Pernikahan Tersembunyi: My Imperfect CEO

Drama di Depan Ruang ICU



Drama di Depan Ruang ICU

0"Anak di dalam kandungan Jessica bukan anaknya. Kemarin malam, ia memergoki Jessica sedang berada di rumah dengan pria lain sehingga tekanan darahnya melonjak dan pingsan. Ada kemungkinan ia mengalami gagal jantung atau penyakit lainnya," kata Indah dengan tenang.     

"Ibu, jangan cemas. Aku akan menemanimu ke rumah sakit sekarang juga," Anya langsung memanggil Hana dan meminta bantuannya untuk memanggil beberapa pengawal Aiden agar ia bisa segera pergi ke rumah sakit dan menemani ibunya.     

Saat Anya tiba di rumah sakit, Galih sudah melewati masa kritisnya, tetapi ia masih berada di ICU.     

"Anya, kamu datang," Indah melihat Anya sedang mengenakan topi dan masker, berjaga-jaga agar tidak tertular dengan orang-orang yang berada di rumah sakit.     

Ia sedang hamil dan ia harus menjaga kehamilannya baik-baik. Sulit baginya untuk mendapatkan anak ini. Oleh karena itu, ia harus berhati-hati.     

"Bagaimana ayah?" tanya Anya dengan cemas.     

"Ia tidak akan mati," jawab Indah dengan santai.     

"Ibu, kamu …"     

"Kamu pikir mengapa aku tetap tinggal di rumah sakit?" Indah duduk di kursi tunggu yang menghadap ke arah jendela.     

Anya berjalan menghampiri ibunya dan mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan ibunya. Tetapi Indah langsung menghindarinya. "Jangan sentuh ibu. Ibu berada di rumah sakit semalaman."     

"Oh?" Anya langsung menarik tangannya dengan patuh. "Ibu, kamu dan ayah …"     

"Anak di dalam kandungan Jessica bukan anaknya. Ia sedang sakit sekarang dan aku tidak bisa menceraikannya. Tidak usah repot-repot berusaha membujukku. Aku dan dia masih suami istri. Aku tidak akan meninggalkannya saat masih sakit."     

"Saat aku naik, aku melihat Jessica. Ia ingin bicara denganku, tetapi pengawal Aiden menghentikannya," kata Anya.     

"Biarkan saja dia naik," kata Indah dengan tatapan kosong.     

"Ibu, mengapa kamu memedulikannya? Kalau bukan karena dia, ayah tidak akan seperti ini," kata Anya dengan marah.     

Walaupun Anya membenci ayahnya, ia masih merasa marah saat tahu bahwa Jessica mengkhianati Galih. Ia merasa sangat marah saat mengetahui bahwa Galih sendirian berjuang di antara hidup dan mati.     

Bagaimana pun juga, Galih adalah ayah kandungnya. Ia pernah berusaha untuk menjadi ayah yang baik, meski hanya untuk sesaat saja.     

"Beberapa hal harus dijelaskan padanya. Kalau tidak, ia pasti menganggap kita bodoh dan tidak tahu apa-apa. Mungkin ia bisa membohongi ayahmu, tetapi ia tidak bisa membohongiku," kata Indah dengan dingin.     

Anya mengangguk dan menyuruh salah satu pengawalnya. "Bawa Jessica ke sini."     

Sepuluh menit kemudian, Jessica tiba di depan ruang ICU dan melihat Galih dari sebuah jendela kaca.     

"Galih, Galih … Kamu harus segera bangun. Apa yang terjadi padamu?" teriak Jessica dengan keras.     

"Tidak perlu ber-drama di sini. Mungkin ayahku akan tertipu olehmu, tetapi kami tidak," Anya merasa sangat jijik saat melihat akting Jessica yang memuakkan.     

Jessica memandang Indah dengan memelas. "Apa yang terjadi pada Galih? Apa kata dokter?"     

"Ia terlalu emosi, tekanan darahnya melonjak drastis, menyebabkan pendarahan di otaknya. Aku tidak tahu apakah ia akan bangun atau tidak," kata Indah dengan dingin.     

"Galih, kamu harus bangun. Kalau kamu seperti ini, apa yang harus aku dan anak kita lakukan?" Jessica menangis dengan sedih.     

Anya mengambil dua langkah mundur karena begitu jijik melihat Jessica yang menangis. Orang-orang yang tidak tahu apa yang ia perbuat pasti berpikir bahwa hubungannya dengan Galih sangat baik.     

Indah juga memandangnya dengan sedikit jijik, tetapi berusaha untuk menutupinya. "Ia belum mati, mengapa kamu menangis? Meski ia mati sekali pun, tidak ada gunanya kamu menangis di sini. Memangnya siapa kamu? Apa identitasmu saat ini? Apakah kamu masih belum mengerti?"     

"Aku … Aku sedang hamil anaknya. Kalau bukan karena pernikahan Jenny, kamu dan Galih pasti sudah bercerai dan aku sudah menjadi Nyonya Pratama," Jessica melotot ke arah Indah. "Mengapa kamu menghentikanku untuk mengunjungi Galih? Siapa yang tahu apa yang kamu katakan pada dokternya? Jangan-jangan kamu berniat membunuhnya?"     

"Kalau aku mau ia mati, aku tidak akan mengirimnya ke rumah sakit. Aku bisa saja menunggunya mati di tempat ia tergeletak dan langsung memesan peti untuk menguburkannya. Setelah itu, sebagai istri sahnya, aku bisa mendapatkan semua harta kekayaannya." Indah mencibir, "Aku tidak mau Anya kehilangan ayahnya sehingga aku mengirimnya ke rumah sakit. Bagaimana denganmu? Seorang wanita hamil, keluar di tengah malam. Ke mana kamu pergi? Mengapa di rumah Keluarga Pratama tidak ada pelayan sama sekali? Mengapa Galih sendirian saat tergeletak di lantai?"     

"Aku … Aku sedang lapar. Aku keluar untuk membeli makanan dan tidak menemukan Galih saat kembali ke rumah. Setelah itu, satpam perumahan yang memberitahuku bahwa Galih dijemput oleh ambulans," Jessica berusaha menjelaskan.     

"Ia tidak bisa bangun untuk menceraikanku, apa lagi untuk menikahimu. Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Indah dengan tenang.     

Jessica melirik ke arah Galih yang sedang berada di dalam ICU dan berkata, "Berikan aku 1 milyar. Aku akan pergi dengan anak di dalam kandunganku dan tidak mengganggu hidup kalian?"     

"1 milyar? Apakah kamu pikir kamu pantas dihargai sebesar itu?" Anya merasa seperti mendengar kekonyolan terbesar abad ini."     

"Aku sedang hamil. Setelah melahirkan nanti, aku membutuhkan semakin banyak uang. Kalau kamu tidak mau memberikannya, aku akan memperbesar masalah ini. Dan saat itu, kalian semua akan malu dan menyesal!" kata Jessica dengan marah.     

"Uang itu ada di tangan Galih. Lihat saja kondisinya saat ini. Sepertinya kamu tidak akan bisa mendapatkannya. Kalau kamu mau tinggal, kamu bisa mengurusnya di masa depan. Kalau kamu mau pergi, pergilah saja. Terserah apa pun yang kamu inginkan. Tetapi aku tidak akan pernah memberikan sepeserpun padamu," kata Indah dengan dingin.     

"500 juta, tidak kurang. Indah, aku akan pergi dan kamu tidak perlu bercerai. Pratama Group akan menjadi milikmu. Aku …"     

Anya mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang seratus ribuan, kemudian melemparkannya pada Jessica. "Ambil uang ini untuk membayar taksi dan cepatlah pergi dari sini."     

"Anya, berani-beraninya kamu bersikap seperti ini kepadaku? Kalau bukan karena ayahmu sedang sakit, kami akan menikah dan aku akan menjadi ibumu. Aku berusaha untuk berdamai dan tidak memperpanjang masalah. Dengan anak di dalam kandunganku, sebenarnya semua harta kekayaan ayahmu bisa menjadi milikku dan anak ini," kata Jessica dengan marah.     

"Memang benar, kalau anak di dalam kandunganmu itu adalah anak ayahku," Anya memandang Jessica dengan tatapan konyol, seperti sedang melihat badut di tempat yang salah.     

"Apakah kamu tahu bahwa aku yang mengatur segala sesuatu di rumah Keluarga Pratama? CCTV di rumah itu langsung terhubung dengan ponselku. Apakah kamu pikir aku akan datang ke rumah itu malam-malam tanpa alasan?" mata Indah menatap Jessica dengan tajam, seperti sebuah anak panah yang siap untuk diluncurkan.     

Jessica melangkah mundur karena begitu terkejut. "Mustahil. Di kamar tidak ada CCTV."     

Indah mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah rekaman. Rekaman itu sangat jelas, bahkan suaranya pun terdengar sangat jelas.     

"Sayang, besok aku akan mendaftarkan pernikahanku dengan Galih. Mulai sekarang, Pratama Group akan menjadi milik kita."     

"Kamu pasti menderita, Jessica. Aku akan memperlakukanmu dengan baik."     

"Aku memang sangat menderita. Kamu tahu sendiri ia sudah tua dan keriput. Setelah menikah dengannya, aku akan tidur bersama dengannya. Aku benar-benar mual dan ingin muntah …"     

"Aku akan selalu bersama denganmu …"     

Setelah itu, mereka berdua saling berpelukan dan bercumbu di atas sofa. Di tengah-tengah, Galih tiba-tiba saja muncul dari basement sambil membawa sebuah mainan berbentuk kuda-kudaan, tepat saat ia melihat apa yang terjadi di atas sofa.     

Indah memencet tombol pause, "Kejadian selanjutnya tidak pantas untuk dilihat. Lebih baik kita hentikan sampai sini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.