Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Memperebutkannya



Memperebutkannya

0"Tiara juga akan datang. Segeralah cari jalan untuk keluar dari pengawasan orang tuamu. Kalau kamu tidak datang, kamu pasti akan menyesalinya," setelah mengatakan itu, Anya langsung menutup telepon.     

Tiara mengedipkan matanya berulang kali dan memandang Anya dengan terkejut. "Apakah tidak apa-apa memaksanya seperti ini?"     

"Kalau ia menyukaimu, meski ayahnya mau mematahkan kakinya sekali pun, ia akan tetap datang untuk menemuimu. Kalau ia tidak datang malam ini, sebaiknya kamu melupakannya saja," kata Anya dengan tegas.     

"Tiara, aku berpendapat sama dengan bibiku. Kalau ia tidak mencintaimu, lebih baik kamu melupakannya saja. Selama kalian bersama, mungkin kalian akan bahagia. Tetapi kalian tidak punya masa depan dan kamu tidak akan bisa bahagia selamanya. Suatu hari nanti, kamu yang akan mengalami kerugian," kata Nadine dengan tatapan kasihan.     

Tiara mengangguk dan mendengarkan saran dari kedua wanita di hadapannya itu. "Baiklah kalau begitu, aku akan menunggunya datang."     

Di siangnya, Tiara membantu Hana untuk menyiapkan makan siang. Sebagai ibu angkat Tiara, Hana mungkin tidak bisa membantu apa-apa. Tetapi Hana memiliki pendapat yang berbeda dengan Anya dan Nadine.     

"Tiara, aku tahu Anya dan Nadine memaksamu untuk memahami perasaan Rudi. Tetapi aku harus memberitahumu kenyataannya. Meksi Rudi menyukaimu sekali pun, kamu tidak akan pernah bisa bersama dengannya. Dari pada membiarkan hatimu terus menerus merasakan rasa pahit, lebih baik kamu belajar dan berkembang untuk menjadi wanita yang pantas untuknya."     

Setelah itu, Hana melanjutkan dengan tulus. "Aku bukan menyuruhmu untuk melupakannya, tetapi aku memintamu bekerja keras untuk bisa menjadi sosok yang pantas mendampinginya. Pada saat itu, kalau Rudi belum menikah dan kamu juga belum menikah, mungkin kalian bisa bersama. Aku tidak mau kamu berhubungan dengannya dalam keadaan seperti ini. Kalau kamu menikah dengannya dan tinggal di keluarganya, kamu tidak akan bahagia."     

"Ibu, aku mengerti kamu mengatakan semua ini untuk kebaikanku. Aku tahu siapa aku dan aku tidak berharap bisa menjadi sosok yang pantas untuknya. Aku tidak berniat untuk menikah dengannya. Besok aku akan pergi. Kalau malam ini aku bisa bertemu dengannya, aku sudah tidak punya penyesalan lagi. Mungkin suatu hari nanti, takdir berkata lain. Aku akan berusaha untuk menjadi semakin baik dan semakin baik lagi," kata Tiara dengan tenang.     

Hana mengangguk saat mendengarnya. Selama Tiara bisa memahaminya, Hana sudah tenang. Ia hanya tidak ingin Tiara merasa sedih atau diperlakukan dengan tidak baik oleh orang tua Rudi.     

Setelah makan siang, Anya dan Nadine sama-sama kembali ke kamar mereka untuk beristirahat. Sementara itu, Hana dan Tiara menghabiskan waktu untuk minum teh bersama dan mengobrol.     

Hana adalah orang yang sangat pengertian. Ia sudah cukup tua dan cukup banyak pengalaman. Ia mengajarkan banyak hal pada Tiara dengan menceritakan pengalamannya selama ini dan menganggap Tiara seperti putri kandungnya sendiri.     

"Bu, bibiku sendiri saja tidak menceritakan hal sebanyak ini kepadaku. Aku menyesal tidak sering mengunjungimu dan mengobrol denganmu seperti ini. Setelah ini, aku tidak bisa mengunjungimu lagi," kata Tiara dengan menyesal.     

"Tidak peduli di mana pun kamu berada, saat kamu sedang bimbang, kamu bisa menghubungi ibu. Ibu akan selalu ada untuk mendukungmu," Hana masuk ke dalam kamarnya dan mengambil sebuah kotak perhiasan. Ia membuka kotak tersebut dan mengeluarkan sepasang anting-anting emas.     

"Ibu, apa yang kamu lakukan? Aku tidak bisa menerima hadiah semahal ini," Tiara langsung menolaknya.     

"Apakah kamu tahu ini? Ini adalah daun semanggi bersisi empat, lambang keberuntungan. Anggap ini sebagai doa dari ibu. Ambil lah. Aku sendiri yang mendesainnya," Hana memberikannya dengan senyum di wajahnya.     

"Aku sangat beruntung bisa mendapatkan anting-anting buatan ibu. Terima kasih," kata Tiara dengan terharu.     

Karena mereka semua akan berkumpul dan makan malam di rumah Diana, di sore hari, Hana membawa beberapa pelayan untuk menyiapkan semuanya. Tiara juga ikut bersamanya.     

Jonathan dan Jenny masih sedang berbulan madu. Sementara itu, setelah pesta pernikahan Jenny berakhir, Raisa langsung kembali ke luar negeri bersama dengan Ivan. Jadi malam ini, selain Keluarga Atmajaya, hanya ada Rudi, Raka dan Della.     

Nico adalah orang yang paling menyukai pesta. Ia membawa putra dan putrinya datang lebih awal. Setelah itu, Aiden datang dengan membawa Arka dan Aks.a     

Raka tahu bahwa rumah Diana sangat luas dan tamannya memiliki tempat bermain yang besar. Ia tahu bahwa malam ini, semua anak Keluarga Atmajaya akan berkumpul. Sehingga ia datang membawa anak perempuannya, Sabrina.     

Della adalah seorang desainer dan memiliki selera yang cukup tinggi, bahkan dalam hal fashion. Meski putrinya masih kecil, Sabrina sudah memiliki rambut yang panjang dan indah. Della menguncir rambut Sabrina dengan kepangan yang indah dan membuat cepolan korea di atas kepalanya sehingga gadis mungil itu terlihat sangat manis.     

Nico sudah lama ingin menjodohkan putranya, Mason, dengan Sabrina. Ia dan Raka adalah sahabat. Kalau anak mereka bisa berjodoh, bukankah itu sangat bagus? Ia akan menjadi saudara dengan Raka!     

Sebelum makan malam, seperti biasanya, Nico melakukan siaran langsung di youtube untuk mendapatkan banyak penggemar. Sekarang Nico sudah bisa dianggap sebagai publik figur di dunia media sosial.     

"Halo semuanya. Hari ini aku akan menunjukkan calon menantuku pada kalian. Dia cantik sekali!" Nico mengangkat ponselnya dan menunjukkan ke arah anak-anak yang sedang bermain.     

"Astaga. Lucu sekali."     

"Apakah mereka anak-anak dari keluargamu?"     

"Anak perempuan yang chubby itu sangat menggemaskan."     

"Nico, ada tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan. Sepertinya kalian kekurangan anak perempuan."     

"Anak kembar laki-laki itu pasti anak Aiden. Mereka berdua sangat mirip dengan ayahnya."     

"Anak laki-laki yang kurus di belakangnya itu mirip dengan Nico. Apakah benar itu anakmu?"     

"Kalau begitu, apakah si chubby itu adalah calon menantumu?"     

Nico menggaruk kepalanya dengan canggung. "Anak kembar laki-laki itu memang anak pamanku. Anak laki-laki yang kurus itu adalah anakku dan anak perempuan yang chubby itu adalah kembarannya. Sepertinya anak perempuanku lebih banyak makan makanan enak sehingga ia lebih chubby dibandingkan saudaranya."     

"Ayah! Kamu mengejekku lagi!" Madison memiliki pendengaran yang sangat baik sehingga dari jauh sekali pun, ia bisa mendengar ayahnya sedang membicarakannya.     

"Maddy, tersenyumlah. Semua orang memujimu cantik!" Nico tersenyum dan kemudian bertanya, "Di mana Sabrina?"     

"Sabrina sedang melihat duel di antara paman Arka dan paman Aksa," kata Madison sambil menunjuk ke kejauhan.     

Arka dan Aksa sudah siap untuk bertarung saat Nico bergegas menghampirinya. "Kalian berdua ada apa? Mengapa kalian bertengkar?"     

"Sabrina adalah milikku, tetapi kakak ingin merebutnya dariku," kata Aksa dengan tidak senang.     

"Sabrina bilang siapa yang menang bisa bersama dengannya," Arka tidak mau mengalah.     

Sabrina sedang duduk di atas perosotan sambil menggoyang-goyangkan kakinya dengan santai. "Mengapa kalian tidak berduel?"     

"Sabrina akan menjadi menantuku. Ayahnya sudah berjanji padaku sejak lama," Nico berjalan ke arah Sabrina dan menunjukkannya ke dalam siaran langsung. "Lihatlah, menantuku sangat cantik kan?"     

"Wow, cantik sekali."     

"Bukankah ia terlalu cantik untuk ukuran anak kecil?"     

"Sekecil itu saja ia sudah bisa membuat anak laki-laki bertengkar memperebutkannya!"     

"Kecantikannya itu adalah bencana."     

Sabrina memandang ponsel Nico sambil mengerutkan keningnya. "Paman, kamu merekamku hari ini. Kalau begitu, aku ingin setengah dari pendapatanmu untuk siaran langsung hari ini."     

Nico tersenyum dengan nakal dan berkata, "Sabrina, paman sangat menyukaimu. Lupakan saja dua anak nakal ini dan lebih baik ikut dengan paman saja."     

"Mason memanggil Arka dan Aksa dengan sebutan paman. Kalau aku menikah dengan Mason, pangkatku akan sangat rendah. Aku tidak mau memiliki dua paman. Tetapi Arka dan Aksa memiliki wajah yang sama. Aku tidak bisa menikah dengan keduanya. Aku harus memilih salah satu dari mereka," Sabrina berpikir keras dengan wajahnya yang lucu.     

Nico langsung terdiam mendengarnya dan memandang ke arah putranya.     

Putranya itu memang sangat berbeda dengan anak-anak Aiden.     

Ia memiliki tubuh yang kurus, tidak seperti Arka dan Aksa yang kuat dan tangguh. Mengapa perbedaan mereka bisa begitu jauh?     

Putranya itu sudah kalah, bahkan sebelum sempat bertarung. Dan Mason juga kalah dalam senioritas.     

Apa yang harus Nico lakukan sekarang?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.