Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Akan Memilihmu



Tidak Akan Memilihmu

0Arka menempelkan dahinya pada dahi Sabrina. Ia memandang wajah gadis yang malu-malu itu. Tetapi tangan Sabrina tetap memeluk lehernya dengan erat dan tidak mau melepaskannya.     

Sabrina takut tikus itu akan mendekat dan menggigitnya kalau ia kembali meletakkan kakinya di lantai.     

Tahu bahwa Aksa sedang berada di luar gudang tersebut, mereka berdua tetap bersembunyi di dalam dan tidak berani keluar. Rasanya sama seperti main sembunyi-sembunyian saat mereka masih kecil.     

Mereka merasa senang dan menang kalau orang-orang tidak bisa menemukan mereka.     

Aksa tidak terburu-buru pergi. Melihat ada teh di atas meja, ia duduk dan minum teh tersebut dengan santai.     

"Aksa? Apakah Arka dan Sabrina ada di sana?" suara Diana terdengar.     

"Tidak, Nenek. Tetapi tehnya masih panas. Sepertinya mereka baru saja pergi," jawab Aksa.     

"Katanya mereka mau pergi memancing untuk memanggang ikan di malam hari. Pergilah ke kolam, mungkin mereka ada di sana," kata Diana.     

"Baiklah. Aku akan pergi ke sana," Aksa minum dua teguk sebelum ia bangkit berdiri dan meninggalkan tempat tersebut.     

"Aksa sudah pergi," Arka tersenyum.     

"Gendong aku keluar. Aku takut tikus," kata Sabrina dengan manja, tidak mau turun dari gendongan Arka.     

"Cium aku dulu. Aku akan menggendongmu keluar," Arka tersenyum ke arah Sabrina, matanya penuh dengan cinta.     

Sabrina mengangkat kepalanya. "Kak, jangan seperti itu," katanya sambil mengerutkan kening. Tetapi Arka malah mengecup bibirnya sekilas.     

"Cium aku," Arka bersikeras.     

Sabrina mengalihkan pandangannya. "Kak, jangan bercanda!"     

"Berciuman di tempat seperti ini akan terasa luar biasa. Apakah kamu tidak ingin melakukannya lagi?" tanya Arka dengan sengaja.     

Sabrina merona. "Kalau begitu, tutup matamu."     

"Baiklah," Arka menutup matanya, menuruti permintaan Sabrina.     

Sabrina melepaskan salah satu tangannya dan menggunakannya untuk memegang pipi Arka. Tanganya yang lain masih berada di pundak Arka untuk pegangan.     

Ia mengecup bibir Arka sekilas dan kemudian tertawa kecil seperti anak kecil yang baru saja mencuri permen.     

Arka masih belum puas. Ia memeluk Sabrina lebih erat dan memperdalam ciuman mereka.     

Sabrina merasa jantungnya berdegup dengan gila-gilaan dan tanpa sadar ia membalas ciuman itu. Ini adalah sesuatu yang tidak berani ia lakukan sebelumnya.     

Dengan Arka, sebelumnya Sabrina merasa tidak berani melakukan apa pun. Arka memiliki pesona yang bisa membuat semua orang tunduk padanya.     

Arka merasa sangat senang karena kali ini Sabrina mau membalas ciumannya. Tetapi sekarang hal yang paling penting adalah segera pergi dari tempat tersebut agar kencan mereka tidak rusak karena kedatangan Aksa.     

Dengan senyum di bibirnya, Arka membawa Sabrina yang masih berada di gendongannya, keluar dari gudang. Setelah keluar dari gudang tersebut, ia menurunkan Sabrina dan menggandeng tangannya, membawanya untuk menemui Diana.     

"Tadi Aksa mencari kalian, tetapi kalian tidak ada. Aku pikir kalian sudah pergi ke kolam," kata Diana.     

"Nenek, ada sesuatu yang harus kami lakukan. Kami tidak bisa menemanimu makan malam. Lain kali kami akan kembali untuk menemani kalian," Arka berjalan ke arah Diana dan memeluknya dengan lembut.     

Diana tersenyum dan menepuk punggung cucunya itu. "Kalau ada sesuatu yang mendesak, pergilah. kapan-kapan kalau kalian punya waktu kembalilah ke sini."     

"Nenek, kami menyayangimu. Kami pulang dulu, ya!" kata Sabrina sambil tersenyum dengan manis.     

Aksa tidak menemukan siapa pun di daerah kolam dan tidak ada yang menjawab panggilannya. Saat ia kembali ke rumah neneknya, ia menyadari bahwa sebenarnya Arka dan Sabrina masih berada di sana sebelumnya. Tetapi sekarang mereka mungkin sudah pergi.     

"Kakakku sangat jahat. Ia sengaja menghindariku," Aksa langsung masuk ke dalam mobilnya dan mengejarnya.     

Arka memarkirkan mobilnya di sebuah jalan, di bawah pohon besar. Pohon itu besar sehingga menutupi badan mobil tersebut.     

"Kak, mengapa kita menunggu di sini?" Sabrina terlihat kebingungan. Tetapi ia terlihat senang dan bersemangat. Rasanya seperti kembali ke masa lalu saat mereka bermain-main bersama.     

Arka mengangkat jam tangan di pergelangan tangannya dan melihatnya. "Sekitar lima menit lagi, mobil Aksa akan melewati jalan ini. Saat ia pergi, kita baru pergi."     

Sabrina langsung tertawa mendengarnya. "Kamu membohongi Kak Aksa lagi? Ia pasti sangat kesal."     

"Bukankah ini menyenangkan?" Arka mengelus kepala Sabrina.     

"Sangat menyenangkan!" Sabrina mengangguk. "Empat menit lagi."     

Sabrina sudah berusia 26 tahun dan sekarang merupakan desainer perhiasan yang terkenal secara internasional. Ia sudah memenangkan banyak penghargaan desain, tetapi jiwa anak kecilnya masih ada.     

Ia seperti memiliki dua sisi.     

Sabrina yang serius di hadapan semua rekan kerjanya, yang bertalenta di bidangnya.     

Dan Sabrina yang kekanakan dan ceria di hadapan orang-orang terdekatnya.     

"Ayo kita menghitung mundur. 10, 9, 8, 7 …"     

Sebuah raungan mobil sport terdengar semakin dekat dan dekat. Setelah itu, sebuah mobil ferrari berwarna merah melewati mereka.     

"Kak Arka, kamu benar-benar hebat!" Sabrina menunjukkan jempolnya pada Arka. "Kamu sangat hebat. Apakah kamu bisa membantuku? Samuel ingin membuat gadis yang ia sukai terpesona olehnya dengan karate, tetapi ayahku tidak memperbolehkannya karena takut ia terluka. Apakah ada cara lain?"     

"Samuel sangat pemberani. Ia masih kecil, tetapi sudah mau belajar hal yang sulit seperti karate untuk menyenangkan gadis yang ia suka. Aku akan membantunya nanti," Arka mengajak Sabrina untuk pergi ke perusahaan televisi milik Atmajaya Group.     

Nico tidak memiliki peran yang cukup besar dalam Atmajaya Group. Setelah anak-anak muda di Keluarga Atmajaya semakin besar, akhirnya Nico membangun perusahaan sendiri, perusahaan film dan televisi.     

Selain memiliki bioskop sendiri, Atmajaya Group juga memiliki perusahaan entertainment yang menaungi aktor dan aktris.     

Jadi properti seperti papan dan batu yang bisa dihancurkan dengan mudah untuk film-film laga pasti ada banyak di perusahaannya itu.     

Di perjalanan ke sana, Sabrina tersenyum dan memandang ke arah Arka. "Kak, di dunia ini, sepertinya tidak ada yang sulit untukmu."     

"Ada," kata Arka dengan tenang.     

"Apa itu?" tanya Sabrina dengan penasaran.     

"Kamu," jawab Arka.     

Sabrina mengedipkan matanya dengan polos. "Apa yang membuatmu kesulitan, Kak?"     

Arka tersenyum tipis. "Itu karena kamu tidak melakukan apa pun dan kamu tidak memahami apa pun. Aku terbiasa semuanya berada di bawah kendaliku. Tetapi hanya hubunganku denganmu saja yang tidak berada di bawah kendaliku. Perasaan takut akan kehilangan kamu membuatku merasa sangat khawatir."     

"Kamu tidak akan kehilangan aku. Kamu akan tetap menjadi sahabat terbaikku selamanya," kata Sabrina.     

Arka tersenyum dan memandang ke arah Sabrina. "Kalau kamu memberiku pilihan, tidak peduli siapa pun pilihan yang lainnya, aku pasti akan memilihmu tanpa ragu!"     

"Benarkah? Kamu lebih pilih aku atau ibumu? Bagaimana kamu memilihnya kalau seperti itu?" tanya Sabrina dengan sengaja.     

"Aku memilihmu. Ibuku sudah punya ayahku dan ia paling bahagia saat bersama dengan ayahku," jawab Arka.     

"Aku atau Atmajaya Group. Pilih yang mana?" tanya Sabrina lagi.     

"Aku memilihmu. Aku bersedia untuk menyerahkan posisiku sebagai CEO. Aku yakin Aksa dan Mason bisa mengurus perusahaan dengan baik," jawab Arka.     

"Kalau seseorang menculik kita berdua, tetapi hanya ada satu yang selamat. Siapa yang akan kamu pilih?" tanya Sabrina lagi.     

"Aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Kalau itu sampai terjadi, itu artinya aku tidak bisa melindungimu dengan baik. Tetapi kalau hanya salah satu dari kita saja yang bisa selamat, aku akan menyelamatkanmu," jawab Arka.     

Sabrina menutup bibirnya rapat-rapat. Ia bisa merasakan bahwa Arka tidak hanya bermulut manis. Ia selalu melakukan apa pun yang ia katakan.     

Arka adalah pria yang memegang kata-katanya.     

Ibu Sabrina pernah bilang, kalau ia bertemu dengan pria yang mau mencintaimu hingga menyerahkan hidupnya, jangan sampai melepaskannya!     

Pada saat itu, Sabrina masih tidak mengerti. Ia merasa di dunia ini tidak ada yang bisa menyerahkan hidupnya untuknya.     

Pertanyaan yang ia tanyakan pada Arka sebelumnya, kalau Arka menanyakan balik kepadanya, Sabrina yakin ia tidak bisa melakukan apa yang Arka lakukan.     

"Aku sudah menjawabnya. Apakah kamu puas?" Arka memandang ke arah Sabrina.     

"Mungkin aku tidak menyukaimu sebesar itu. Tiga pertanyaan yang aku berikan kepadamu itu, kalau kamu menanyakannya kepadaku, aku … Aku tidak akan memilihmu," Sabrina menundukkan kepalanya dengan malu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.