dalam sekejap, sosok telanjang yang sangat cantik seperti giok putih terlihat di kamar yang terkunci rapat.     

Kejadian yang terlalu cepat ini membuat raut wajah Lin Dong yang awalnya tenang seketika berubah. Dia cuma bisa tercengang memandangi sosok seputih salju yang tidak mengenakan baju di depannya.     

Sosok Jiang Xue tinggi dan terbentuk dengan baik. Pinggangnya yang langsing memang menggoda dan kulitnya seputih salju, atau giok. Halus, lembut, dan memesona. Sungguh wanita yang sangat cantik.      

Jika melihat dari sudut pandang pria, Lin Dong mau tak mau mengakui kalau domba kecil di depannya memang mempunyai pesona yang tidak bisa ditolak semua pria. Tapi dia bukan orang yang membiarkan nafsu menguasai pikirannya dengan mudah. Lin Dong menghela napas panjang, dan menoleh ke arah lain dengan enggan. Tak lama, suara Lin Dong yang agak serak terdengar.     

"Mengapa kau … malah melakukan ini…"     

Usai Lin Dong bersuara, dia lantas mendengar isakan tangis yang sangat lembut. Lin Dong seketika terkejut dan kembali memandang ke arah wajah Jiang Xue. Dia mendapati bulu mata lentik wanita tersebut bergetar. Air mata mengalir di wajah cantiknya dan menetes jatuh.     

"Aku tahu kalau apa yang kulakukan memang sangat tidak pantas. Tapi, aku tak punya pilihan lain. Jika … jika aku bisa melindungi dojo, maka baik itu menjadi budak atau pelayan, aku rela melakukannya. Dojo ini rumahku. Saat aku kecil, kami tak punya rumah dan hidup menderita. Aku tak ingin Yinyin kecil mengalami penderitaan yang sama."     

Suara Jiang Xue terdengar sangat pasrah dan tak berdaya. Sifatnya memang agak keras kepala, tapi saat menghadapi realita yang ada, dia cuma bisa memilih pilihan terkejam.     

Saat memandang wajah menangis Jiang Xue yang terlihat sangat indah dan menakjubkan, Lin Dong menghela napas perlahan-lahan. Lin Dong bisa memahami perasaan Jiang Xue karena dia pernah mengalami hal serupa. Setelah ayahnya yang perkasa menjadi jatuh terpuruk dalam keputusasaan, kejadian itu menyebabkan seluruh keluarganya juga ikut terjatuh.     

Lin Dong lantas mengambil selimut tipis dan dengan sekali gerakan cepat, dia menyelimuti sosok telanjang Jiang Xue. Apa yang baru saja dia lakukan mungkin bisa menyebabkan banyak pria di luar sana terbakar amarah. Lin Dong menatap ke arah Jiang Xue dan memaksakan diri untuk tersenyum. "Jika seorang wanita cantik sepertimu menyerahkan diri larut malam seperti ini, aku khawatir semua pria akan tergoda. Meskipun aku bukan malaikat tanpa nafsu duniawi, lalu apa bedanya antara diriku dan Luo Shan jika aku melakukan apa yang kauminta tadi?     

"Lagipula, setelah aku mengalahkan Luo Shan hari ini, kau cuma perlu diam-diam mempengaruhiku untuk melawan Bloody Vulture Martial Dojo. Mengapa kau sampai perlu melakukan ini?" kata Lin Dong sambil terkekeh.     

"Kalau aku menggunakan cara seperti itu, aku khawatir kau akan langsung pergi," jawab Jiang Xue pelan sambil menyeka air mata di wajahnya. Wanita ini memang cerdas dan tidak gegabah. Meskipun mereka belum kenal lama, dia bisa memahami sifat Lin Dong. Jiang Xue paham kalau pemuda di depannya bukan tipe orang yang bisa dipaksa. Semakin kau memaksanya, makin sedikit yang bisa kaudapatkan darinya.     

Lin Dong menatap dengan sorot tercengang ke arah Jiang Xue. Wanita ini memang cukup tajam.     

"Jangan terlalu dipikirkan. Kau telah membantuku keluar dari Hutan Kabut. Kau juga terbuka dan jujur padaku. Karena kau telah memperlakukanku seperti kawan, dan aku, Lin Dong bukan orang yang berdarah dingin. Kenyataan kalau aku hari ini menyerang Luo Shan berarti aku tak berniat untuk diam saja dan tak melakukan apa-apa…"     

Ketika mendengar ucapan Lin Dong, mata Jiang Xue yang awalnya berkaca-kaca kini terbelalak. Tangannya yang seputih bunga lili lantas mencengkram selimut tipis yang menutupi badannya. Dia kemudian duduk di salah satu sisi kursi yang lebar. Meskipun selimut itu cukup besar, lekukan tubuh wanita tersebut masih bisa terlihat. Saat Lin Dong membayangkan sosok sangat indah yang tertutup selimut, raut wajahnya menjadi agak berkedut. Sungguh siksaan baginya untuk berkomunikasi di situasi seperti ini.     

"Jadi maksud tuan muda Lin Dong … kau mau membantu Eagle Martial Dojo?" tanya Jiang Xue sambil menggigit bibir merahnya. Suara wanita itu terdengar agak berharap dan ragu-ragu, seakan-akan dia takut Lin Dong menolak permintaannya.     

"Huff, kau sudah muncul di depanku dalam kondisi seperti itu. Jika aku tak mengatakan di mana aku memihak, tak mungkin aku bisa keluar dari Eagle Martial Dojo dalam keadaan hidup. Seandainya murid-murid di sini tahu kalau aku sudah menodai kakak pertama yang sangat mereka hormati, aku bisa diburu dengan ganas," kata Lin Dong pura-pura pasrah.     

"Pfff!"     

Ketika mendengar penjelasan Lin Dong, Jiang Xue sontak menahan tawanya. Saat ini, senyum di wajah cantiknya terlihat tanpa beban dan mempesona seperti bunga yang sedang mekar.      

"Kenakan dulu bajumu. Seseorang bisa saja masuk tanpa izin…" kata Lin Dong sambil terbatuk pelan.     

"Bisakah tuan muda Lin Dong menutup mata terlebih dulu?" Wajah cantik Jiang Xue terlihat merona, dan suaranya sangat lirih hingga hampir tak terdengar.     

"Bukankah aku sudah melihat semuanya…" protes Lin Dong tanpa sadar. Dia buru-buru menutup mulutnya. Saat melihat wajah Jiang Xue yang memerah seperti lahar gunung berapi, dia lantas tertawa hampa dan buru-buru memejamkan kedua matanya.     

Saat Lin Dong menutup kedua matanya, dia bisa mendengar suara-suara kain bergesekan pertanda seseorang tengah mengenakan bajunya. Tak lama kemudian, aroma lembut mendekat ke arahnya. Sebelum bisa merespon, Lin Dong merasakan bibirnya bersentuhan dengan bibir yang lembut dan hangat.      

"Tuan muda Lin Dong. Jika kau merasa permintaanku terlalu merepotkan, maka aku tak akan menyalahkanmu. Aku hanya berharap kau mau membawa Yinyin dan pergi dari kota ini jika saatnya tiba. Terima kasih."     

Sensasi lembut tersebut menghilang dalam sekejap, dan suara lembut Jiang Xie terngiang di telinga Lin Dong. Jiang Xue segera berbalik dan membuka pintu kamar. Hanya tersisa aroma lembut saat wanita tersebut menghilang di bawah sinar bulan.     

Saat aroma lembut itu berangsur-angsur menghilang dari indra penciumannya, Lin Dong perlahan membuka mata dan menatap ke pintu. Dia lantas menghela napas pelan. Sepertinya kali ini dia memang harus turun tangan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.