Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Siapa yang Bisa Melindungiku?



Siapa yang Bisa Melindungiku?

0"Ini terlalu kejam untuk Nadine. Apakah tidak ada jalan lain? Apa yang Dokter Tirta katakan? Pasti ada cara untuk menemukan dokter terbaik kan? Aiden, kamu harus membantu Nadine untuk mempertahankan anaknya ini," kata Anya.     

"Anya, tenanglah. Aku akan mencari cara. Percayalah padaku, aku pasti akan mencari jalan keluarnya," Aiden berusaha untuk menghiburnya.     

Anya menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan suasana hatinya.     

"Aku percaya padamu. Tidak peduli apa pun yang kamu lakukan, kamu harus membantu Nadine untuk mempertahankan anaknya. Berikan liburan panjang untuk Harris. Aku akan meminta seseorang dari sekolah untuk membantumu."     

"Aku akan segera menghubungi dokter," Aiden menutup telepon dan langsung menghubungi salah satu dokter.     

Dulu, Bima mendatangkan dokter dari luar negeri saat Anya sedang hamil karena kondisi tubuh Anya juga lemah saat ia sedang hamil. Kali ini, Aiden meminta pertolongan dokter itu kembali dan dokter tersebut setuju, serta berjanji untuk menyembunyikan rahasia ini.     

Lebih baik menyembunyikan masalah ini untuk sementara waktu karena ia tidak mau memberikan harapan pada Keluarga Atmajaya, terutama pada Bima.     

Kalau anak ini tidak terselamatkan, semua orang akan merasa sedih.     

Tetapi kalau anak ini bisa diselamatkan, Keluarga Atmajaya pasti akan mengerti mengapa masalah ini disembunyikan untuk sementara.     

Persiapan pernikahan Jenny masih dalam proses dan persiapan pernikahan itu ternyata lebih rumit daripada yang dibayangkan.     

Tetapi tidak peduli seberapa sulitnya, orang-orang di Keluarga Atmajaya bersedia untuk mempersiapkannya dengan senang hati dan tulus.     

Nadine tidak memberitahukan mengenai Keluarga Atmajaya mengenai masalah kehamilannya.     

Anya juga pernah merasakan situasi yang sama dengan Nadine, meski tidak se-ekstrem yang Nadine rasakan saat ini. Ditambah lagi, saat ini ia sedang hamil. Oleh karena itu, ia menyiapkan semua makanan yang ia makan saat ini dua porsi lebih banyak untuk Nadine dan mengirimkannya ke rumah sakit.     

Hana pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi Nadine satu kali, tetapi ia khawatir malah membuat Nadine merasa bersalah. Oleh karena itu, ia tidak mengunjunginya lagi.     

Nadine adalah seseorang yang menyimpan semua masalahnya sendiri di dalam hatinya. Ia merasa kondisinya dan kondisi kandungannya saat ini adalah kesalahannya.     

Melihat Hana begitu memperhatikannya, ia khawatir akan membuat harapan Hana pupus. Ia khawatir akan mengecewakan orang lain.     

Dan semua itu karena salahnya.     

Hana tidak bisa mengunjungi Nadine. Tetapi setiap hari ia membuatkan makanan untuk menantunya itu dan mengirimkannya ke rumah sakit.     

Nadine masih merasa sedikit terbebani karena kebaikan Hana itu, tetapi pada saat yang bersamaan, ia merasa sangat tersentuh.     

Tidak ada satu orang pun yang tahu mengenai kehamilan Nadine dan tidak ada yang mengganggu istirahatnya.     

Anya juga sedang hamil dan tidak bisa membantu persiapan pernikahan Jenny. Sama halnya dengan Nadine yang menghabiskan waktunya untuk beristirahat.     

Harris juga mengambil cuti panjang dari kantor dan menemani Nadine di rumah sakit setiap hari.     

Maria mengkhawatirkan mengenai putrinya saat mendengar bahwa Nadine sedang sakit. Tetapi saat tahu ada Hana yang mengurus Nadine, ia merasa jauh lebih tenang.     

Ia bisa memfokuskan dirinya terhadap persiapan pernikahan Jenny.     

Saat Jenny dan Jonathan kembali dari luar negeri, Nadine sudah melewati masa-masa bahaya dalam kehamilannya. Tetapi ia masih harus bedrest total untuk menjaga kehamilannya.     

Saat mengetahui Nadine sedang hamil, Jenny langsung merasa sangat gembira dan meluncur menuju ke rumah sakit walaupun ia masih belum pulang ke rumah. Ia langsung berangkat dari bandara.     

Tara menghentikan Jenny di depan pintu kamar.     

"Jangan berisik. Nadine butuh banyak istirahat," sebagai seorang kakak ipar, Tara melakukan pekerjaannya dengan sangat baik untuk menjaga adik-adiknya.     

Jenny menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk menenangkan dirinya, tetapi tidak berhasil juga. Ia terlalu bersemangat.     

"Aku terlalu gembira. Kak Tara, kakakku sudah menikah lebih dari dua tahun dan akhirnya hamil juga. Ini adalah berita yang sangat menggembirakan. Mana bisa aku tenang?" kata Jenny dengan wajah yang sumringah. Tubuhnya tidak bisa berhenti bergerak menunjukkan betapa semangatnya hari ini. Kalau boleh, mungkin ia sudah melompat-lompat seperti anak kecil.     

Nadine bisa mendengar suara adiknya itu dari luar. Suara Jenny yang penuh semangat dan kegembiraan membuat Nadine tersenyum dan berkata, "Apakah Jenny sudah pulang? Masuklah."     

"Kak Tara, bolehkah aku masuk? Aku berjanji aku tidak akan berisik," Jenny menatap Tara dengan memohon.     

"Tenanglah!" Tara berulang kali mendesak Jenny untuk tidak terlalu bersemangat sebelum membiarkannya masuk.     

Setelah Jenny masuk dan melihat Nadine yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, ia menjadi jauh lebih tenang dari sebelumnya     

"Kak, kamu berbaring terus. Apakah kamu tidak bisa duduk?" tanya Jenny dengan perhatian.     

"Aku harus bedrest untuk sementara waktu. Setelah beberapa saat, aku akan semakin kuat," kata Nadine sambil tersenyum.     

"Kak Harris, kamu harus baik-baik pada kakakku. Kamu harus menjaganya dengan sangat baik. Tidak mudah untuk mendapatkan anak ini," kata Jenny dengan mata memerah.     

"Aku akan menjaganya baik-baik. Aku yang membuatnya menderita seperti ini," Harris juga merasa tertekan dengan keadaan Nadine saat ini. Kalau kehamilan membuat Nadine menjadi seperti ini, mungkin lebih baik ia tidak memiliki anak.     

Ia tidak tega membiarkan Nadine menderita seperti ini.     

Nadine hanya tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk mengelus pipi Jenny. "Aku baik-baik saja. Sebentar lagi kamu akan menikah. Jangan menangis. Kamu sudah besar."     

"Aku sangat sayang pada kakak. Setelah melahirkan anak ini, tidak usah hamil lagi. Satu anak saja sudah cukup," kata Jenny.     

"Aku juga berharap anak ini akan sehat dan kuat," Nadine mengangguk setuju.     

"Aku juga akan berdoa untuk kesehatan dan keselamatan anak ini," kata Jenny dengan semangat. "Kak, aku ikut senang. Tetapi aku tidak mau melihatmu menderita seperti ini."     

Suara Jenny terdengar tercekat. Ia benar-benar menyayangi kakaknya yang sabar ini.     

"Aku belum bilang pada ibu dan kakek. Aku takut mereka akan khawatir. Dan dilihat dari kondisinya saat ini, aku menjadi semakin khawatir," kata Nadine.     

"Kakek dan ibu sangat peduli pada kakak. Ini adalah berita yang menggembirakan. Seharusnya kamu memberitahunya," Jenny langsung menghubungi rumah Keluarga Atmajaya.     

Saat mengetahui bahwa Nadine sedang hamil, Bima langsung mengajak Marsha untuk mengunjunginya bersama-sama.     

Maria sedang sibuk mempersiapkan pernikahan. Saat mendengar Nadine hamil, ia langsung mengesampingkan semua pekerjaannya dan bergegas ke rumah sakit.     

"Jenny, kamu pasti lelah. Pulanglah dan istirahatlah," kata Nadine dengan penuh perhatian.     

Jenny mengangguk. "Aku akan mengajak Tiara ke sini besok. Ngomong-ngomong, sekarang Tiara bersama dengan Rudi. Apakah kalian semua tahu?"     

"Aku sudah mendengarnya," jawab Nadine.     

"Jenny, kamu harus membawa Tiara datang besok. Aku ingin menanyakan sesuatu," kata Harris dengan serius.     

"Oke, aku akan pulang dulu," Jenny berbalik dan melihat Jonathan sedang membawa buket bunga yang besar dan sekeranjang buah-buahan ke dalam kamar.     

Jonathan berkata dengan sedikit sungkan, "Kami langsung datang dari bandara sehingga kami tidak punya banyak waktu untuk membeli oleh-oleh. Aku barusan pergi untuk membelinya."     

Jenny menghampirinya dan membantunya untuk mengambil keranjang buah-buahan itu. Saat melihat tempat Jonathan membelinya, ia tersenyum dengan puas. "Buah-buahan di sini sangat segar. Aku heran kamu tiba-tiba menghilang. Ternyata kamu pergi membelinya."     

"Buah di rumah sakit tidak bagus. Kita tidak mungkin datang dengan tangan kosong," Jonathan mengelus kepala Jenny sambil tersenyum.     

Jenny meletakkan keranjang buahnya di atas meja dan mengambil vas untuk meletakkan bunganya. Setelah itu, ia pergi bersama dengan Jonathan.     

…     

Keesokan paginya, Jenny mengajak Tiara untuk mengunjungi Nadine di rumah sakit.     

Saat Harris melihat Tiara, ia langsung menanyakan mengenai Keluarga Tanuharja.     

"Tiara, mengapa kamu bersama dengan Rudi?" tanya Harris.     

"Karena aku menyukainya," jawab Tiara dengan tenang.     

"Rudi menyelamatkanku dari Leo. Apakah kamu benar-benar bersamanya karena kamu menyukainya, bukan karena Keluarga Tanuharja?" tanya Harris.     

"Kak, Rudi sangat baik padaku. Paman dan bibiku hampir bercerai karena aku. Semuanya sudah selesai sekarang dan semuanya sudah baik-baik saja," Tiara tidak mau mengatakan apa pun.     

"Setahuku, Keluarga Aditya mengatur jodoh untuk Rudi. Kalau kamu tetap berhubungan dengannya, kamu tidak akan mendapatkan apa pun," kata Harris dengan tegas, "Tinggalkan dia."     

"Kalau aku meninggalkan dia, siapa yang bisa melindungiku? Karena Rudi, pamanku tidak berani melakukan apa pun padaku. Dan karena Rudi, bibiku bisa tetap menjadi Nyonya Tanuharja. Aku tidak akan meninggalkan Rudi dan aku tidak bisa meninggalkannya," Tiara adalah orang yang sangat rasional dan tahu apa yang ia butuhkan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.