Pejuang Troy [END]

Lima puluh empat



Lima puluh empat

0Hingga minggu ke empat setelah desas desus mulai tersebar, baik Freya maupun Troy masih tenang-tenang saja. Itu semua tak lepas dari nama Mayer yang melekat di belakang nama Freya, dan juga status Troy sebagai dosen. Mereka tidak mau menyebarkan gosip yang tidak berdasar. Well, memang diakui, saksi yang melihat bagaimana Troy dengan eratnya memeluk pinggang Freya dengan intim menyebutkan bahwa itu bukti yang tak terbantahkan. Dan masih banyak saksi hidup yang bisa dimintai kesaksian. Tapi belum ada yang berani menghembuskan berita itu kuat-kuat. Salahcsalah, justru mereka yang akan terkena masalah.     

Sampai ada sebuah majalah dinding yang memajang foto itu. Foto dimana lengan kekar Troy memeluk pinggang Freya. Meski tidak menampakkan siapa kedua orang yang ada di foto, karena foto diambil dari belakang, beberapa yang mengenalinya langsung bisa memastikan bahwa itu Freya dan Troy. Foto yang diambil saat acara jamuan makan malam yang diselenggarakan oleh Troy.     

Ditambah lagi, judul dari berita yang dimuat cukup bisa memprovokasi para mahasiswa. "Apa kamu rela menyerahkan tubuhmu demi nilai yang sempurna?"     

Sebenarnya itu bukan judul yang memojokkan pihak tertentu karena itu sudah menjadi rahasia umum. Kala mahasiswa yang kurang berprestasi mengerahkan segala daya dan upaya untuk mendapatkan nilai sempurna. Memang tidak semua mahasiswa seperti itu, tapi terkuaknya tindakan beberapa oknum yang tertangkap basah melakukan 'kecurangan' membuat orang mempunyai pandangan mereka sendiri.     

"Apa foto itu bisa dipercaya?"     

"Tampaknya nona itu baik dan santun."     

"Ah ya Tuhan, aku nggak percaya ini. Aku pikir menyandang nama keluarga yang dihormati akan membuat kamu bertindak secara terhormat juga. Tapi ternyata... "     

"Yah memang sang dosen masih muda, tampan dan juga berpendidikan, tapi bagaimana dengan moral yang dia miliki?"     

Dan masih banyak lagi komentar yang harus didengar Freya ketika dia berjalan ke kantin ataupun di koridor saat dirinya pindah kelas. Tak hanya itu, tatapan para lelaki juga sedikit penasaran. Mereka ingin membuktikan berita diluaran sana yang menyatakan bahwa gadis dengan nama besar itu bisa dicicipi oleh siapapun yang mengajaknya. For free.     

"Fe, are you okay?" tak ayal, Jovita yang berada disisi Freya menjadi khawatir. Sikapnya yang misterius tentu menyimpan banyak rahasia.     

Bagaimana tidak, ditengah semburan gosip itu, sahabatnya itu masih tenang menanggapi berita miring yang beredar. Dan juga, dia tetap tidak mau menggunakan kekuatan yang dimiliki keluarganya untuk bertindak. Paling tidak kakaknya akan dengan mudah menyingkirkan gosip murahan itu denga satu jentikan jari.     

"Pretty sure. Kenapa?" tanya Freya dengan tenang.     

"Ya Tuhan Freya, berita nggak bener itu beredar dengan kuat dan kamu masih tenang-tenang aja gitu? Do something to get rid of the gossip!" saking jengkelnya, Jovita hampir berteriak di depan wajah sahabatnya, meluapkan kejengkelannya.     

"Tenang girl, aku nggak mau mengotori tanganku dengan hal yang nggak penting itu." sejujurnya sikap tenang yang dimiliki Freya membuat Jovita mendidih.     

Jauh di dalam lubuk hatinya, Freya tetap merasa ketar-ketir. Dia tidak mau nama keluarganya hancur karena hal seperti ini, tapi dia tidak tahu bagaimana harus mengatasi berita yang terlanjur beredar. Dan meminta bantuan kakaknya sepertinya bukan hal yang bijak dilakukan saat ini. Mengingat kakaknya masih sibuk dengan pekerjaannya.     

Satu-satunya orang yang bisa dimintai tolong adalah orang yang terkena kasus bersama dirinya. Biar bagaimanapun Freya yakin bahwa lelaki itu pasti memiliki cara agar bisa meredam gosip yang tidak bertanggung jawab ini. Ditambah lagi, dia memiliki kekuatan yang tidak bisa diremehkan.     

Meminta ijin kepada Jovita untuk ke toilet, Freya segera mengirim pesan kepada Troy. Memintanya untuk bertemu dan membicarakan masalah yang sedang hangat diperbincangkan.     

'Aku hanya bisa pada hari Rabu malam, sisanya aku akan sibuk dengan beberapa pekerjaan. Bagaimana?'     

Oke, dia sudah bisa memegang kunci emasnya. Masalah sekarang adalah hari Rabu yang menjadi hari pertemuan merea masih terlalu jauh karena sekarang baru hari Kamis. Itu berarti mereka akan bertemu minggu depan.     

'Tapi itu terlalu lama. Gosip akan melebar kemana-mana kalau tidak segera diatasi.'     

'Kenapa kamu nggak minta Tuan Mayer untuk mengatasinya? Aku yakin dia akan dengan mudah mengatasi masalah kecil ini ketimbang kamu harus repot mengurusinya'     

Refleks Freya menjambak rambutnya, melampiaskan rasa frustrasinya. Mencoba menahan jeritannya lolos dari bibir tipisnya.     

'Oke, Rabu malam. Kita bertemu di hotel. Aku yang tentukan tempatnya.'     

Setelah menyelesaikan urusannya, Freya kembali ke tempatnya semula untuk melanjutkan kuliahnya. Dengan setia Jovita menemani, dia tidak mau sahabatnya terkena masalah.     

...     

Beberapa menit setelah menyelesaikan pekerjaannya, Troy mendapati telefon dari kampus. Memintanya untuk segera datang ke kampus karena petinggi kampus ingin bertemu. Bisa dipastikan bahwa dia akan disidang mengenai gosip yang sedang beredar itu.     

Bukan Troy namanya kalau tidak mempunyai rencana. Dan bahkan rencananya ini sudah dia pikirkan dengan matang. Paling tidak itu menurutnya.     

"Dua burung tertembak dengan satu peluru." gumam Troy, mengelus dagu mulusnya yang baru dicukur pagi ini.     

Dengan langkah santai Troy keluar dari gedung kantornya, ditemani Mr. Khan yang setia menjadi supirnya. Dalam perjalanan yang memakan waktu tak kurang dari 20 menit, tak ada suara yang terdengar dalam mobil.     

"Mr. Darren, aku sangat menyesal dengan kabar yang beredar. Maukah anda memberikan sanggahan?" ucap sang dekan, ketika Troy sudah duduk di kursi menghadap beliau.     

"Dengan berat hati saya akan mengakui bahwa saya memang memiliki hubungan spesial dengan Ms. Mayer." begitulah jawaban Troy. Tenang, lugas dan percaya diri.     

"Apa maksud anda?" selain tak mampu menyembunyikan keterkejutannya, sang dekan juga menampakkan amarahnya.     

"Saya dan Ms. Mayer adalah suami istri. Kami menikah beberapa tahun yang lalu sebelum dia memutuskan untuk kuliah disini. Kami sepakat menyembunyikan hubungan kami karena tidak mau ada desas desus yang tidak baik."     

"Tapi sekarang desas desus itu sudah terlanjur beredar, Mr. Darren."     

Troy lalu mengeluarkan sebuah foto dari dompetnya. Foto pernikahan mereka.     

"Kami menikah empat tahun yang lalu. Kalau anda tidak percaya."     

Ketika sang dekan mengamati foto yang disodorkan oleh Troy, wajahnya kembali terkejut. Dia tidak menyangka bahwa keduanya memang memiliki hubungan istimewa. Oke, masalah memang sudah terselesaikan, tapi apa orang akan dengan mudah percaya?     

Tentu tidak semudah itu Ferguso!     

Setelah 'sidang' dadakan yang dipimpin oleh sang dekan, Troy kembali menyibukkan diri di kantor. Memikirkan apa yang tadi dia sampaikan ke Dekan. Dan segera menyesalinya.     

Seharusnya dia berdiskusi dengan Fenita terlebih dahulu karena masalah ini antara dia dan istrinya itu. Tapi dia merasa bersalah setelah mengambil keputusan secara sepihak. Bagaimana bila Fenita tidak menyetujui idenya itu? Yang lebih parahnya, perempuan itu akan lebih membencinya.     

Tak berani membayangkan kemungkinan reaksi Fenita ketika mengetahui hal ini. Tapi itu lebih baik daripada dia tidak melakukan sesuatu hal pun. Yah paling tidak dia berusaha melakukan sesuatu untuk meredam gosip ini. Beda dengan seseorang yang katanya menyayangi Fenita tapi tidak melakuksn apapun untuk melindungi perempuan itu. Pemikiran itu membuat Troy merasa bangga dengan dirinya sendiri.     

'Kapan kamu ada waktu? Ada hal yang ingin aku bicarakan. Secepatnya.'     

Setelah mengirim pesan singkat itu, Troy kembali menyibukkan diri. Berharap waktu akan cepat berlalu dan masalah ini segera menghilang dengan sendirinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.