Pejuang Troy [END]

Enam puluh lima



Enam puluh lima

0Troy terbangun dari tidurnya karena merasa haus dan lapar. Setelah berhasil mengumpulkan semua kesadarannya, Troy hanya mendapati dirinya seorang di kamar hotel ini, tidak ada orang yang semalam menemaninya tidur. Berjalan ke sekeliling kamar hotel, berharap menemukan seseorang, tapi nyatanya nihil. Ada sedikit perasaan takut dan khawatir yang mendatanginya, tapi dengan cepatnya dia singkirkan.     

Berusaha tenang, Troy berusaha menelepon nomor yang sudah sangat dihapalnya. Beberapa saat kemudian teleponnya tidak tersambung. Berulang kali Troy menekan nomor itu, tapi hasilnya sama. Dibukanya kontak telepon, memastikan kalau nomor yang dia tuju benar. Tak ada kontak dengan nama 'Fenita Darren' seperti yang terakhir diingatnya. Semua pesan yang belakangan mereka lakukan, panggilan yang masuk dan keluar ke nama kontak itu tidak ada. Bahkan semua foto yang pernah dia ambil pun tak ada.     

Segera Troy mengamati dengan seksama ruangan kamarnya. Tak ada barang milik Fenita yang tertinggal. Bahkan pakaian basah yang dikenakan oleh Fenita. Ketika Troy menghubungi resepsionis, tak ada penjelasan pasti tentang orang yang dimaksud oleh Troy.     

"Kamu kemana, Fe? Kenapa ninggalin aku?" dengan paniknya Troy segera mengemasi barangnya dan meninggalkan hotel. Kembali ke Canberra untuk mencari keberadaan istrinya.     

Karena tidak bisa fokus dan diburu waktu, beberapa kali Troy hampir saja celaka. Entah itu menabrak pengendara lain atau dia yang hampir menabrak pembatas jalan. Pikirannya benar-benar kacau saat ini. Dia berharap ada pintu rahasia yang bisa membawanya langsung menuju Canberra. Kalau perlu langsung menuju rumah keluarga Mayer secepatnya. Dan perjalanan dua jam ini terasa sangat lama dan menyiksa. Menghabiskan semua kesabarannya.     

Ketika sampai di Canberra, dia langsung menuju kediaman keluarga Mayer. Mencari Fenita yang mungkin sudah sampai disana lebih dulu. Karena Troy tidak tahu kapan Fenita meninggalkan dirinya di hotel.     

"Maaf, Sir, tapi Nona kami tidak ada di rumah untuk saat ini." Brendan berusaha tetap menjaga sikapnya di depan tamu yang tidak sopan itu.     

Berulang kali Troy memaksa sang kepala pelayan agar dia diperbolehkan melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Fenita benar-benar tidak ada di dalam rumah, tapi sang kepala pelayan tetap tidak mengijinkannya. Tentu saja itu membuat Troy frustasi. Karena bisa saja Fenita menyuruh Brendan untuk mengatakan hal itu ketika dia datang. Usaha untuk menghindari bertemu dengan Troy.     

"Aku mohon Brendan, biarkan aku melihatnya sendiri. Setelah itu aku akan keluar dari rumah ini." usaha terakhir Troy untuk bisa mengeceknya sendiri.     

"Sudah saya katakan berulang kali, Miss Mayer tidak ada di rumah ini. Memang tadi pagi beliau kembali, tapi setelah itu Paul mengantarnya pergi dengan dua koper besar." jelas Brendan, mulai mencurigai sesuatu. "Apa telah terjadi sesuatu, Sir?"     

Membawa dua koper besar? Itu bisa diartikan bahwa Fenita sudah meninggalkan rumah ini. Berarti Brendan Harris tidak membohonginya ketika mengatakan Fenita tidak ada di rumah ini. Lalu kemana dia? Apa Fritz Mayer membawanya ketempat lain? Apa ini cara yang digunakan Fenita untuk menghindari Troy?     

Dengan langkah lemahnya, Troy kembali ke mobilnya. Dia benar-benar putus asa. Dua kali Fenita meninggalkan hidupnya tanpa kata. Tanpa pemberitahuan dan tanpa pamit. Kenapa dia harus mengalami hal ini lagi? Padahal dia sudah berusaha semaksimal mungkin agar mereka bisa kembali bersama. Banyak hal yang sudah di korbankan.     

"Apa ini keputusan akhirnya, Fe?"     

Entah berapa lama dia menghabiskan waktu di depan rumah keluarga Mayer. Berharap dia bisa bertemu dengan Fenita ketika gadis itu kembali ke rumah, tapi nyatanya tidak ada. Bahkan Fritz Mayer pun tidak menampakkan batang hidungnya.     

Pada akhirnya, Troy memutuskan untuk kembali ke apartemennya. Berusaha menerima hal itu meski banyak pertanyaan yang menghantui kepalanya. Tapi hidup terus berlanjut. Dia tidak boleh terjebak dalam masalah ini. Masih ada kesempatan baginya untuk bertemu dengan Fenita meski kemungkinan itu kecil. Iya, biar bagaimana pun gadis itu tentu akan kembali ke kampus untuk mengurusi kuliahnya. Itu akan menjadi kesempatan baginya untuk bertemu dan meminta penjelasan.     

...     

'Aku pindah ke apartemen.'     

Freya segera menata barang bawaannya, merapikan apartemen yang sudah lama tidak ditempati. Apartemen ini adalah hadiah dari Fritz karena Freya telah kembali ke keluarga Mayer, juga karena Freya berhasi masuk kuliah. Itu sebabnya lokasi apartemen ini dekat dengan kampusnya. Dan hanya mereka yang tahu bahwa apartemen ini adalah milik Freya. Oh, sekarang ditambah dengan Paul yang mengetahuinya.     

'Oke, sepulang kerja aku akan mampir. Mau titip apa?' jawaban dari Fritz masuk ke ponsel Freya.     

Namun dia tidak berkeinginan untuk membalas pesan itu.     

Lebih baik dia memakai waktunya untuk berbenah agar nanti saat kakaknya datang kesini, apartemen itu sudah layak untuk disebut sebagai tempat tinggal. Kesibukan itu membuat Freya merasa sedikit lebih tenang. Paling tidak dia tidak begitu sedih setelah melihat apartemennya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dengan beberapa tatanan yang menurutnya biasa saja namun tampak memuaskan.     

Ting tong.     

Tanpa berpikir dua kali, Freya berjalan menuju pintu, menyambut tamu yang datang. Siapa lagi kalau bukan Fritz Mayer.     

"Hei, kenapa tiba-tiba pindah?" pertanyaan itu langsung saja dilontarkan, padahal mereka masih berada di ambang pintu.     

"Masuk dulu lah, baru nanti aku cerita." dengan manjanya Freya merangkul lengan kakaknya, mengajaknya masuk ke dalam.     

Fritz hanya menuruti adiknya. Dia tahu kalau adiknya sedang merencanakan sesuatu. Itu bisa dibuktikan dengan kepindahannya ke apartemen. Karena dulu dia tidak pernah mendengar rencana untuk tinggal disini sejak adiknya tahu bahwa dia memiliki sebuah apartemen yang terletak di dekat kampusnya. Bahkan Freya dengan halus menolak ide Fritz yang menyuruhnya tinggal di apartemen ini, karena Freya ingin tinggal bersama keluarganya.     

Seharusnya ada perayaan atas kepindahan Freya ke tempat tinggal barunya, tapi dia sendiri bahkan tidak memiliki ide untuk mempersiapkan pesta itu. Untungnya Fritz yang penuh pengertian membawakan beberapa makanan dan cemilan. Cukup untuk mengisi perut Freya yang memang sejak kembalinya ke Canberra belum terisi apapun.     

Dua box pizza ukuran large dan juga beberapa kaleng bir telah tersaji di meja. Keduanya menikmati makan malam mereka dengan tenang. Sebenarnya Fritz ingin mengajak adiknya keluar untuk makan malam yang lebih layak, tapi dia segera mengurungkan niatnya karena mungkin Freya akan menolak. Jadi makanan yang tidak sehat ini akhirnya menjadi pilihannya untuk dibawa ke apartemen Freya.     

"Aku memutuskan semua kontak Troy. Kami berpisah." Freya memulai percakapan. Setelah dia menghabiskan dua potong pizza.     

"Apapun keputusan kamu, aku selalu mendukung. Asal kamu bahagia." Fritz lalu memeluk adiknya.     

Beberapa waktu yang lalu dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk menerima Troy menjadi seseorang yang berharga dalam hidup Freya. Itu terlihat karena adiknya tampak bahagia menjalani hari-harinya bersama Troy dua bulan belakangan ini. Tapi ternyata adiknya memiliki rencana lain yang sedikit mengejutkan. Dan sebagai kakak yang baik, Fritz hanya bisa menyetujui dan mendukung apapunkeputusan adiknya.     

"Jangan beritahu siapapun kalau aku disini." ucap Freya, karena dia hanya ingin ketenangan untuk beberapa hari kedepan, sampai Troy meninggalkan negara ini karena kontraknya untuk menjadi dosen pengganti telah berakhir.     

"Sure." jawaban itu dikatakan Fritz dengan mantap. "Apa ada alasannya?"     

Freya menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu. Aku hanya ingin fokus ke tujuan awalku. Dan fakta bahwa dia sudah membuangku menjadi motivasi lain."     

Keduanya lalu melanjutkan makan malam mereka, disambung dengan menonton beberapa film sambil meminum wine. Disaat pikiran dan hati sedang tidaktenang, wine memang obat yang ampuh untuk menenangkannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.