Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Mimpinya Sudah Tercapai



Mimpinya Sudah Tercapai

0Jenny hampir melompat kegirangan saat tahu bahwa Tiara sedang hamil.     

"Tiara, kalau anakmu perempuan, jodohkan dengan anakku. Kalau anakmu laki-laki, anakmu dan anakku bisa bermain bersama seperti saudara," kata Jenny dengan sangat semangat.     

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kalau aku punya anak, meski cederaku sembuh, tubuhku akan sulit kembali menjadi seperti dulu. Sulit untuk menurunkan berat badan saat kita semakin tua," kata Tiara dengan tertekan.     

"Kamu ingin menggugurkan anak itu?" Jenny memandang sahabatnya itu dengan terkejut.     

"Aku … Aku tidak tahu," Tiara memegangi kepalanya, tidak tahu harus memutuskan apa.     

"Keluarga Rudi sudah menerimamu. Aku rasa lebih baik kamu menikah dengan Rudi sekarang. Meski kamu tidak melahirkan anak ini, cederamu masih butuh waktu yang lama untuk sembuh. Sama saja, kamu tidak bisa kembali ke panggung. Lebih baik saat hamil ini kamu sambil memulihkan cederamu," Jenny mendesaknya untuk melahirkan anak itu.     

"Setelah Dokter Tirta tahu bahwa aku sedang hamil, ia langsung mengatur kembali rencana pemulihanku. Ia mengatur beberapa resep obat karena ada obat yang bisa membuatku pulih lebih cepat, namun membahayakan dan bisa membuatku keguguran. Kalau aku berhenti meminum obat itu, aku akan pulih lebih lama. Aku juga akan semakin gendut dan aku tidak akan bisa kembali ke panggung," kata Tiara.     

Jenny duduk di sampingnya dan memandang Tiara dengan lembut. "Apakah kamu mencintai Rudi?"     

"Iya," Tiara mengangguk.     

"Tetapi kamu tidak cukup mencintainya dan rela berhenti menari untuk Rudi, kan?" tanya Jenny.     

Tiara tidak mengatakan apa pun. Ia merasa sangat kebingungan saat tahu bahwa ia sedang hamil.     

Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.     

Ia ingin menikah dengan Rudi dan ingin membangun keluarga dengannya. Tetapi tidak sekarang …     

"Tiara, ceritakan semua kekhawatiranmu pada Rudi. Anak ini bukan hanya anakmu saja, tetapi juga anaknya. Kamu tidak bisa memutuskan semuanya sendirian. Jangan sampai masalah ini merusak hubungan kalian. Aku percaya Rudi sangat mencintaimu dan ia akan memahamimu," kata Jenny.     

"Baiklah, aku akan mengabarimu lagi nanti," kata Tiara.     

Tetapi sayangnya, Tiara tidak pernah memberitahu perasaannya dan pemikirannya pada Rudi. Sampai 50 hari setelah pernikahannya, Rudi akhirnya mengambil inisiatif untuk berbicara padanya terlebih dahulu.     

Setelah makan malam, Rudi memeluk Tiara dan mengajaknya untuk duduk di sofa ruang keluarganya.     

"Tiara, aku ingin membicarakan mengenai anak kita," Rudi memberikan segelas susu untuk Tiara.     

Tiara menerimanya dan menyesapnya dengan perlahan. "Ada apa? Aku akan mendengarkanmu."     

"Apakah kamu menginginkan anak ini atau tidak? Kalau kamu tidak menginginkannya, kamu harus segera melakukan aborsi sebelum kehamilanmu mencapai tiga bulan. Itu akan lebih aman untukmu dan kesehatanmu. Aku ingin tahu, apakah kamu mau memeriksakan kandunganmu, atau menggugurkannya?" tanya Rudi dengan tenang.     

Tiara memandang Rudi dengan mata terbelalak, tidak menyangka bahwa Rudi akan memberikannya tanggung jawab untuk memutuskan.     

"Aku tidak tahu harus berbuat apa. Kalau kakiku sembuh, aku bisa kembali menari. Tetapi kalau aku memiliki anak ini, tubuhku tidak akan bisa kembali seperti dulu dan aku tidak akan bisa manggung lagi. Aku takut akan menyesalinya. Namun, aku juga tidak bisa menyerahkan anak ini. Saat aku sedang dalam masa pemulihan, semuanya akan baik-baik saja. Tetapi setelah aku pulih dan bisa menari lagi, aku mungkin tidak akan punya waktu untuk anak ini."     

Tiara mengungkapkan semua kegelisahannya secara jujur pada Rudi.     

"Kalau aku bisa memastikan bahwa kamu melahirkan dengan selamat dan tidak mempengaruhi bentuk tubuhmu, apakah kamu bisa melahirkan anak ini tanpa kekhawatiran?" tanya Rudi.     

"Apakah bisa?" Tiara memandangnya dengan penuh harap.     

"Aku sudah bicara dengan nutrisionis untuk mengatur pola makanmu. Selain itu, aku juga mengatur seorang personal trainer agar kamu bisa terus berolahraga selama kamu sedang hamil," kata Rudi sambil mengeluarkan sebuah kertas.     

Tiara melihat rencana pola makan dan olahraga yang sangat rinci. Saat melihat nama personal trainer yang dipilih oleh Rudi, Tiara langsung mengetahuinya karena orang tersebut sangat terkenal.     

"Rudi, aku tidak tahu harus mengatakan apa. Terima kasih!" kata Tiara sambil menangis.     

"Kalau kamu bersedia untuk mempertahankan anak ini, kamu harus menerima lamaranku. Anak ini tidak bisa hidup tanpa ayahnya," Rudi mengeluarkan sebuah kotak cincin dari belakang sofa, seolah-olah ia sedang melakukan sulap.     

Tiara tertawa melihatnya. "Apakah hanya ada cincin? Tidak ada bunga?"     

"Tentu saja ada bunganya," Jenny datang sambil membawa sebuah buket bunga mawar merah. "Cepatlah ke sini, bunganya ada di sini. Aku sendiri yang memilih dan memotong bunganya di taman …"     

"Jenny, kamu sudah tahu semua ini? Dan kamu bisa menyembunyikannya dariku?" kata Tiara dengan mata memerah.     

Jenny tertawa dan menghampiri sahabatnya itu dengan sangat senang. Harris dan Nadine juga datang untuk menyaksikan lamaran ini.     

Rudi mengambil buket bunga dari tangan Jenny dan berlutut untuk melamar Tiara dengan kotak cincin di tangannya. Dengan senyum yang cerah dan air mata menghiasi matanya, Tiara menerima lamaran itu dengan sangat gembira.     

…     

Beberapa bulan kemudian, Tiara melahirkan seorang anak laki-laki. Meski anak itu lahir secara prematur, lebih awal dari waktu yang dijadwalkan, anak tersebut lahir dengan bobot yang cukup berat dan sangat sehat.     

Setengah bulan setelah melahirkan, Tiara mulai berlatih dan berolahraga.     

Tidak butuh waktu lama, hanya butuh satu bulan, berat badan Tiara sudah turun cukup banyak. Berat badannya memang masih belum mencapai berat badan yang ia inginkan, tetapi ia masih berusaha untuk kembali ke berat normalnya.     

Jenny sering ikut untuk berolahraga bersama dengan Tiara. Mereka berdua berolahraga bersama dan mendukung satu sama lain untuk menjadi lebih kurus.     

Tetapi Jenny tidak bisa mengikuti olahraga Tiara karena olahraga yang Tiara jalani sangat berat. Oleh karena itu, Tiara bisa turun dengan lebih cepat. Sementara berat badan Jenny masih kurang lebih seperti sebelumnya.     

Untung saja, Jonathan sama sekali tidak peduli dan hanya berharap Jenny sehat.     

"Tiara, aku dengar ada perusahaan balet dari luar negeri yang ingin mengundangmu. Apa yang akan kamu lakukan? Bagaimana dengan Rudi?" Jenny memandang Tiara dengan cemas.     

"Walaupun aku berhenti menari untuk sementara, sebenarnya aku masih belum menyerah. Aku tahu bahwa aku tidak akan bisa pulih dengan cepat tanpa dukungan dan bantuan dari Rudi. Kalau aku dipaksa untuk memilih, aku akan memilih Rudi," kata Tiara.     

"Apakah kamu yakin kamu tidak akan menyesalinya? Kamu masih belum berusia 30 tahun. Dengan kemampuanmu, bahkan saat berusia 35 tahun pun kamu masih bisa menjadi penari yang handal," kata Jenny.     

Tiara menundukkan kepalanya. Ia memikirkan kembali mengenai Rudi yang selalu berdiri di sampingnya. Ia memikirkan mengenai putranya yang masih membutuhkannya. Dan Tiara merasa tidak rela untuk melepaskan semua itu.     

Awalnya, Tiara merasa ragu untuk memiliki anak karena khawatir karirnya akan terpengaruh. Tetapi setelah anaknya lahir, ia bisa merasakan koneksi antara dirinya dan anaknya.     

Melihat wajah anaknya, Tiara tidak tega untuk meninggalkannya sendirian.     

"Aku sudah memikirkannya baik-baik. Jangan biarkan Rudi tahu mengenai hal ini," kata Tiara dengan tenang.     

Tiara sudah menandatangani kontrak selama tiga tahun dengan perusahaannya saat ini dan kontrak itu sudah berakhir. Sekarang, ia tidak terikat dengan perusahaan mana pun.     

Namun, ia tidak menyangka bahwa ada perusahaan balet dari luar negeri yang akan mencarinya dan mengundangnya untuk kembali ke panggung.     

Tetapi sayangnya, ia tidak berniat menerimanya.     

Ia mencintai Rudi dan ia mencintai anak mereka!     

Rudi lah yang membantunya saat ia tidak berdaya, saat ia kehilangan arah dan kehilangan harapan untuk mencapai mimpinya.     

Rudi yang memberinya pilihan dan membiarkan Tiara untuk melakukan apa pun yang ia inginkan. Rudi bahkan sama sekali tidak memaksanya untuk menikah.     

Menari memang adalah impian Tiara. Tetapi ia sudah pernah menjadi angsa putih dan mimpinya itu sudah tercapai.     

Sekarang, di dalam hidupnya, ia hanya ingin menjadi istri yang baik bagi Rudi dan ibu yang baik bagi putra mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.