Pejuang Troy [END]

Lima puluh lima



Lima puluh lima

0Tepat pukul tigaTroy menyudahi pekerjaannya yang bahkan tidak tersentuh, lalu meninggalkan kantor dengan tenang. Banyak yang menolehkan kepalanya ketika Troy lewat. Mungkin dalam hati mereka bertanya-tanya kenapa bos yang biasanya datang paling awal dan pulang paling akhir itu sekarang sudah meninggalkan kantor bahkan sebelum jam kantor usai. Sebenarnya tidak hanya para karyawan yang bertanya dalam hati, seorang Mr. Khan yang terlihat cuek pun penasaran.     

"Aku mau istirahat. Urus sisanya." hanya itu pesan yang disampaikan oleh Troy kepada Mr. Khan. Bahkan Troy mengatakan pesan itu lewat chat ponsel.     

Layaknya ABG yang hendak menghadiri kencan untuk pertama kalinya, Troy harus melakukan persiapan. Itu sebabnya dia memilih pulang lebih awal agar persiapannya sempurna dan tidak mengecewakan. Tapi kalau dirasa-rasa, ini memang kencan pertamanya dengan Fenita. Bahkan setelah bertahun-tahun mengenal gadis itu, dan bahkan mereka menjadi suami-istri, mereka ternyata belum pernah melakukan kencan. Yah walaupun kali inisebenarnya hanya sebuah pertemuan, bukan kencan yang sebenarnya. Tetap saja Troy merasa bersemangat.     

Setelah berendam cukup lama agar wangi sabun menempel di tubuhnya, kini Troy sedang membolak-balik isi lemari bajunya. Dari sekian deret baju yang ada di lemarinya tak ada yang sesuai dengan ekspektasinya. Bahkan cenderung membosankan karena isinya hanya jas dan kemeja. Itu akan terkesan terlalu serius jika dia mengenakan setelan jas, terlebih dia juga merasa bosan karena kesehariannya juga mengenakan setelan jas. Oke, memang ada beberapa kaos yang biasa dia kenakan, tapi itu tidak akan terlihat mengesankan untuk acara makan malam ini.     

"Ya Tuhan, masa cuma mau ketemu Fenita aja kudu ribet milih baju sih?" gerutu Troy ketika tidak juga menemukan pakaian yang tepat untuk dikenakan. Setumpuk baju tergeletak tak berdaya karena belum bisa memenuhi keinginan Troy untuk membalut tubuhnya.     

Ketika hampir putus asa karena belum menemukan pakaian yang tepat, Troy teringat bahwa Fenita pernah memuji penampilannya. Jujur saja, waktu itu Troy yang sedang dipenuhi bunga asmara merasa pujian perempuan yang disayanginya itu tentu terdengar indah.     

Dan disinilah Troy, mengenakan kemeja warna biru muda yang dipadukan dengan celana kain warna biru yang lebih gelap. Sweeter warna abu-abu menutupi kemejanya, hanya menampakkan kerahnya dan bagian bawah kemeja yang tidak dimasukkan. Ditambah sepatu kulit warna coklat yang mengkilap membuat penampilan Troy terlihar muda dan lain. Dengan penampilan yang tak biasa ini, Troy juga berharap bahwa orang tidak akan mengenali dirinya. Kamuflase yang sangat cerdik, batinnya memuji dirinya sendiri.     

Dengan gugupnya Troy menanti kedatangan Fenita. Sudah dua gelas air putih dia teguk untuk menghilangkan gugup yang nyatanya tidak bisa reda begitu saja. Ini benar-benar bukan Troy yang biasanya. Oke, apa jatuh cinta seperti ini rasanya? Bahkan hanya untuk sekedar makan malam saja sudah menyita seluruh perhatiannya selama seharian penuh.     

Pada akhirnya, orang yang sudah ditunggu datang juga. Perlahan namun pasti, Fenita masuk ke dalam restoran untuk menuju meja Troy. Disana, Fenta terlihat cantik dengan rambut yang tergerai indah. Seperti biasanya, penampilan Fenita terlihat biasa saja dan dia selalu tampil sopan. Tapi entah kenapa itu membuatnya makin menarik dimana Troy.     

"Maaf terlambat." ucap Fenita begitu sampai di meja. Troy yang sedikit terkejut karena melamun segera berdiri, menarik kursi agar Fenita bisa duduk dengan nyaman. Layaknya gentleman bersikap terhadap perempuan.     

"Nggak papa, aku juga baru datang kok." Troy menanggapi, berusaha mengalihkan kegugupannya.     

Berkali-kali Troy harus berusaha menjauhkan tatapannya dari wajah Fenita. Sepertinya ada sesuatu yang sangat menarik di wajah perempuan yang ada di depannya itu, padahal dia tidak mengenakan make up, atau make up yang tidak berlebihan? Entahlah, tapi yang jelas mata Troy tak bisa berhenti menatap wajah istrinya itu. Wajah itu menghisap seluruh perhatian Troy.     

Ketika kedua mata mereka bertemu, Troy langsung mengalihkan pandangannya ketika menyadari hal itu. Dia benar-benar salah tingkah dan mengutuk dirinya sendiri karena sudah berlaku tidak sopan.     

"Maaf, aku nggak bermaksud buruk." ucap Troy, mengakui dan menyadari kesalahannya.     

"Kalau sudah selesai makan, bisa kita mulai pembicaraannya?" ucap Fenita, mengabaikan ucapan Troy sebelumnya.     

...     

Freya sedikit risih mendapatkan tatapan yang seolah dirinya adalah sebuah objek yang harus dieliminasi. Mungkin kalau hanya sekali dua kali itu masih bisa ditolerir, tetapi tatapan Troy benar-benar sudah melebihi batas. Tak ayal, Freya akhirnya menolak bersikap baik kepada pemuda yang berhasil menjungkir balikkan perasaannya.     

Ditambah, Freya menyukai gaya berpakaian pemuda dihadapannya itu. Benar-benar lain daripada yang lain. Ingatannya berkelana ke beberapa tahun yang lalu, ketika dia masih tinggal bersama dengan Troy, menikmati waktu terakhirnya sebelum dia memutuskan untuk pindah ke Canberra. Dengan usilnya menjadikan Troy sebagai model ekperimennya untuk mengubah penampilan sang suami. Dua gaya yang sama-sama mengenakan sweeter rajut benar-benar menggoda. Sayangnya Troy protes karena mengenakan kaos, sedangkan dia tidak terbiasa mengenakan kaos oblong untuk keluar rumah kala itu.     

Saat itu Freya sedikit bosan dengan penampilan sang suami. Bukan karena tidak tampan ataupun keren, itu lebih ke karena pakaian yang dikenakan hanya itu-itu saja. Padahal kalau dilihat isi lemarinya, dia bisa saja berganti pakaian setiap 30 menit sekali dan tidak akan kehabisan pakaian selama seminggu kedepan. Iya, Troy yang memilih menyibukkan diri memang kebanyakan mengenakan setelan jas dan kemeja untuk bekerja. Di rumah, dia hanya akan mengenakan kaos biasa dan celana olahraga. Oh, kadang dia juga akan mengenakan piyama saat di akhir pekan.     

Menarik kesadarannya, Freya berusaha fokus dengan arah pebicaraan.     

"Maaf, aku sudah mengambil langkah lebih dulu." Troy mulai membuka pembicaraan. "Beberapa hari yang lalu Dekan memanggilku ke ruangan beliau, menuntut penjelasan tentang gosip yang beredar."     

"Lalu?"     

"Aku bilang kalau kita memang punya hubungan spesial, kita suami istri."     

Uhuk uhuk uhuk.     

Mendengar jawaban Troy membuat Freya bereaksi berlebihan dengan batuk. Air yang ada dimulutnya hampir saja tersembur keluar kalau saja dia tidak segera menelannya, yang menyebabkan dia terbatuk. Menyakiti tenggorokan dan paru-parunya.     

"Kamu baik-baik aja?" tanya Troy ketika batuk Freya tak juga berhenti, berusaha meredakan batuk dengan menepuk pelan punggung Freya. Dengan mengangkat tangannya Freya berusaha memberi tahu bahwa dia baik-baik saja.     

"Apa tanggapan Dekan?" pertanyaan itu meluncur dari mulut Freya ketika dia sudah berhasil mengatasi batuknya.     

"Nggak ada. Karena aku menunjukkan foto pernikahan kita." Troy mengamati rekasi wajah Freya, kalau-kalau dia salah bicara. Lalu melanjutkan, "Kita hanya peru berakting selama dua bulan, nggak lebih. Karena dua bulan lagi aku nggak akan menjadi dosen pengganti lagi."     

Anggap saja pendengaran Freya salah, tapi terdengar nada penuh kesedihan ketika Troy mengatakan bahwa dia hanya punya waktu tersisa selama dua bulan lagi untuk berada disini. Bersama dengannya.     

"Aku bisa saja berakting dihadapan semua orang, tapi tidak di depan Fritz." dengan penuh keyakinan Freya berkata. Iya, dia bisa membohongi siapa saja di dunia ini, tapi tidak orang yang sayang dan peduli kepada dirinya.     

"Aku akan berbicara langsung dengannya."     

Freya tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk saat ini. Tentu saja dia tidak mau membuat kakaknya dipenuhi oleh pemikiran tentang dirinya dan terus saja merasa khawatir, tapi dia tidak tahu bagaimana mengatakannya secara langsung kepada Fritz.     

"Aku yang akan menyampaikan hal ini kepadanya. Jangan repotkan dirimu, Mr. Darren."     

Keduanya lalu melanjutkan makan malam. Dan setelah tidak ada pembicaraan lainnya, Freya memohon untuk undur diri karena supir sudah menunggunya di luar. Ketika melihat wajah Troy yang terlihat sedih, Freya merasa ikut sedih. Bagaimana kalau dia memeluknya sebentar? Tidak, dia tidak tahu apakah ada orang yang akan mengenali mereka atau tidak disini. Itu sangat berbahaya. Lagipula, dia takut satu pelukan akan membuatnya ketagihan dan menuntut pelukan lainnya.     

Akhirnya Freya meninggalkan Troy yang masih berdiri di luar restoran ketika mobil yang dikendarainya melaju, menjauhi restoran.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.