Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Anak Perempuan



Anak Perempuan

0"Benar. Nadine sedang tertekan sekarang. Aku sudah bilang pada Harris bahwa aku akan lebih mengurusnya dan perhatian padanya. Aku khawatir ia terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh. Lain kali, biar Tiara datang dan menemuiku di sini biar ia tidak mengganggu Harris dan Nadine. Jangan khawatir, Anya," Hana tersenyum dan berkata, "Tentu saja, kalau kamu mengijinkan."     

"Aku tidak masalah. Biasanya aku akan bekerja di ruang parfum. Lebih baik ibu bertemu Tiara di rumah ini, jangan di rumah Harris," kata Anya.     

Hana langsung mengangguk. "Terima kasih, Anya."     

"Kita semua adalah keluarga. Tidak perlu berterima kasih seperti itu. Aku akan naik ke lantai atas," Anya meninggalkan dapur dan melihat Aiden serta anak-anaknya sudah naik ke lantai atas.     

Aiden membawa Arka dan Aksa naik ke lantai atas untuk tidur, tetapi mereka berdua masih tidak mau tidur dan meminta Aiden untuk membcarakan cerita untuk mereka.     

Aiden mematikan lampu ruangan, menyalakan lampu kecil di samping nakas. Setelah itu, ia mulai membacakan cerita untuk kedua putranya.     

Sampai Arka dan Aksa tertidur, Aiden mematikan lampu kamar anaknya dan keluar dari sana.     

Saat ia kembali ke kamarnya, Anya sedang membersihkan wajahnya dan menggunakan skin care di depan meja riasnya.     

"Apa yang terjadi hari ini? sepertinya ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan padaku," kata Aiden sambil tersenyum.     

Anya memandang ke arahnya. "Mandilah dulu. Setelah itu baru kita mengobrol."     

Aiden mengangguk. Setelah seharian bekerja, ia benar-benar lelah. Ia ingin bersantai dan mandi sebentar untuk melepaskan semua keletihannya.     

Setelah mandi, ia keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuknya.     

Anya menoleh saat merasakan suaminya datang, kemudian ia mengalihkan perhatiannya dengan malu.     

"Mengapa kamu tidak berani melihatku?" Aiden berjalan ke arah istrinya dan melepaskan handuknya.     

Anya langsung menutupi wajahnya. "Aiden, kamu benar-benar tidak tahu malu."     

Aiden tertawa melihatnya. "Anya, mengapa kamu masih malu-malu?"     

"Kamu … Cepat pakai bajumu! Ada sesuatu yang harus aku bicarakan denganmu," kata Anya dengan wajah merona dan sedikit tergagap.     

Aiden menyalakan AC kamarnya dan berbaring di samping Anya. "Apa yang ingin kamu bicarakan padaku? Mengenai punya anak?"     

Anya memandang ke arah Aiden dengan mata terbelalak. "Bagaimana kamu bisa tahu?"     

Aiden mendekat ke arahnya dan Anya menhindarinya lagi dan lagi, "Kamu … mengapa kamu terus mendekatiku?"     

"Aku ingin menciummu," setelah mengatakannya, Aiden menundukkan kepalanya dan mengecup bibir Anya.     

Anya merasakan tubuhnya terperangkap di atas tempat tidur. Kepalanya merasakan bantal yang lembut, tetapi di hadapannya ada Aiden yang seperti gunung besar yang tidak tergoyahkan.     

Ia tidak bisa melarikan diri.     

Aiden seperti mengambil napasnya, membuat kesadarannya semakin dan semakin melayang. Setelah beberapa saat, Aiden melepaskan bibir Anya dengan senyum puas di bibirnya.     

Pipi Anya berubah warna menjadi kemerah mudaan dan matanya terlihat menerawang.     

Senyum puas kembali muncul di bibir Aiden saat melihat penampilan istrinya. Kemudian ia menyentuh bibir Anya dengan jari-jarinya. "Aku juga ingin punya anak perempuan."     

"Anak perempuan?" Anya merasa bingung.     

"Kamu sedang dalam masa subur dan aku akan bekerja keras, agar kita bisa memiliki anak perempuan," Aiden mengelus wajahnya dan berkata dengan lembut.     

"Aku, aku … Kamu mau memiliki anak perempuan?" awalnya Anya ingin mengatakan bahwa ia bukan mau membicarakan dirinya sendiri, melainkan mengenai Nadine.     

Tetapi saat Aiden membicarakan mengenai anak perempuan, Anya baru menyadari bahwa kedua putra mereka sudah berusia 4 tahun dan mereka belum merencanakan untuk memiliki anak kedua mereka.     

Nico sudah memiliki anak perempuan dan anak laki-laki. Itu sebabnya mereka tidak berencana untuk memiliki anak kedua.     

Berbeda dengan Aiden. Ia hanya memiliki dua orang putra. Anya tidak pernah memikirkan mengenai masalah anak karena memiliki kedua putranya saja ia sudah sangat bersyukur.     

Namun, Aiden menginginkan anak perempuan danAnya tidak punya alasan untuk menolak. Selama Aiden menginginkannya, Anya akan memberikannya.     

Ia membayangkan, seperti apakah anak perempuan mereka nantinya? Lebih mirip Anya atau Aiden?     

Membayangkannya saja, Anya sudah yakin anak perempuannya akan sangat-sangat cantik.     

Aiden menyadari perubahan ekspresi di wajah istrinya. "Apakah kamu tidak mau memiliki anak perempuan? Kalau kamu tidak mau memiliki anak lagi, tidak apa-apa. Aku bisa mengambil kondom."     

Saat Aiden hendak bangkit berdiri, Anya langsung memeluk pinggangnya. "Jangan pergi. Aku mau. Aku mau memiliki anak perempuan denganmu."     

Aiden memandang ke arah Anya dengan terkejut sesaat dan kemudian ia tertawa. "Baiklah, aku akan bekerja keras."     

Setelah mengatakannya, Aiden kembali mendekati Anya. Ia mengulum bibirnya dan merasakan rasa manis dari bibir itu, membuat Aiden tidak bisa berhenti.     

Aiden adalah orang yang cerdas. Mana mungkin ia tidak tahu istrinya ingin membicarakan mengenai Harris dan Nadine saat membicarakan soal anak.     

Hari ini, Tiara datang ke rumah Harris. Ia adalah penyelamat Hana dan Harris. Masih ada sesuatu yang belum teselesaikan di antara mereka dan harus di perjelas.     

Anya pergi ke dapur dan berbicara dengan Hana untuk waktu yang cukup lama. Pasti ia sedang membicarakan mengenai Nadine.     

Jadi, saat Anya membicarakan masalah anak, sebenarnya ia membicarakan mengenai Nadine. Tetapi Aiden sengaja berpura-pura tidak paham dan mengatakan bahwa ia ingin anak perempuan.     

Yang membuat Aiden lebih senang, Anya tidak menolak. Anya memutuskan untuk memiliki anak perempuan hanya setelah berpikir sejenak.     

Aiden benar-benar mencintai istrinya itu. setelah menikah bertahun-tahun, Anya masih malu-malu di hadapannya. Anya begitu sederhana dan rendah hati. Di hadapannya, Anya masih sama seperti Anya yang dulu. Tetapi di luar sana, Anya sudah bertambah dewasa, menjadi seseorang yang bisa diandalkan.     

Saat memikirkan bahwa mereka akan memiliki anak perempuan, hati Aiden terasa benar-benar hangat. Ia tidak sabar menantikan anak perempuan yang mirip dengan istrinya itu.     

Aiden mengulumg bibirnya, disambut dengan respon Anya, memeluk leher Aiden dengan erat.     

Setelah bertahun-tahun bersama, mereka bisa merasakan cinta mereka semakin menguat. Hujan dan badai hanya akan membuat mereka semakin mencintai satu sama lain, semakin mempercayai satu sama lain.     

Setelah mereka bercinta, mereka berbaring di tempat tidur sambil berpelukan. Anya menguburkan kepalanya di pelukan Aiden, sementara Aiden mengelus kepala Anya dengan lembut.     

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Aiden sambil mengecup puncak kepala Anya.     

"Kita sudah menikah selama enam tahun? Sebentar lagi kita akan memasuki tahun ketujuh. Katanya tahun ketujuh adalah tahun-tahun yang paling sulit " kata Anya dengan tiba-tiba.     

"Aku tidak tahu apa kesulitan yang akan kita alami pada tahun ke tujuh. Yang aku tahu, aku akan tetap mencintaimu seumur hidupku," kata Aiden sambil mencubit ujung hidung Anya.     

"Aiden, apakah kamu benar-benar akan mencintaiku selamanya?" Anya memandang ke arah Aiden dengan tatapan penuh harap.     

Di dalam hidupnya, Anya tidak pernah memiliki contoh pasangan yang bisa bertahan hingga selamanya.     

Diana dan Deny harus berpisah karena masalah perselingkuhan. Sekarang, Galih dan Indah juga akan bercerai. Kedua ibunya tidak memiliki pernikahan yang bahagia dan bertahan hingga akhir hidupnya.     

"Aku benar-benar akan mencintaimu hingga akhir hidupku," setelah mengatakannya, Aiden menggendongnya dan membawanya menuju ke kamar mandi.     

"Aku tidak mau mandi. Aku sudah lelah. Aku tidak mau bergerak," Anya bersandar di pelukan Aiden, merasa sekujur tubuhnya seperti jelly.     

Aiden memandangnya sambil tersenyum. "Aku akan membantumu."     

Setelah itu, Anya menyesali mengapa ia membiarkan Aiden membantunya untuk mandi. Ia terlalu bodoh dan naif. Ia percaya bahwa Aiden akan benar-benar membantunya.     

Saat Aiden ikut masuk ke dalam bathtub bersamanya dan menahannya di bathtub tersebut, Anya merasa ingin menangis.     

Aiden sangat sibuk di siang hari, tetapi mengapa ia masih punya energi dan stamina untuk 'sibuk' di malam hari?     

Anya bahkan tidak bisa bertahan hingga selesai mandi. Ia benar-benar lelah dan mengantuk sehingga ia terlelap sebelum selesai mandi.     

Ia bisa merasakan tubuhnya berayun saat Aiden menggendongnya kembali ke tempat tidur. Tetapi setelah tubuhnya diletakkan di atas tempat tidur, Anya sudah tidak tahu lagi apa yang terjadi.     

…     

Saat ia terbangun keesokan harinya, Anya merasa sekujur tubuhnya terasa pegal. Saat ia ingin bergerak, ia merasakan tangan besar yang menahannya.     

Anya langsung memukul tangan itu dengan kesal.     

"Sudah bangun?" Aiden memandangnya dengan tatapan dalam, seperti seekor serigala.     

"Kamu … mengapa kamu melihatku seperti itu? Apa yang kamu ingin lakukan?" Anya mendorongnya dan memindahkan tangannya dari pinggangnya.     

Mendengar suaranya sendiri, Anya merasa sangat malu dan ingin menguburkan dirinya di dalam lubang untuk bersembunyi.     

Ia sangat lelah dan ia tidak mau bercinta lagi dengan Aiden, tetapi mengapa …     

Mengapa suaranya terdengar serak-serak basah dan bergairah seperti itu?     

Aiden seperti mendapatkan persetujuan dari Anya. dengan sangat bersemangat, ia langsung menunjukkan cintanya pada Anya, dua kali lipat lebih bergairah dari kemarin malam.     

Karena itu, Anya akhirnya terlelap hingga siang hari. Saat ia terbangun untuk kedua kalinya, ia menggerutu dengan kesal karena perutnya yang kelaparan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.