Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Kontrak Tiga Tahun



Kontrak Tiga Tahun

0Melihat jawaban dari Tiara, Rudi tersenyum dan menyimpan ponselnya.     

Tiara menunggu jawaban darinya untuk sesaat, hingga pramugari pesawat itu mendesaknya untuk mematikan ponsel. Akhirnya, ia memutuskan untuk membuat ponselnya menjadi airplane mode.     

Saat berjalan keluar dari bandara, Rudi memandang ke arah langit biru di atas kepalanya. Kalau Tiara diibaratkan sebagai angsa putih, maka seharusnya ia harus terbang ke langit yang tinggi, bukan terkurung di sebuah kurungan Rudi yang kecil.     

Jenny baru mengetahui mengenai kepergian Tiara dan langsung menghubungi Rudi.     

"Rudi, apakah Tiara benar-benar pergi? Mengapa kamu tidak mencegahnya?" tanya Jenny.     

"Ia punya mimpinya sendiri. membuatnya tetap berada di sampingku, di sisiku, sama saja dengan mematahkan sayapnya," kata Rudi dengan tenang.     

"Apakah kamu mencintainya?" tanya Jenny secara tiba-tiba.     

Rudi berpikir cukup lama dan akhirnya menjawab. "Mungkin aku mencintainya …''     

"Apa maksudnya ini? Kamu bahkan tidak tahu apakah kamu mencintainya atau tidak," Jenny menghela napas panjang. "Sekarang ia sudah pergi. Kalau ada berita mengenai Tiara, aku akan memberitahumu."     

…     

Satu minggu kemudian, Jenny mengirimkan sebuah foto pada Rudi. Akhirnya Tiara sudah tidak menjadi cadangan lagi, tetapi menjadi penari utama.     

Ia mendapatkan kontrak selama tiga tahun dalam kelompok tersebut. Tiara sudah menetapkan tujuannya dalam waktu tiga tahun. Kalau ia tidak bisa menjadi penari utama, ia akan mundur dari kelompok balet tersebut.     

Sekarang ia sudah berusia 25 tahun. Tiga tahun lagi, ia sudah berusia 28 tahun. Sebagai seorang penari, usia 28 tahun itu sangat lah tua.     

Anya merasa sangat senang saat mendengar bahwa Tiara mendapatkan kontrak resmi. Ia merasa bahwa tiga tahun tersebut adalah waktu yang cukup bagi Tiara untuk membuktikan dirinya. Tiga tahun itu adalah waktu yang cukup bagi Tiara untuk kembali dan bertemu dengan Rudi lagi.     

Tidak peduli apa pun yang terjadi, Rudi tidak bisa memberikan kehidupan yang Tiara inginkan saat ini. Ada baiknya Tiara membentangkan sayapnya sendiri dan mengejar mimpinya sendiri.     

"Bibi, Tiara akhirnya menandatangani kontrak. Kamu terlihat senang," kata Nadine sambil tersenyum.     

"Aku senang untukmu. Tiara sedang mengejar mimpinya sehingga Harris tidak akan mengkhawatirkannya. Dengan begitu, kamu tidak akan cemburu," Anya membalas senyuman itu.     

"Bibi, apa yang kamu katakan. Aku tidak cemburu," elak Nadine.     

"Tidak usah berpura-pura di depanku. Apakah kamu pikir aku tidak bisa melihatnya? Sudah tidak usah dibahas lagi," Anya menggenggam tangan Nadine. "Ngomong-ngomong, apakah kamu tahu apa yang kakakmu katakan pada Raka? Ia ingin menjodohkan Mason dengan Sabrina, agar Sabrina tidak direbut oleh kedua putraku suatu hari nanti."     

"Bibi, kamu …"     

"Kenapa denganku? Sabrina cantik dan cerdas. Aku menyukainya. Aku akan menyuruh Arka atau Aksa untuk merebutnya," Anya terlihat sangat percaya diri bisa menang. "Kalau saja Mason sama seperti Nico yang pandai menggoda wanita dan merayu mereka, aku pasti akan khawatir. Tetapi sifat Mason malah terlihat kaku seperti Aiden. Mana mungkin ia bisa merebut Sabrina dari kedua putraku."     

Nadine tertawa terbahak-bahak melihat perebutan ini. "Aku juga heran. Bagaimana bisa kakakku yang anak itu bisa membesarkan putranya menjadi anak yang dewasa seperti Mason."     

"Tentu saja itu karena Tara. Tara tidak ingin kedua anaknya tumbuh menjadi seperti Nico yang liar sehingga ia mendidiknya dengan sangat tegas. Walaupun masih kecil, Mason dan Madison sudah tahu bahwa ayah mereka memang tidak bisa diandalkan dan mereka tidak mau mencontohnya. Nico hanya akan menjadi contoh buruk bagi mereka," Anya sangat memahami cara Tara mendidik kedua anaknya.     

"Bibi, apakah kamu bisa membantuku? Aku tidak tahu apakah anakku ini laki-laki atau perempuan, tetapi apakah kamu bisa membantuku untuk mendidiknya? Harris dan aku terlalu kaku dan serius. Tetapi kami berharap anak kami tumbuh menjadi anak yang ceria," kata Nadine.     

"Pamanmu merasa sifatnya terlalu membosankan sehingga ia tidak mau Arka dan Aksa tumbuh dengan kaku seperti dirinya. Ia tidak membatasi apa pun keinginan Arka dan Aksa sehingga mereka berdua menjadi sedikit nakal. Kalau kamu tidak keberatan memiliki anak yang nakal seperti si kembar, aku akan membantumu," kata Anya.     

Anya sudah mendapatkan banyak pengalaman saat memiliki Arka dan Aksa. Ditambah lagi, sekarang ia sedang mengandung dan mungkin anaknya itu akan lahir berdekatan dengan Nadine.     

Ia bisa membantu Nadine untuk membesarkan anaknya, sekaligus mendidik anaknya sendiri.     

…     

Satu bulan kemudian, Galih akhirnya bangun.     

Indah pergi ke rumah sakit untuk mengunjunginya. Awalnya, Anya ingin menemani ibunya, tetapi Indah langsung menghentikannya.     

Terakhir kali Anya pergi ke rumah sakit untuk mengunjungi Galih, malamnya ia mengalami demam selama tiga hari. Anya berusaha untuk menyembunyikan hal itu darinya, tetapi pada akhirnya Indah tahu juga.     

Indah benar-benar menyalahkan dirinya atas kejadian itu.     

Di kamar rumah sakit, Indah membuka pintu kamar Galih dan Galih memandang ke arahnya. "Apakah Anya tidak datang?"     

"Saat kamu sedang kritis, ia datang mengunjungimu. Tetapi pulangnya ia langsung jatuh sakit. Kondisinya tidak cukup baik sekarang. Kalau kamu ingin bertemu dengannya, kamu saja yang mengunjunginya setelah keluar dari rumah sakit," kata Indah dengan tenang.     

"Aku dengar, asistenku ditangkap?" Galih tidak sempat melihat asisten kepercayaannya setelah ia bangun.     

"Saat kamu sedang koma, ia dan Jessica berusaha untuk memindahkan beberapa properti atas namamu. Buktinya sangat jelas sehingga asistenmu ditangkap dan dipenjara," Indah mengambil sebuah kursi dan duduk di samping tempat tidur.     

"Apakah kamu yang melakukannya?" Galih langsung menebak bahwa penangkapan asistennya itu ada hubungannya dengan Indah.     

Indah memandangnya dengan dingin. "Semua harta kekayaan atas namamu itu adalah harta milik kita berdua. Aku tidak akan membiarkan ada orang yang mengambilnya."     

"Kalau aku mati, semuanya akan menjadi milikmu. Mengapa kamu menyelamatkanku?" setelah bangun, Galih mendengar bahwa Indah menghabiskan banyak uang untuk mendatangkan dokter dari luar negeri.     

Indah memandang wajah Galih cukup lama sebelum berkata dengan lembut. "Kita masih suami istri dan aku tidak mau kamu mati. Setidaknya, di hatiku, aku tidak bisa menerima bahwa suamiku mati karena wanita simpanannya berselingkuh."     

"Tetapi kamu malah membuatku marah!" kata Galih.     

"Benarkah? Apa yang aku katakan sehingga membuatmu marah? Kamu pingsan di rumah dan aku lah yang menyelamatkanmu. Saat kamu koma, aku yang menjaga semua hartamu agar kamu tidak kehilangan apa pun. Aku juga berusaha sekuat tenaga dan menghabiskan banyak uang untuk menyembuhkanmu. Apakah perlu aku beritahu kepadamu berapa banyak uang yang aku keluarkan agar kamu bisa sadar?" Indah mengeluarkan sebuah kertas laporan biaya yang ia keluarkan selama ini untuk Galih. "Lihat ini."     

"Indah, kamu …" Galih tidak bisa berkata-kata.     

"Aku hanya merasa kasihan pada putriku. Aku tidak mau ia datang ke pemakamanmu dalam keadaan mengandung. Setidaknya, aku ingin kamu melihat cucu perempuanmu. Dokter bilang, Anya sedang mengandung anak perempuan," kata Indah dengan tenang.     

"Anak perempuan? Baguslah, anak perempuan akan lebih dekat dengan ibunya," kata Galih dengan suara lembut.     

"Sekarang kamu hidup. Aku tidak berharap kamu memberikan cinta pada Anya. Aku hanya minta padamu untuk tidak menyakitinya lagi. Setelah keluar dari rumah sakit, mungkin kamu harus menggunakan kursi roda terlebih dahulu. Apakah kamu bisa berjalan kembali atau tidak bergantung pada keinginanmu. Untuk sementara, sebaiknya kamu tinggal di rumah yang Aiden berikan untuk kita agar lebih mudah untuk menjagamu," kata Indah.     

"Apakah kamu akan pulang bersama denganku?" tanya Galih.     

"Aku tinggal di rumah Diana sekarang. Aku dan Diana sudah berjanji bahwa kita akan tua bersama di sana dan mengurus satu sama lain. Tetapi jangan khawatir, aku akan mengunjungimu dan tidak akan membiarkan para pelayan mengabaikanmu," kata Indah. "Kalau kamu tidak keberatan, kita akan melakukan semuanya sesuai dengan rencanaku itu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.