Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Berpetualang Bersama Nico



Berpetualang Bersama Nico

0"Mason memanggil Arka dan Aksa dengan sebutan paman. Kalau aku menikah dengan Mason, pangkatku akan sangat rendah. Aku tidak mau memiliki dua paman. Tetapi Arka dan Aksa memiliki wajah yang sama. Aku tidak bisa menikah dengan keduanya. Aku harus memilih salah satu dari mereka," Sabrina berpikir keras dengan wajahnya yang lucu.     

Nico langsung terdiam mendengarnya dan memandang ke arah putranya. Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk mengubah strateginya dan sengaja berkata, "Sabrina, Pamanku, Aiden, sangat galak lho. Apakah kamu tidak takut …"     

"Bibi Anya sangat baik," Sabrina menyela kata-kata Nico.     

Nico terdiam saat gadis mungil itu menyela kata-katanya. Apa lagi pembelaan yang bisa ia berikan untuk Mason?     

"Aku merasa aku akan kehilangan calon menantuku. Teman-teman, tolong bantu aku!" Nico meminta tolong pada para penonton yang sedang menyaksikan siaran langsungnya.     

Namun, sayangnya para penontonnya itu tidak ada yang membantunya dan malah menertawakannya.     

"Tidak ada gunanya. Putramu terlalu kurus dan sudah pasti kalah."     

"Aku tidak menyangka gadis sekecil itu sudah pandai memilih. Ia bahkan bisa membedakan senioritas seseorang!"     

"Didik putramu dengan baik."     

"Tetapi kurasa tidak ada gunanya. Meski Nico mengajari putranya sekali pun, ia tidak akan bisa mengalahkan si kembar milik Aiden."     

"Aku setuju dengan komentar di atas. Mungkin kamu harus mengajari putramu untuk merayu wanita. Aku yakin Aiden tidak sepandai kamu dalam merayu lawan jenis."     

"Benar. Sepertinya masih ada harapan. Walaupun sedikit …"     

"Nico, kamu sedang siaran langsung lagi, ya? Cepat bawa anak-anak ke sini untuk makan," suara Tara terdengar dari kejauhan.     

"Sabrina, apakah kamu tidak mau berpikir lagi? Bibi Tara juga sangat baik. Ia bahkan datang dan memanggilmu untuk makan malam bersama," bujuk Nico.     

Sabrina memandang ke arah Tara yang sedang berada di kejauhan dan kemudian memandang Nico. "Aku dengar Bibi Tara sering memukuli Paman. Bibi Tara terlalu galak. Aku lebih menyukai Bibi Anya yang lemah lembut."     

"Kamu memang sangat cerdas. Ibuku memang ibu yang paling baik di dunia. Ayahku memang terlihat galak, tetapi di hadapan ibuku, ia berubah dari serigala menjadi domba," kata Aksa dengan senang.     

"Ibuku bilang itu namanya cinta," Sabrina menggandeng tangan Aksa. Sementara itu, Arka langsung melangkah maju untuk menggandeng tangan Sabrina yang satunya. Mereka bertiga pergi sambil bergandengan tangan.     

Nico hanya bisa mengikuti di belakang mereka dalam diam, sambil mengawasi anak-anak itu saat berjalan.     

"Ayah, peluk!" Madison yang chubby menghampiri Nico dan meminta pelukan darinya dengan manja. Sambil menggendong Madison, ia melihat Mason mengikuti di belakang Sabrina, sambil memegangi rok Sabrina yang terlalu panjang agar tidak kotor karena tanah atau robek karena duri-duri bunga yang ada di taman.     

Melihat sikap putranya itu, Nico merasa sangat senang. Ia menoleh ke arah putrinya dan mengatakan, "Maddy, dengarkan ayah. Suatu hari nanti, kamu harus mencari seorang pria yang mau memperlakukanmu seperti itu. Membantumu untuk mengangkat gaunmu yang panjang dan memperlakukanmu dengan lembut."     

"Aku tahu ayah. Kakak memang jauh lebih baik, tetapi Sabrina malah memilih paman-paman," kata Madison dengan bangga.     

"Aku juga merasa Mason jauh lebih baik dari dua anak nakal itu," gumam Nico.     

"Tentu saja kamu merasa seperti itu, karena itu adalah putramu," kata Rudi yang tiba-tiba saja muncul di belakang Nico.     

Melihat kedatangan Rudi, Nico langsung tertawa. "Kamu datang! Ngomong-ngomong, tadi aku melihat sesuatu yang menarik. Dan lezat …"     

"Apa itu?" tanya Rudi dengan bingung.     

Nico menunjuk ke arah sebuah pepohonan yang tidak jauh dari mereka dan mengajak Rudi untuk pergi ke sana.     

"Ayah, aku juga ingin ikut," kata Madison. Sama halnya seperti gadis mungil itu, keempat anak lainnya juga ingin ikut melakukan sesuatu yang mengasyikkan.     

Bermain bersama dengan Nico sama seperti sedang bertualang.     

"Ayo kita pergi bersama-sama," Nico mengambil sebuah batang kayu yang tergeletak di tanah dan mengajak kelima anak tersebut, bersama dengan Rudi, berjalan ke daerah yang cukup gelap. Tidak lupa ia membawa senter.     

Kelima anak kecil masing-masing membawa senter kecil mereka, sementara Rudi membawa senter yang lebih besar untuk menerangi jalan Nico.     

"Anak-anak, hati-hati. Jangan sampai kalian terpeleset dan jatuh ke kolam!" kata Nico.     

Ia tahu betul kalau ada sesuatu yang terjadi pada salah satu dari kelima anak itu, istrinya itu akan menghajarnya lagi!     

Tetapi ia juga tidak mau membiarkan anak-anak itu melewatkan masa kecilnya dengan membosankan. Bertualang seperti ini adalah hal yang paling menyenangkan dan hanya bisa dilakukan saat mereka masih kecil.     

Dengan begitu, mereka bisa membangun dunia fantasi mereka sendiri dan bermimpi setinggi-tingginya.     

Mungkin pengalaman ini hanyalah sebagian pengalaman kecil di benak mereka. Tetapi suatu hari nanti, pengalaman ini juga akan menjadi kenangan indah yang membuat mereka merindukan masa kecil mereka yang membahagiakan.     

Awalnya, Nico ingin memasang jebakan di pohon yang berada di dekat kolam tersebut. Biasanya, di sana ada beberapa burung yang datang.     

Sabrina yang tidak terlalu suka berpetualang hanya memandangi mereka semua dalam diam dan tidak melangkah maju. Ia tidak tertarik dengan apa yang orang-orang ini lakukan.     

"Ada ular," kata Sabrina secara tiba-tiba saat melihat sesuatu yang bergerak dari atas pohon.     

"Di taman ini tidak akan ada ular. Pengecekan berkala selalu dilakukan di taman ini, untuk memastikan keselamatan dan keamanan tanaman di sini," kata Nico.     

Sabrina mengambil sebuah batu kecil dan melemparkannya ke arah ular tersebut. Karena batang pohonnya tidak terlalu tinggi, batu yang ia lempar bisa mencapai pohon tersebut dan tanpa sengaja memukul bagian tubuh ular. Akhirnya, ular itu jatuh ke atas tubuh Nico.     

"Tanaman apa ini? Mengapa dingin?" Nico merasakan ada sesuatu yang dingin jatuh pada tubuhnya. Ia mengulurkan tangannya dan memegangnya.     

"Nico! Hati-hati, itu ular!" teriak Rudi yang berada di kejauhan untuk menjaga anak-anak.     

Pada saat itu lah, Nico baru menyadari bahwa apa yang ia pegang adalah ular. Untung saja, bagian yang ia pegang adalah tepat di leher ular tersebut sehingga ular itu tidak bisa melakukan apa pun.     

Kejadian itu direkam secara langsung di siaran langsung Nico, dari ponsel Nico yang sedang dibawakan oleh Rudi.     

"Ya Tuhan, itu ular!"     

"Bahaya sekali! Hati-hati!"     

"Ular itu tidak berbisa."     

"Sepertinya itu jenis ular yang bisa untuk dimakan!"     

"Aku sudah memegang lehernya. Apakah kamu mau lihat lebih dekat? Lihat lah taringnya," Nico membawa ular itu dan mendekat ke arah Rudi.     

"Nico, dasar gila kamu. Jangan mendekat. Berdirilah di sana dan jangan bergerak," Rudi merasa kepalanya kaku saat melihat hal tersebut.     

"Ha!" Nico berpura-pura ingin melemparkan ular itu, padahal ia tidak melepaskannya. Namun, hal tersebut membuat Rudi langsung berbalik dan berlari ketakutan.     

Tidak hanya Rudi saja, kelima anak yang mengikuti Nico juga ketakutan dan berlari mengejar ke arah Rudi. "Ada ular … Ada ular!" teriak anak-anak tersebut.     

Teriakan anak-anak itu terdengar dari kejauhan, membuat para orang tua langsung berlari menghampiri mereka dengan panik.     

"Sayang, apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu digigit ular?" tanya Anya pada kedua putranya.     

"Aku merasa umurku bertambah 10 tahun. Aku merasa semakin tua," kata Rudi sambil terengah-engah. Pergi bersama Nico memang merupakan keputusan tergila. Seharusnya, ia tidak mengikutinya saat Nico mengatakan bahwa ada sesuatu yang menarik. "Nico menangkap ular dan ingin memasaknya."     

"Itu adalah ular liar dan tidak higienis. Bagaimana kalau ada virus atau bakteri? Cepat buang!" tegur Aiden.     

"Kalau paman takut memakannya, tidak usah memakannya. Biar aku saja yang mencobanya. Ular yang ditangkap sendiri pasti akan terasa lebih lezat dibandingkan membelinya," kata Nico dengan senang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.