Pejuang Troy [END]

Lima puluh satu



Lima puluh satu

0Akhirnya hari Sabtu yang ditunggu-tunggu datang juga. Dua puluh undangan telah disebar dan sampai ke tangan penerimanya dengan selamat. Tugas terakhir Freya adalah memastikan semua tamu yang berasal dari kelas Mr. Darren datang dan tidak mengalami kendala apapun.     

Freya yang datang terlebih dahulu disambut oleh tuan rumah dengan ramah. Iya, harus ramah karena sang tuan rumah adalah dosennya. Dan juga suaminya. Fakta terakhir itu tidak bisa dipisahkan karena kenyataannya mereka masih suami-istri yang sah.     

Oke, kembali ke pesta.     

Waktu menunjukkan pukul 6.45 malam ketika para mahasiswa kelas Mr. Darren mulai memasuki ballroom. Mereka datang hampir bersamaan. Dan mereka semua mengenakan pakaian terbaiknya untuk berpura-pura menjadi eksekutif muda semalam penuh.     

Freya sendiri memakai dress pendek berwarna hitam yang menggoda. Bahan yang jatuh mengikuti bentuk tubuh ditambah lace yang membalut bagian atas tubuh Freya tampak sangat seksi. Belum lagi belahan dada yang panjang sampai hampir ke perut membuat siapapun tak dapat mengalihkan pandangannya.Tapi Freya masih sadar diri, dia tidak akan mengenakan pakaian yang terlampau seksi yang banyak mengumbar kulitnya. Iya, bagian depan dress-nya dia tambahkan kain untuk menutupi belahan yang terlampau panjang.     

Berbeda dengan Freya yang mengenakan mini dress, Jovita tampil anggun dengan strapless dress panjang yang menyapu lantai. Kesan anggunnya terpancar kuat sekaligus seksi karena belahan pahanya panjang dan menampakkan kaki jenjang Jovita. Penampilan Jovita kali ini dilengkapi dengan clutch dan juga tatanan rambut yang apik.     

Semua mahasiswi tampil dengan mempesona. Membuat para mahasiswa yang melihatnya tak dapat menyembunyikan rasa kagum mereka.     

"Memang, kalau sudah di make over hasilnya akan berbeda." celutukan itu terdengar ketika Freya melewati sekumpulan mahasiswa yang sedang asyik mengobrol. Mendengar itu, Freya hanya menggelengkan kepala, tidak percaya bahwa masih banyak laki-laki yang memandang perempuan dari kecantikan luarnya saja.     

Tepat pukul 7 malam, pintu utama ballroon dibuka. Beberapa orang masuk dengan pasangan mereka masing-masing. Mungkin ada sekitar empat pasangan yang masuk, lalu diikuti beberapa orang dibelakang mereka. Kesemuanya masih muda, atau bisa diperkirakan usia mereka awal 40an. Senyum sumringah langsung menyebar di dalam ruangan. Suasana akrab langsung menyeruak, menampilkan kemampuan setiap orang untuk bisa berbincang-bincang.     

"Fe, kamu nggak ikut ngobrol dengan mereka?" Jovita yang sedang memegang gelas winenya menyadarkan lamunan Freya.     

"Nggak, aku udah capek duluan karena datang lebih awal." sambil memijit kakinya, Freya duduk di bangku yang disediakan.     

"Kamu udah bosan dengan suasana ini?" Jovita bertanya dengan penuh penasaran. Karena yang dia tahu, Freya pernah menghadiri jamuan makan malam seperti ini, bahkan lebih megah dan lebih ramai dari ini.     

"Nggak, Jo. Aku sebenarnya exited dengan semua ini. Tapi ada hal lain yang mengganggu pikiran aja."     

"Mr. Darren?" pertanyaan itu akhirnya terlontar juga dari mulut Jovita. Freya hanya tersenyum manis mendengar pertanyaan sahabatnya itu.     

Well, tebakan Jovita memang benar. Belakangan ini otaknya tidak mau bekerja sama dengan badannya. Setelah kejadian dia mabuk malam itu, Freya benar-benar tidak bisa menghilangkan bayangan Troy barang sedetikpun. Pertanyaan yang terus muncul adalah, apakah benar laki-laki itu memiliki perasaan spesial kepadanya? Pertanyaan itu memiliki dasar yang kuat setelah Freya mendapati Troy memeluknya dari belakang, juga tingkah Troy yang menikmati setiap detik kedekatan mereka.     

"Mrs. Darren?" suara itu mengagetkan Freya dan Jovita. Tidak ada orang yang tahu hubungan Freya dan Mr. Darren di kelas, kecuali keduanya dan Jovita.     

"Mrs. Wijaya, apa kabar?" berusaha tampil sebaik mungkin, Freya membalas sapaan Mrs. Wijaya.     

Dari sekian banyak tamu, memang Mrs. Wijaya ini yang paling dikenal Freya. Itu karena mereka pernah beberapa kali bertemu dalam acara jamuan seperti ini ketika Freya masih berstatus sebagai istri Mr. Darren, juga dalam acara peresmian gedung baru milik perusahaan Mr. Wijaya.     

"Kamu bergabung aja, giliran aku yang istirahat sekarang." Jovita mendorong lembut Freya, menjauh dari kursi agar sahabatnya itu bisa bergabung dengan Mr. Darren.     

"Aku nggak nyangka akan bertemu kalian disini. Oh ya ampun, Mrs. Darren anda semakin cantik." dengan riangnya Mrs. Wijaya terus memanggilnya dengan sebutan Mrs. Darren. Tentu saja itu membuat Freya merasa tidak nyaman, takut ada teman sekelasnya yang akan mendengar dan mengetahui rahasia kecilnya ini.     

"Ah Mrs. Wijaya, anda bisa memanggilnya Freya." suara berat Troy terdengar. Kini pria itu sudah berdiri disamping Freya dan memegang erat pinggang istrinya.     

"Baiklah kalau begitu." Mrs. Wijaya akhirnya mengalah. "Aku bertanya-tanya kapan kita bisa bertemu lagi, karena anda sudah lama tidak terlihat. Apa anda sekarang tinggal di Canberra?"     

"Iya. Saya tinggal disini karena melanjutkan study."     

"Semangat terus untuk mencapai cita-cita ya gadis kecil." kali ini Mr. Wijaya menimpali.     

Percakapan antara Freya dengan Mrs. Wijaya tidak bisa terhenti karena Mrs. Wijaya sangat merindukan Freya. Yah bisa dibilang Mrs. Wijaya memiliki nasib yang sama dengannya perihal status sosial. Beliau menjadi istri dari bos besar yang memiliki tambang batu bara terbesar di Kalimantan. Dan beliau hanyalah gadis lugu yang beruntung bertemu dengan Mr. Wijaya saat bos itu sedang mencari makan siang di dekat tambang yang menjadi bagian dari perusahaannya. Tak pelak hal itu membuat keduanya merasa senasib dan cepat akrab.     

Entah berapa lama, tapi Troy masih saja melingkarkan tangannya disana, tanpa ada niatan untuk melepaskan. Freya bisa merasakan bahwa sekarang pasti gosip baru telah terhembus dengan lembutnya diantara teman kelasnya yang melihat kejadian ini. Tingkah Troy yang menyatakan status kepemilikan ini tidak bisa dibantah oleh siapapun.     

...     

Sama seperti Fenita yang kaget melihat Mr. dan Mrs. Wijaya turut hadir diacara makan malam ini, Troy mencoba yang terbaik dalam bersikap. Berusaha agar tidak ada seorangpun yang tahu tentang perpecahan yang terjadi diantara dirinya dan istrinya. Dan juga mencegah agar Mrs. Vanesa Darren tidak mengetahuinya. Untuk itu Troy dengan senang hati meletakkan tangannya di pinggang istrinya, bersikap seolah mereka adalah pasangan suami istri yang dilingkupi aura kebahagiaan.     

Meski bersikap senatural mungkin, tak dapat dipungkiri Troy berusaha menenangkan hatinya yang bergemuruh. Dia takut akan adanya gosip yang beredar setelah kejadian ini di kampus, memberitakan bahwa dosen pengganti telah menggaet mahasiswi. Tapi sepertinya desas desus itu sudah mulai menjalar.     

"Mampirlah ke Queensland kapanpun kalian ada waktu. Aku ingin berbincang lebih banyak lagi." ucap Mrs. Wijaya sebelum mereka berpisah.     

"Sebuah kehormatan mendapat undangan itu, Mrs. Wijaya." balas Troy dengan senyuman.     

Setelah pasangan Wijaya itu meninggalkan ballroom, acara jamuan makan malam kembali berlanjut. Hingga akhirnya waktu menunjukkan pukul 10 malam. Satu per satu tamu undur diri dan meninggalkan ballroom. Dan para mahasiswa juga berpamitan kepada Troy selaku dosennya untuk pulang. Tak lupa mereka berterima kasih karena sudah diberi kesempatan untuk menjadi bagian dari kegiatan sosial kelas atas ini.     

"Terima kasih atas atensi kalian, acara malam ini berjalan lancar. Aku berharap kalian mendapatkan pengalaman yang berharga dari acara ini. See you on Wednesday." Troy menutup pertemuan malam itu dengan bangga.     

"Thank you, Sir." lalu mereka meninggalkan ballroom hotel dan melanjutkan aktifitas mereka.     

Kini tinggal Freya dan Jovita yang masih menunggu jemputan. Kedua gadis itu berbincang hangat di pojok ruangan sambil menunggu, tak terganggu dengan lalu lalang para pelayan yang membersihkan sisa-sisa jamuan.     

"Jam berapa kalian dijemput?" Troy menghampiri keduanya. Meski sudah lebih dari 30 menit mereka menanti, jemputan tak kunjung datang.     

"Pacarku sebentar lagi datang. Mungkin 10 menit lagi." jawab Jovita semangat.     

pandangan Troy lalu beralih ke Fenita. Dia menantikan jawaban gadis itu perihal penjemputan, tapi tidak ada jawaban.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.