Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Tidak Bisa Menari Lagi



Tidak Bisa Menari Lagi

0"300 juta, tidak lebih. Kamu tahu sendiri apa yang Jessica lakukan. Anak di dalam kandungannya juga tidak jelas anak siapa. Bukankah lebih baik kalau anak itu tidak ada? Pratama Group akan memberimu 100 juta dan aku akan menambahkan 200 juta. Setelah itu, aku harap kamu tidak akan mengganggu menantuku lagi," kata Bima dengan dingin.     

"500 juta," Eka terus berusaha untuk menawar.     

Bima menghela napas panjang. "Baiklah, begini. Aku setuju karena aku memikirkan mengenai beberapa simpananmu di luar sana. Aku akan memberimu tambahan 100 juta lagi. 300 juta dari aku dan 100 juta dari Anya. Jangan beritahu pada Anya mengenia uang yang aku berikan padamu. Putraku sangat memanjakan istrinya dan tidak mudah untuk menghadapi Aiden. Setelah menerima uangnya, jangan pernah muncul lagi di hadapannya," kata Bima dengan serius.     

"Aku akan pergi setelah mendapatkan uangnya dan aku tidak akan kembali lagi," kata Eka.     

Anya mengetahui mengenai 400 juta itu dan tidak membiarkan Bima membayar dengan uangnya. Bagaimana pun juga, Jessica adalah simpanan Galih. Bukan tanggung jawab Bima untuk memberikan uang itu pada Eka. Seharusnya, uang itu dibayarkan oleh Keluarga Pratama.     

Eka kembali ke Indonesia dan mencari Keluarga Atmajaya hanya untuk mencari keuntungan dari kematian putrinya.     

Kalau bukan karena bukti pengkhianatan Jessica terhadap Galih, Eka tidak akan menyerah.     

Bagi Eka, nyawa putrinya bukanlah sesuatu yang berarti. Ia bahkan tidak mau membeli tanah untuk menguburkan Jessica dan memilih untuk melakukan kremasi agar bisa menebar abunya.     

…     

Tiga tahun kemudian, Tiara kembali setelah menjadi pemeran utama dalam pertunjukkan baletnya. Ia bukan lagi penari cadangan, melainkan seekor angsa putih yang berdiri di panggung terdepan.     

Anya merasa sangat gembira saat mendengar berita itu.     

Usia 28 tahun bukanlah usia yang muda untuk seorang penari, tetapi Tiara berhasil mendapatkan posisi penari utama. Tidak ada yang tahu betapa besar usaha yang Tiara lakukan untuk mendapatkan posisi tersebut.     

Jenny yang merupakan sahabat Tiara langsung membuat group chat.     

Jenny : Ayo kita makan malam bersama dan merayakannya!     

Jonathan : Wanita hamil seharusnya istirahat di rumah dan memperhatikan kesehatan.     

Indah : Apakah Jenny sedang hamil? Cepat datanglah ke sini. Aku akan membuatkan sup ayam untukmu.     

Anya : Selamat untuk Tiara dan juga Jenny. Ayo kita makan malam bersama untuk merayakan pencapaian Tiara menjadi penari utama dan juga kehamilan Jenny.     

Nico : Kamu sudah akan menjadi ibu, tetapi kamu masih seperti anak-anak.     

Jenny : Anak-anakmu juga sudah masuk SD, tetapi kakak tidak bisa diandalkan.     

Tara : Benar. Diamlah Nico. Apakah kamu tidak bisa sedikit dewasa? Jenny sedang hamil dan itu adalah berita yang sangat menggembirakan. Jangan membuat keributan.     

Nadine : Selamat untuk Jenny.     

…     

Berita kehamilan Jenny langsung tersebar dengan sangat cepat dan terdengar di telinga para orang tua. Mereka ikut senang mendengar berita bahagia itu.     

Jenny sudah dianggap sebagai seorang putri di Keluarga Atmajaya sebelum ia hamil. Setelah ia hamil, ia menjadi seorang ratu.     

Jonathan benar-benar memanjakannya. Ia tidak keberatan meski Jenny sama sekali tidak berubah sebelum dan sesudah menikah. Baginya, Jenny adalah wanita yang ia cintai. Dulu, sekarang dan selamanya …     

Saat Tiara mengetahui bahwa sahabatnya sedang hamil, Tiara langsung setuju untuk menjadi ibu baptis dari anak tersebut.     

Satu bulan sebelum Jenny melahirkan, Tiara pulang lebih awal untuk menemani Jenny.     

"Tiara, masih ada satu bulan sebelum aku melahirkan. Mengapa kamu kembali lebih awal? Apakah kamu tidak ada jadwal manggung?" tanya Jenny.     

"Aku sedang cedera dan aku harus beristirahat sejenak," Tiara tersenyum tipis.     

"Cedera di bagian mana? Apakah itu akan mempengaruhi karirmu sebagai penari?" tanya Jenny dengan cemas.     

"Kakiku yang sakit. Aku tidak tahu apakah aku masih bisa menari atau tidak," wajah Tiara terlihat muram.     

Pada saat itu, Rudi tiba-tiba muncul di depan pintu dengan buket bunga di tangan kirinya dan sekeranjang buah-buahan di tangan kanannya.     

"Jenny, bagaimana keadaanku? Apakah anak baptisku menendang hari ini?" kata Rudi sambil berjalan ke dalam.     

Saat Tiara mendengar suara itu, tubuhnya langsung membeku. Perlahan ia memutar kepalanya dan memandang ke arah Rudi.     

Rudi berhenti melangkah saat ia melihat Tiara. Seluruh tubuhnya juga kaku seolah ia tidak bisa bergerak.     

"Tiara, kamu sudah kembali?" senyum yang menawan terlihat di wajah Rudi.     

Tiara hanya memandangnya dengan tatapan kosong. Setelah tiga tahun tidak bertemu dengan Rudi, Tiara merasa Rudi masih sama seperti sebelumnya.     

Bisa dibilang, Rudi menjadi pria dewasa yang semakin menawan.     

"Lama tidak bertemu. Bagaimana keadaanmu?" Tiara tersenyum lembut.     

"Aku baik-baik saja," jawab Rudi dengan santai.     

"Ehem … Ehem …" Jenny sengaja berdeham.     

"Sebenarnya, aku tidak baik-baik saja. Sama sekali tidak baik," Rudi langsung mengubah kata-katanya.     

Tiara langsung tertawa. "Kalian berdua ini …"     

Jenny ikut tertawa melihat sahabatnya. "Tiara, sampai sekarang, Rudi masih single."     

"Benarkah? Tapi aku sudah punya pacar," jawab Tiara dengan tenang.     

Rudi memandang Tiara dengan terkejut. "Kamu sudah punya pacar? Mengapa aku tidak tahu?"     

Tiara memandang ke arah Rudi dengan senyum. "Apakah kalau aku berhubungan dengan seseorang, aku harus langsung memberitahumu? Pacarku ini sangat istimewa. Aku bertemu dengannya di pesawat saat pulang ke Indonesia. Ia sangat mengagumiku. Kalau cedera di kakiku tidak bisa sembuh dan aku tidak bisa menari lagi, ia berjanji akan membuatkan sekolah tari untukku."     

"Kalau kamu ingin membuat sekolah tari, aku bisa membiayaimu. Siapa pria itu? Apakah ia lebih tampan dan lebih kaya dibandingkan aku?" tanya Rudi.     

"Ia tidak sekaya kamu, tidak setampan kamu. Tetapi ia bisa memahamiku dan menghargaiku. Jarang-jarang aku bertemu dengan pria sepertinya. Setelah terluka seperti ini, mungkin aku tidak akan pernah bisa menjadi angsa putih yang menawan lagi di atas panggung," kata Tiara, menertawai dirinya sendiri.     

Tatapan Rudi terus terpaku ke wajah Tiara. "Aku akan menyembuhkanmu. Lupakan pria di pesawat itu."     

"Oh … Ada yang cemburu," Jenny tertawa dengan keras.     

"Jenny, aku harus berbicara dengan Tiara. Aku akan mengunjungimu lagi lain kali," Rudi meraih tangan Tiara dan mengajaknya ke luar kamar rawat Jenny.     

Tiara sedang mengenakan sepatu keds berwarna putih saat ini dan kakinya sedikit pincang saat ia berjalan.     

"Pelan-pelan. Kakiku sakit dan aku tidak bisa berjalan dengan cepat!" teriak Tiara dengan kesal.     

Tetapi Rudi tidak bisa menunggu. Ia langsung menggendong Tiara dengan gendongan putri dan berjalan ke arah lift.     

Tiga tahun lalu, Rudi pernah menggendong Tiara seperti ini. Pada saat itu, meski Tiara tidak gemuk, Rudi bisa merasakan beratnya saat menggendongnya.     

Tetapi sekarang Tiara sangat ringan saat Rudi mengangkatnya di pelukannya.     

Untuk bisa menjadi seorang penari, Tiara rela melakukan diet keras agar berat badannya turun. Ia berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan berat badannya agar ia tampil lebih menawan dengan berat badan yang proporsional.     

"Kamu terlalu kurus. Pantas saja kamu terluka dan tidak bisa menari lagi," tatapan Rudi tertuju pada leher Tiara yang indah.     

"Kamu …" Tiara merasa kesal dengan komentar tersebut.     

"Makan yang banyak, minum banyak vitamin. Dengan menjaga kesehatanmu, kamu bisa mempertahankan karirmu sebagai penari," Rudi tidak membawanya keluar dari rumah sakit, melainkan menuju ruangan seorang dokter.     

"Kamu membawaku untuk bertemu dengan dokter?" tanya Tiara.     

"Kepala rumah sakit hari ini mengadakan konsultasi. Kamu sangat beruntung," kata Rudi dengan tenang.     

"Aku sudah menemui banyak dokter ahli di luar negeri. Tetapi tidak ada jalan lain selain menunggu cederaku pulih secara perlahan," kata Tiara dengan kecewa.     

"Tidak semua dokter di luar negeri lebih baik. Bisa saja dokter di Indonesia menemukan jalan untukmu," kata Rudi dengan tegas.     

Tiara tidak mengatakan apa pun. Tangannya tanpa sadar melingkari leher Rudi untuk menjaga keseimbangannya. Kepalanya bersandar di dada Rudi. Suara detak jantung Rudi membuatnya merasa jauh lebih tenang.     

Setelah konsultasi, Rudi merasa kepercayaannya semakin tinggi bahwa Tiara bisa sembuh. Tetapi Tiara malah terlihat kecewa.     

"Apakah kamu dengar apa yang dokternya katakan? Banyak minum vitamin, banyak istirahat dan cederamu akan membaik," hibur Rudi.     

"Meski aku tahu aku tidak akan pernah menari lagi. Meski aku tahu bahwa cedera ini bisa mempengaruhi cara berjalanku. Tetapi kalau aku diberi kesempatan untuk mengulang kembali, aku tetap akan menjadi penari. Apakah aku sudah gila?" kata Tiara. Tanpa sadar, matanya memerah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.